Dua hari berlalu, aku tidak kembali ke rumah sama sekali, dua hari ini benar-benar sibuk, mengurus empat pasien dari luar, pemburu yang terluka, anak-anak sakit, banyak sekali yang datang untuk minta pertolongan ke rumah kesehatan ini. Ya setidaknya, tempat ini kita sebut itu, karena kami ingin semua orang yang datang dan pergi dari sini menjadi sembuh dan tetap sehat. Ke empat pasien mengalami penurunan performa, semuanya semakin sakit, kecuali Pak Undakbar, Glucklich dan Undakbar pun dipisahkan lagi ke ruangan masing-masing. Furcht di ruangan 1, Dunkbar di ruangan 2, Glucklich di ruangan 3, dan Undakbar di ruangan 4.
"Bagaimana kabarnya hari ini Pak Furcht?" tanya Nancy dengan senyum cerah
"Berapa lama lagi?" tanya Pak Furcht dengan tatapan kosong seakan-akan dia melihat kematiannya,
"Ahh, Bapak sudah mau sarapan ya? sedang disiapkan oleh Pak Far..."
"Bukan itu..." Pak Furcht memotong kalimat Nancy dengan tegas dan lemah
"Terus apa ya P..." Nancy bertanya kembali
"Kapan saya akan mati, saya tidak akan mati kan? Apakah pendarahan saya begitu parah sampai saya tidak bisa bangun lagi?" air mata mulai mengalir dari mata Pak Furcht, nada bicaranya semakin hanyut ke dalam kecemasan, "akankah saya bisa melihat istri saya lagi? anak-anak saya? jika saya bisa keluar dari sini dengan hidup-hidup, apakah saya masih tetap bisa memberi makan keluarga saya?" Nancy hanya bisa mendengar keluh kesah pak Furcht, dia tampak begitu cemas, seolah-olah hanya kegelapan yang ada di dunia ini, Nancy terus mendengar sungut-sungut Pak Furcht.Nancy benar-benar tidak nyaman mendengar kesedihan dan sungut-sungut Pak Furcht, Nancy ingin meminta Uisa dan Pak Farma untuk memindahkan tugasnya ke ruangan lain, tetapi dia sadar bahwa yang lain juga sudah memiliki bagiannya masing-masing lagi pula, hanya setengah hari Nancy harus ada di ruangan 1 untuk menjaga Pak Furcht, dan setengah hari lagi nya, dia akan pindah ke ruangan 3, ruangan pak Glucklich, atau simple-nya dipanggil Pak Gluk. Sepertinya ia, Nancy, merasa semuanya akan lebih baik, kecemasan Pak Furcht begitu dalam, sampai-sampai kecemasannya seakan berpindah juga ke Nancy.
Dan benar saja, saat pindah ke ruangan 3, semuanya tampak begitu indah dan menyenangkan, Pak Gluk memiliki banyak sekali guyon, walaupun benar-benar tidak lucu, seperti guyonan bapak-bapak. IHHH, sungguh tidak lucu, dan membuat keadaan jadi aneh, tetapi dari pembawaan Pak Gluk yang penuh sukacita, Nancy pun merasa senang membantu dan mengurus Pak Gluk.
"UHUUK, UHUUUK," Pak Gluk batuk, sampai-sampai mengeluarkan darah, Nancy pun langsung bergegas mengurus Pak Gluk.
"Pak, bapak gapapa kan pak?" tanya Nancy dengan khawatir, "kata Pak Farma, kondisi bapaklah yang paling buruk di antara bapak dan teman-teman bapak."
"HOHOHO, memang bapak semakin lemah, tetapi itu tidak akan mengurangi rasa sukacita bapak di hati, memikirkan keluarga Bapak di rumah, menunggu Bapak agar bisa cepat sembuh,"
"Pak, saya harap, bapak bisa cepat sembuh ya." kata Nancy dengan penuh empati kepada Pak Gluk.Saat malam hari tiba, saat shift kerja Nancy sudah mau selesai, sebelum berpisah dengan Pak Gluk, Pak Gluk memanggil dan berkata kepada Nancy. "Nancy, sudah mau balik ya?" "Iya pak, apa Bapak perlu bantuan?" tanya Nancy, "Nggak Nancy, Bapak cuman mau memberi tahu kamu sesuatu,"
"Apa itu pak?"
