Kala melirik jam tangannya—10.40. Kelasnya akan dimulai 20 menit lagi, dan dia masih berdiri di tengah ruangan tata usaha. Bibirnya menghela napas kecil, merutuki kecerobohannya karena telah menghilangkan kartu mahasiswa-nya—ingatlah, dia baru 3 bulan menjadi mahasiswa baru di kampusnya. Bahkan dia hanya bisa tersenyum kecil ketika petugas tata usaha menatapnya lekat lalu menggelengkan kepalanya pelan. Kala sudah mencari ke seluruh penjuru apartemennya, tapi nihil. Kartu mahasiswa-nya tetap hilang, tak berbekas.
Jangan-jangan laki-laki sialan itu yang menyembunyikannya—
"Ah, maaf.." Kala hanya menganggukkan kepalanya ketika tanpa sengaja seseorang menyenggol bahunya, membuat dia menggerakkan tubuhnya merapat ke dinding dekat pintu masuk, supaya tidak menghalangi mahasiswa lain yang masuk ke ruangan. Dia menyandarkan sebelah bahunya ke dinding, kembali melirik jam tangannya—kenapa lama sekali, sih?
"Hmmm.. Kala? Kala?!" Tersadar, Kala langsung melangkahkan kaki menuju meja administrasi ketika mendengar namanya dipanggil.
"Karena ini baru pertama, untuk penggantian kartunya tidak dikenakan biaya. Tapi kalau sampai hilang lagi, kau harus membayar denda. Oke?" Petugas tata usaha itu memberikan kartu mahasiswa pada Kala, yang langsung diterima Kala sambil tersenyum.
"Oh iya, kau temannya Sean kan? Bisa saya minta tolong untuk memberikan ini padanya?" Petugas tersebut mengulurkan kartu mahasiswa ke arah Kala. "Sepertinya kemarin ketinggalan saat dia membayar semesteran."
Kala hanya diam, matanya memandangi kartu mahasiswa—yang adalah milik Sean—yang diulurkan petugas tata usaha padanya. Dahinya berkerut sedikit—kenapa juga harus dititipkan padanya? Memangnya selama ini dia selalu terlihat bersama dengan Sean? Lagipula, apa katanya tadi—
...teman?
Apakah karena mereka terkadang terlihat bersama—ralat, lebih tepatnya, Sean-lah yang selalu 'membuntuti'nya—lantas, itu membuat semua orang menyangka mereka adalah... teman? Hanya karena itu?
She.. being a 'friend' with Sean..?
What a joke.
"—gaimana? Bisa kan, kau berikan ini pada Sean?" Kala kembali tersadar, menyadari tatapan bingung yang diberikan si petugas padanya. Kala mengangguk kecil, dengan cepat mengambil kartu mahasiswa milik Sean, mengucapkan terima kasih, lalu berjalan pergi meninggalkan ruangan tata usaha. Kakinya langsung melangkah menuju kelasnya—tinggal 10 menit lagi sebelum kelasnya dimulai. Dia tidak boleh terlambat—
"KALAAA!!" –or maybe she will.
Kala menghentikan langkahnya, perlahan berbalik ke belakang ketika mendengar sebuah suara yang sudah sangat dia kenal. Matanya menatap jengah ke arah seseorang yang kini berjalan ke arahnya sambil tersenyum lebar.
"Akhirnyaaa.. Kau tahu, aku mencarimu dari tadi. Katanya kau ada kelas jam 11—" Sean langsung berhenti bicara ketika Kala tiba-tiba mengulurkan tangannya ke depan mukanya. Matanya menyipit, menyadari benda yang berada di tangan Kala. "Oh? Ini kan kartu mahasiswaku. Kenapa bisa ada di—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sois à Moi
Teen FictionKala hanya ingin hidup dengan tenang--pergi dari 'kehidupan' sebelumnya, dan mencoba mencari ketenangan di tempat baru Tapi mungkin seorang Sean tidak akan membiarkan itu terjadi... Notes : //alert! Mungkin akan ada beberapa 'harsh words' & slight '...