DEMENANE KITA

3 1 0
                                    


DEMENANE KITA

S-Dimaksum1

1Penulis: Ds. Kiajaran Kulon, Blok. Pelabuhan, Rt/Rw. 14/04, Kec. Lohbener-Indramayu

Tahun 2003 pristiwa yang tidak pernah bisa dilupakan, manakala ledakan bom molotop terngiang ditelinga. Jeritan wanita dan anak-anak masih teringat jelas dibenak, teriakan dan makian pula masih kerap muncul di ingatan. Ia tahun itu kerap terjadi serangan atau perang antar desa, seperti yang terjadi di desa Langgen dan Langut. Kurang tahu apa penyebabnya karena banyak kabar yang kurang jelas kebenarannya.

Ada yang bilang perang tersebut terjadi diakbiatkan karena pemuda desa Langut dihajar ramai-ramai (di keroyok) pas ketika ada hajatan organ tunggal di desa Langgen. Namun ada yang bilang juga karena suara ledakan ban mobil sehingga memicu prasangka buruk, ya mungkin kabar ini sedikit tidak masuk akal namun bisa jadi ini kebenarannya. Meski kabar tersebut datang dari kedua belah pihak belum bisa kita anggap benar, namun ada cerita yang menarik dari pristiwa di tahun 2003 tersebut yang konon katanya pemicu terjadinya perang dua desa.

Hari itu rumah Isti ramai kedatangan beberapa orang dengan pakaian batik, banyak makanan yang terhidang di dalam rumah bukan hanya di dalam rumah diteras rumah juga terhidang beberapa makanan khas ketika ada orang nikahan. Dari balik pintu terlihat penghulu memegang tangan Casman setelah tangan Casman digoyangkan kebawah lelaki dengan kopiya hitam merapal kata-kata suci pemikat wanita disampingnya yang mengenakan kebaya putih dan kain tapih menutupi bagian bawahnya.

"sah..." teriak beberapa orang dari dalam rumah lalu di ikuti mereka yang berada diteras.

Casman langsung menghadap ke arah Isti menatap matanya yang masih sembab setelah menangis semalaman. Casman mengusap pipi Isti lalu menciumnya sehingga terdengar sorak soria dari beberapa orang yang melihatnya bahkan ada mereka yang berteriak keras "yawis kobengi bakale rosa (yasudah nananti malam pasti semangat)" begitulah teriaknya menyindir Casman yang masih tersenyum-senyum memandang raut wajah Isti masih terlihat murung.

Jauh dari pernikahan Isti dan Casman pemuda desa Langut tengah melamun di depan rumahnya sambil memegang surat yang sudah diremas-remas karena kesal dan kecewa dengan isi di dalamnya. Sesekali tangannya menghajar amben lalu dilanjut denga teriakannya.

"Nok Isti kenapa Nok tega menghiyanati Kakang Nok" katanya dengan tetesan air mata "Senok tahu kalau Kakang Rokman demen pisan ning Isti (cinta sekali sama Isti), tapi kenapa Senok tega menghiyanati cinta Kakang" lanjut katanya.

Rokman kekasinya Isti sejak mereka masih umur tiga belas tahun, masih tidak percaya jika kekasihnya tersebut menikah dengan lelaki lain pilihan orang tuanya. Memang teradisi orang dulu selalu begitu menjodoh-jodohkan anaknya dengan orang kaya agar keluarganya terlihat terpandang di mata tetangga. Namun tidak pernah memikirkan hati anaknya yang sudah memiliki cinta, orang tua menganggap cinta itu soal nanti kalau sudah senang dan serumah nanti akan muncul sendiri cinta tersebut, begitulah pikir orang tua.

Beberapa bulan kemudian pernikahan Isti dan Casman terlihat baik-baik saja meski perasaan Isti masih gunda manakala ingatannya kembali atas paksaan orang tuanya untuk menikah dengan Casman dan meninggalkan Rokman pemuda desa Langut yang begitu ia cintai.

"Eh Isti, tumben sore-sore main kesini" kata Watiah sedang menjait sarung suaminya.

Isti hanya tersenyum lalu duduk disamping Watiah, menyandarkan tubuhnya ke pagar rumah yang masih terbuat dari anyaman bambu.

"Wat saya mau minta bantuan sama kamu, kira-kira kamu bisa tidak ya?" kata Isti matanya masih menatap jalan.

"bantuan apa sih?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cerpen "Lakon Dermayuan"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang