Sebelum membaca, alangkah baiknya menjawab salam.
Assalamualaikum, readers nya ejjaaaa 😂😂😂🤭 #ihejja #jijik #gasukagelayy #bejanda
Udah? dah, silimit membaca,
JANGAN LUPA VOTE, KOMEN DAN FOLLOW DONG. MASA BACA DOANG TAPI GA VOTE, GA KOMEN, GA FOLLOW
GA ASIK AH 😤😤
Eh mau nargetin ah, 150vote dong,
eh bisa ga yaa??? coba dulu yukk mana tau tipes😭
Jangan lupa yaa, see you!!
🗝️
🗝️"Ba-baiklah," putus Alisa pada akhirnya. "A-aku akan melakukan apa yang kau minta. Tapi tolong--" Alisa menangis lagi terisak. Hatinya hancur, batin nya memaki karna mengambil sebuah keputusan yang akan menghancurkan semuanya.
"--tolong jangan lakukan apapun lagi pada suamiku. Aku mencintainya, jangan sakiti dia. Aku mohon!"
Jackson tersenyum, lalu menarik lengan Alisa mendekat guna ia dekap sambil mengusap-usap pelan puncak kepala Alisa.
Demi apapun, Alisa sama halnya dengan Jimin kini--tidak berdaya.
Alisa merindukan Jimin, merindukan tangan Jimin membelai rambutnya, mengecup keningnya. Alisa rindu, meski tubuh itu terbaring lemah di hadapannya.
Setelah pelukan Jackson urai, lengan kecil itu Jackson bawa ke tengah rumah yang mana disana ada meja kecil di dekat sofa-sofa tersusun. Lantas Jackson meletakkan kertas yang masih Alisa genggam ke atas meja bersama sebuah pulpen.
"Silahkan," Jackson berucap. "Kau bisa menandatangi nya sekarang." sebelah tangan nya masih mengusap-usap puncak kepala Alisa lembut.
Menghapus air mata yang membasahi pipi, lagi-lagi Alisa menatap ke arah Jimin. Tubuh lemah itu tengah di pegangi oleh dua tukang pukul berbadan besar. Mereka pun menatap Alisa, sedang bibirnya menujuk ke arah kertas di atas meja yang harus segera Alisa tanda tangani kalau masih mau melihat suaminya bernyawa.
"Alisa," Jackson memanggilnya dengan lembut. Tangan besar itu juga membantu menghapus sisa-sisa air mata yang tersisa di pipi Alisa. "Kau harus melakukannya sekarang."
Alisa langsung menatap Jackson dengan tatapan tak berdaya. "Berjanjilah!" pinta Alisa lirih.
"Kau bisa memegang ucapanku, Alisa. Percayalah!"
Alisa pun kembali terisak yang tidak lagi bisa di sembunyikan. Hati nya begitu pilu. Akankah semuanya berakhir setelah Alisa menandatangi surat perjanjian ini?
Apa setelah coretan yang ia bubuhi di atas kertas putih itu menjadi saksi kalau ia dan Jimin tidak lagi bersama? lantas air mata Alisa kembali luruh.
Ia usap perutnya yang masih rata tersebut penuh afeksi. Bagaimana nanti dengan nasib anaknya? apa bayi itu lahir tanpa ayah kandung yang berada di sisinya? apa masa depan Alisa hidup bahagia bersama pria yang ia cintai tidak akan pernah bisa terlaksana? apa setelah ini mereka tidak lagi bisa bersatu dan bersama selamanya? apa ini benar-benar akhir dari segalanya?
Tiba-tiba saja Alisa berlari mendekati Jimin yang setengah sadar itu lalu memeluknya erat. Alisa meluruhkan sesaknya di pundak Jimin yang terkulai lemah.
"Oppa...maafkan aku." ucap Alisa di leher Jimin sambil ia kecup dalam. "Ma-maafkan aku ...."
Jimin melenguh, tangan nya yang terasa berat susah payah ia angkat untuk mengusap punggung Alisa pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY IN MY LIFE || [PJM]✓
Fanfiction"Anak kecil harus pulang." Jimin menggenggam tangannya. Berharap yang ia cari sedari tadi bisa ia bawa kembali. Namun Alisa tidak berharap demikian. "Tidak, aku tidak ingin pulang." "Alisa," "Aku mau kita bercerai." Start : 21maret