"Seperti yang tadi Bapak bilang, sukacita bapak tidak akan berkurang sama sekali, walaupun bapak yang paling kritis sekarang, kamu tahu kenapa?" Pak Gluk bicara dengan nada yang serius namun tenang.
"Apa itu pak?'
"Bapak percaya, hati yang gembira adalah obat yang manjur, dan semangat yang patah, hanya akan menjadi racun bagi tubuh kita, dan makanya itulah, walaupun Bapak sadar kondisi Bapak sangat buruk, Bapak akan terus bersukacita dan memikirkan hal yang indah-indah, dan karena itu Nancy, Bapak harap, walaupun dalam kesedihan dan sakit hati, kamu tidak akan kehilangan suka cita dalam hati, karena itu, akan membuat hari-hari mu lebih baik"
Nancy mengingat kalimat itu baik-baik dalam hati, mengapa tidak? seorang yang sekarat, yang sangat dalam keadaan yang berat, mampu mengatakan itu kepada orang yang merawat dia.Demikian juga hari selanjutnya, pada hari yang keempat, Nancy mengurus Pak Dunkbar, atau Pak Dun, dan juga pak Glucklich, atau Pak Gluk.
****
"Nancy, om senang banget kamu bisa menginap di tempat ini untuk satu minggu ini, tapi, om harus kasi tau kamu sesuatu mengenai kamu," malam itu, pada hari yang keempat, di ruangan makan, Pak Farma berkata serius kepada Nancy. Sebuah hal yang langka untuk Pak Farma berbicara dengan nada serius di meja makan. Uisa pun hanya mampu melihat ayahnya yang serius, dengan mulut penuh nasi, dan kangkung yang keluar dikit dari mulutnya.
"Maaf Om, tapi aku kenapa ya? apa aku mengganggu? atau aku tidak membantu dengan baik?" tanya Nancy sambil cemas kalau-kalau dia menjadi beban untuk keluarga Farma.
"Bukan Nancy," jawab Farma dengan serius nan lembut, " kamu tau apa yang membedakan kamu sama kita semua di desa ini?"
"mmm.... aku satu-satunya yang tinggal di hutan,"
"papa mu juga tinggal di hutan, pikirkan satu hal yang benar-benar hanya kamu yang punya,"
"AKU TAUUU, NANCY SATU-SATU NYA YANG BERAMBUT PUTIH WALAUPUN MASIH MUDA, HAHAHA, DIA SERING DIBULLY, tenang, nanti aku balas mereka, OH IYA, NANCY JUGA MATA HIJAU, KITA SEMUA COKLAT," Nancy berkata dengan semangat.
"NANCY, JANGAN TERIAK DI MEJA MAKAN, ekhem, walaupun, iya, benar, kamu satu-satunya yang bermata hijau dan berambut putih di dunia ini, kamu tahu kenapa?" Pak Farma menggantung kalimatnya.
"Kenapa om?" tanya Nancy penasaran, Uisa juga menyimak dengan seksama.
/Pak Farma menghela nafas dalam
"Itu karena kamu..."*****
"NECROMANCER, NECROMANCER TERAKHIR, BENAR, AHHAHAHA, KENAPA AKU TIDAK SADAR, RAMBUT PUTIH, MATA HIJAU SEPERTI ZAMRUD, HAHAHA, NECROMANCER TERAKHIR," teriak seorang dengan mata terluka di bagian kiri, teriak kesenangan di perpustakaan terbesar. "Hmmm, uang yang besar untukku miliki."
KAMU SEDANG MEMBACA
Things We Won't Understand
FantasiaNancy, seorang gadis dalam pelarian, mencoba mengerti tentang dunia ini.