13 || Nginap (3)

1.4K 300 90
                                    

Ketik 'cie' tiap Suna bareng (Name)!
Jangan lupa vote + comment <//3

[Author POV]

"Kakak balik duluan ya, nanti malem jangan begadang."

(Name) mengangguk sebelum sedetik kemudian merasakan elusan lembut di kepalanya. Entah perasaannya saja, tapi sikap Kita terasa berbeda dari biasanya.

"Kak Kita hati-hati di jalan," ujar (Name) yang dibalas senyuman tipis sebelum cowok berambut dwiwarna itu berlalu bersama motor matic yang dikendarainya.

Cewek itu menghela napas, raut wajahnya berubah 180 derajat saat itu juga. "Keluar, gue tahu lo di belakang sana. Kek dedemit lo," ucapnya bernada memerintah.

Sosok yang baru saja keluar dari persembunyian itu terkekeh pelan sembari mematikan ponselnya. "Ciee, yang nempel mulu sama bang Kita. Demen ya lo ma dia?"

(Name) kemudian memutar tubuhnya, menghadap Suna. "Gue sama dia cuma kakak-adek an, gak ada hubungan lebih," jawab (Name) ketus.

"Masa? Kok gua gak percaya ya?" tanya Suna menantang balik.

Ia mendengus kasar, "Lo terlalu mikirin yang enggak-enggak. Udah jelas di antara kita gak ada yang punya rasa," tukas (Name), melipat tangannya di depan dada. 

"Serius?"

"Iya lah!"

Suna yang mendengarnya langsung menatap datar (Name). "Lo bego apa pe'a sih?"

"Yang nanya yang bego." 

(Name) berlalu meninggalkan Suna sendirian di lahan pikir, tanpa berminat menjawab pertanyaannya. Pada kenyataannya, tak ada sedikit pun rasa yang tumbuh untuk kakak kelasnya itu.

Mungkin demikian pula dengan Kita, pikirnya.

*****

"Asoy, ni sekolah kalo malem dingin banget dah. Lo bawa selimut gak, (Name)?"

Cewek yang dipanggil itu menoleh, menatap Mai yang tengah memeluk erat dirinya. "Tuh, ambil di atas ransel gue," ucapnya sambil melanjutkan kerjaan pada laptop miliknya.

Mai seketika melompat girang, "Hore, makasih nyai (Name)!" ucap cewek itu sebelum kembali terlelap, melanjutkan mimpinya memelihara buaya bersama Manurios.

Suasana yang sekejap hening membuat (Name) sedikit terganggu. "Buset, cepet amat ni kebo boboknya," ujarnya dengan tatapan terkejut terheran-heran. Pandangannya seketika bergulir pada ponselnya yang menampilkan notifikasi chat.

Bangsat : Kamu kapan pulang?
Bangsat : Ayah di rumah

Ia terdiam, sebatas menganggap pesan itu bak angin lalu. (Name) mengusap-usap tangannya,  "Kok tetiba adem ya? Keluar aja lah."

Sedetik setelah keluar, ia sedikit tersenyum kala parasnya disapa angin malam ditambah hujan gerimis yang turut serta menyejukkan malam itu. Belum semenit ia berdiri, ia kemudian melotot dan cepat-cepat turun ke lantai bawah.

"Suna!"

Yang dipanggil seketika terlonjak kaget. Belum sempat mengeluarkan sepatah kata, badannya sudah ditarik dengan kencang ke luar area teras gedung. Masa bodoh dengan hujan yang menerpa separuh tubuh mereka.

"(Name), lo ngapain jir!?"

"Gue lupa lagi jemur rengginang! Bantuin angkat plis, hujannya mau deres banget nih," pinta (Name) sebelum akhirnya dia sampai di taman belakang sekolah.

"Lo angkat yang baskom biru ma ijo, gue yang pake tempeh ini," komando (Name). Suna yang tidak mengerti apa-apa hanya menurut dibabuin ngangkut baskom-baskom rengginang.

Hey, Babe | Suna RintarouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang