The doctor's memory (end)

777 117 54
                                    

Aku melihatnya.

Jelas dengan mata kepalaku sendiri.

Orang yang kusayangi pergi satu persatu.

Menyisakan noda merah ditanganku.

Lagi.

Lagi.

Dan lagi.

Pikirku mulai tak karuan sejak hari itu.

Hari dimana aku bertemu dengan Emma.
Beberapa saat kemudian kehilangan dirinya.

Bukan, itu bukan akhir.
Itu masih permulaan.

Sebelum kematian Emma, aku jatuh hati dengan seorang pria bernama Izana.
Dia menyambutku dengan ramah di rumah Emma.
Bahkan aku tak menyangka mereka bersaudara.

Rasa itu terus tumbuh namun tak pernah tersampaikan, hingga aku menyesali semua.
Menyesali kenapa aku tak bisa menyatakan itu padanya.
Ataupun menyelamatkan hidupnya.

Berita kematiannya menyebar ke seluruh penjuru.
Seperti mimpi buruk yang mulai menyebar ke saluran darahku, mengalir ke nadi, dan tak pernah terhapus setelah itu.

Setelah kematiannya tiba,
saat itulah aku baru bergerak keluar dari lingkaran nyamanku.

Belajar ini itu, kembali berkeinginan menjadi dokter, ingin menyelamatkan orang lain agar tak bernasib sama dengannya ataupun Emma.

Tapi usahaku sia-sia. Tepat setelahnya, Hina, salah seorang temanku dulu, terlibat dalam kecelakaan lalu lintas.
Polisi bernama Naoto menjelaskan padaku bahwa pelaku kecelakaan itu adalah Kisaki Tetta. Satu petunjuk untukku.

Setelah mendengar berita itu, Hina dilarikan ke unit gawat darurat, dimana aku dikerahkan disana.
Namun lagi-lagi aku gagal menyelamatkan orang lain.

Bayangan mimpi buruk terus mengangguku.
Mengusik konsentrasiku pada tubuh pasien, membiarkanku melihat tubuh temanku mendingin di tanganku sendiri.

Terakhir yang kuketahui adalah Mikey yang mengikuti pilihan akhirnya.
Aku tak bisa menahan ataupun menyembuhkan tingkat depresi yang dideritanya.

Setelah menembak salah satu temannya, dia terjatuh dari atas gedung.
'Takemichi' kalau tak salah namanya.
Orang itu berusaha menahan tangan Mikey sebelum benar-benar terjatuh.

Namun kekuatannya memudar, seiring pasokan darah dalam dirinya terus berkurang.

Dua orang dalam satu kejadian.
Meninggal bersamaan di depanku.

Buku berisi foto dan biodata kalian kembali kubuka.
Tanganku gemetar mengangkat spidol berwarna merah.
Membuat garis melintang pada tiap foto dan nama kalian yang perlahan-lahan tercoret satu persatu.

Tanganku mati rasa saat hendak mencoret nama Takemichi.
Bahkan genangan tinta merah menyebar diatas kertas, tempat ujung spidol itu berdiri ditempat.

Aku tak kuat lagi menghadapi hidup ini lagi.

Aku ingin bisa merubah semua ini.

Mulai dari yang paling awal kembali.

Walau aku tau masalalu tak bisa diputar kembali.

Kenapa aku masih terus berharap begini?

Suatu hari, aku mendapat perintah untuk mengoperasi seorang pasien.
Kala itu aku tak punya rasa lagi dalam membedah kulit manusia.
Melihat darah saja sudah tak ada rasa.
Apalagi rasa empatiku untuk menyelamatkan orang lain.
Semua menghilang bersama sosok kalian yang menghilang dari pandanganku.

Unknown Number From The Future (Izana x Reader) || Tokyo revenger FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang