Dengan perlahan, mobil Range Rover hitam itu menepi di sebuah gedung kampus. Sam Handoko, yang duduk di kursi kemudi menoleh ke arah tempat duduk samping, tempat Hanah berada. "Yakin hanya diantar sampai sini saja?" tanyanya ragu.
Hanah menganggukkan kepalanya yakin. "Thank you udah nganterin ke kampus," ucap gadis itu sambil tersenyum lebar.
"Nomor Bimo udah disimpan kan?" tanya laki-laki itu.
Mendengar pertanyaan yang sama berulang sekian kali semenjak pagi mereka bersiap dari rumah membuat Hanah tertawa pelan. "Sudah, Sam. Kamu nggak usah khawatir," jawabnya.
"Oke, bagus..." Sam berhenti sesaat sebelum membuka mulutnya lagi. "Aku akan ke kantor sekarang. Jadi, nanti kalau sudah selesai, telepon Bimo, ya. Dia akan jemput kamu begitu kamu hubungi dia."
Sekali lagi, Hanah hanya bisa mengiyakan sesudah mendengar instruksi yang sama untuk yang kesekian kalinya. Dia mendengar Sam mengatakan hal itu sejak mereka dari rumah tadi. Melihatnya seperti ini, Hanah merasa Sam memiliki sisi imut juga saat merasa khawatir. Dia benar-benar berusaha sebaik mungkin demi orang yang dia pedulikan sesibuk apapun dirinya. Dalam kasus ini, tentu saja yang dia pedulikan adalah Hanah.
"Mau kugendong ngga ke kantor dosen pembimbingmu itu?" tawar Sam. Keningnya terlihat berkerut serius walau pertanyaannya terdengar menggelikan di telinga Hanah. Gadis itu hanya tertawa pelan.
Hanah mengulurkan tangannya ke depan. Telapak tangannya menangkup wajah pria di hadapannya. "Sam, yang sakit hanya salah satu lenganku. Aku masih bisa jalan dengan normal. Aku senang kamu khawatir, tapi kumohon jangan berlebihan, oke?" Hanah berusaha menenangkan laki-laki itu. Memang ada memar ringan di area kakinya juga, tapi itu tidak terlalu sakit. Sesudah menarik tangannya kembali, dia melepaskan sabuk pengamannya dan bersiap turun dari mobil.
Laki-laki itu terdiam mendengar jawaban Hanah. Dia tidak mengatakan apapun selama beberapa saat. Ketika gadis itu meletakkan tangannya di tuas pintu mobil, dia meraih tangan Hanah. Secepat kilat, dia mencondongkan tubuhnya lalu mengecup puncak kepala gadis itu sebelum kembali ke posisi awal duduk di kursi kemudi.
"Oke, kamu boleh pergi sekarang," ujarnya dengan nada datar dan tatapan lurus ke arah depan. Sama sekali tidak menoleh ke arah Hanah. Walau begitu, telinga Sam terlihat memerah.
Dengan mata membulat, gadis berambut panjang sepunggung itu menatap lama ke arah Sam. Bibirnya terbuka, namun tak ada kata-kata yang keluar saking terkejutnya. Aku tidak menyangka Sam akan melakukan itu! Pipi Hanah terlihat merona merah. Sesudah pamit, dia cepat-cepat keluar dari mobil Sam. Dia melambaikan tangan beberapa kali sebelum mobil itu bergerak menjauh.
'Dasar! Mencari kesempatan rupanya!' batin Hanah gemas. Dia masih berdiri di tempat yang sama dan terlihat menyunggingkan senyum lebar beberapa kali sebelum akhirnya tersadar akan tatapan orang yang sedang berlalu-lalang di sekitarnya. Mereka memandangnya dengan tatapan aneh. Hanah tersentak lalu menormalkan ekspresinya kembali. Ngapain sih aku senyum-senyum sendiri?!
Gadis itu menggelengkan kepalanya beberapa kali dan berusaha untuk fokus. Hari ini Hanah harus bertemu dosen pembimbing untuk konsultasi pertama tentang skripsi. Sekalian dia ingin memberitahukan mengenai kondisinya yang kemungkinan besar tidak bisa menyelesaikan skripsinya tepat waktu. Tubuhnya masih memerlukan istirahat dan dia tidak ingin terburu-buru.
Suara langkah kakinya menggema di lorong gedung kampus. Saat sudah sampai di depan sebuah ruangan, dia mengangkat tangan lalu mengetuk pintu itu. Sesudahnya, dia masuk ke ruang dosen pembimbingnya itu. Seorang wanita dengan kaca mata bertengger di hidung segera menyambut Hanah dari tempat duduknya.
"Selamat pagi, bu," sapa Hanah ramah.
Dia bertukar sapa lalu berbicara dengan wanita separuh baya tersebut. Beruntung, dosen pembimbingnya bermurah hati dan memintanya banyak beristirahat. Hanah jadi bisa bernapas lega. Saat sudah selesai, dia pun pamit lalu pergi dari sana. Tidak disangka, saat dia baru saja menutup pintu ruang dosen pembimbing, dia berpapasan dengan wajah yang tak asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Behind Marriage (Completed)
Любовные романыBagi Sam, Hanah adalah alat yang ia perlukan untuk membuat kakek memilihnya menjadi penerus bisnis keluarga. "Buktikan pada kakek bahwa kamu bisa membentuk sebuah keluarga. Dengan begitu, kakek akan membuat kamu menjadi penerus satu-satunya bisnis k...