3. Pergi untuk selamanya

8.2K 330 13
                                    

Tangis Aira pecah didalam pelukan Wahyu. Tadi selepas mengantar Wahyu berbuka puasa,sang ayah kembali kritis. Tepat malam jum'at di malam 27 ramadan ayah Sofyan menghembuskan nafas terakhir. Tepatnya ba'dha isya'.

"Ayah mas.."lirih Aira yang mulai lemah.

"Husst....sudah ya,tenang sayang. Ayah akan bahagia di surganya Allah."ucap Wahyu yang setia mengelua kepala Aira dan memberi ucapan menenangkan.

Sesekali ia juga mengecup puncak kepala Aira. Hingga akhirnya pelukan itu terlepas saat Wahyu mendapatkan panggilan jika Syara dan uminya tengah berada di koridor dekat ruangan mereka.

"Assalamualaikum bunda Aisyah. Bagaimana bund?"tanya umi Dewi yang belum tahu kondisi sebenarnya.

"Suami saya baru saja tiada bu..hiks..hiks.."jawab Aisyah dengan mata sembab yang menyiratkan kehilangan.

"Saya sudah kehilangan separuh jiwa saya."ucapnya dibalik pelukan Dewi.

"Tenanglah bund,saya tahu rasanya kehilangan. Tapi jangan terlalu lama yah,kasian pak Sofyan."

"Iya bu."

"Mas...ini ada baju ganti untuk mas."ucap Syara memberi paper bag berisi baju bersih.

"Terima kasih."ucap Wahyu.

Laki-laki itu menatap sekilas Aira yang kini berada di pelukan uminya. Sebenarnya ia masih ingin menenangkan gadis itu. Tapi ada Syara yang harus ia jaga hatinya untuk saat ini.

Wahyu berjalan menjauh dari mereka. Ia akan berganti pakaian dan juga melaksanakan solat isya'.

"Aira,kamu tenang ya nak. Ayah pasti sudah tenang disana. Apalagi kamu sudah mewujudkan keinginan beliaul kan. Umi tau sayang."gumam Dewi.

Aira menatap manik mata penuh ketulusan milik umi Dewi. Ia mengangguk dan kembali memeluk tubuh berisi milik umi Dewi. Tak ada yang dengar percakapan mereka. Terutama Syara yang sibuk bermain ponsel.

Umi Dewi sudah tahu rencana ini jauh sebelum Wahyu menikah. Dan almarhum suaminya juga mengatakan hal yang sama saat beliau menghembuskan nafas terakhir nya kala itu.

"Persatukanlah mereka umi. Abi percaya jika Allah menciptakan Aira dari tulang rusuk Wahyu. Mereka sudah ditakdirkan bersama."ucap Abi Yusuf saat itu.

Aira mendongak saat ia lupa untuk menghadap sang pencipta saat ini.

"Umi,Aira izin ke mushola sebentar yah. Umi bisa temani Bunda?"tanya Aira.

"Iya nak. Silahkan."

Dewi bersyukur bertemu dengan Aira. Seorang gadis baik dan lugu dan memiliki agama yang kuat. Bahkan Aisyah ibunda Aira pernah bercerita jika semenjak lulus SD anak itu tidak mau mempertontonkan wajahnya didepan laki-laki kecuali ayah dan kakaknya.

Itu sebabnya ia meminta ayahnya agar menyekolahkan nya di asrama Abi Yusuf. Dan sejak itulah Abi Yusuf tertarik untuk menjodohkan Wahyu dan Aira. Dengan izin Allah dan tanda yang Allah berikan Abi Yusuf semakin yakin jika kelak Wahyu dan Aira berjodoh.

Namun,Allah tidak hanya memberikan satu jodoh untuk putranya melainkan dua wanita yang insyaallah baik untuk putranya.

"Syara,bisa disimpan dulu ponselnya nak. Kerabat kita sedang berduka sayang."tegur Dewi.

"Ahh..iya umi,maaf. Karena sedang berkabar dengan mama Syara jadi lupa."pinta Syara.

"Ya sudah. Bisa ambilkan air mineral di sana. Sepertinya bunda butuh air nak."ucap Dewi meminta tolong.

"Iya umi."

Syara berjalan ke bagian resepsionis yang menyediakan air mineral kemasan gelas.

"Aisyah. Saya sudah tahu rencana Abi dan pak Sofyan. Semoga pernikahan mereka sakinah mawadah warahmah. Hingga jannah aamiin."

"Terima kasih. Umi. Insyaallah Aira akan menjadi menantu umi yang amanah."jawab Aisyah berusaha tersenyum.

***

Aira berjalan dengan tatapan kosongnya. Gadis itu benar-benar berasa kehilangan orang yang teramat berarti dalam hidupnya. Cinta pertama dan pahlawannya semasa dua puluh satu tahun hidup di dunia.

Bugh..

Aira terperanjat karena tubuhnya terbentur sesuatu. Ia yang semula menutup mata perlahan membukanya. Kain hitam yang sangat pas melekat ditubuh orang yang ia tabrak.

"Hayoo..masih ngelamun hm,nggak kasian sama ayah kalau terus sedih?"ucap laki-laki itu.

Aira mendongak dan mengerjap-ngerjapkan matanya sebab tertutup air mata.

"Mas Wahyu?"

"Iya. Ini aku. Kenapa hm,ngelamun iya. Untung aku loh yang kamu tabrak."ucap Wahyu sambil memegang bahu Aira.

Tanpa berucap,Aira kembali memeluk laki-laki itu.

"Ayah pergi mas,..hiks..hiks.. beliau cinta pertamanya Aira...hiks.."

"Sudah...sudah..mas paham sayang. Kamu mau solat kan?"tanya Wahyu sambil mengelus bahu dan puncak kepala Aira.

Aira itu anaknya mudah menerima kenyataan. Karena itu berarti jalan yang Allah berikan padanya. Dia juga gadis yang mudah akrab pada siapapun. Sehingga jangan kaget jika ia akan mulai bergantung pada Wahyu.

Wahyu tersenyum. Meski ia dan Aira baru bertemu dan langsung menikah. Gadis itu sudah bisa beradaptasi dan tahu dengan siapa ia butuh sandaran terutama pad sang Maha pencipta tentunya.

"Iya. Aku mau solat. Tapi malah nabrak mas."

"Dan gara-gara gadis nakal ini,mas harus wudlu lagi."kekeh Wahyu sambil menyentil dahi Aira.

"Hehehehe...maaf mas."balas Aira malu."

"Ya sudah lepas dulu. Kita wudlu lagi. Terus solat berjamaah saja, sepertinya musholanya tidak untuk tarawih."ajak Wahyu.

"Iya."jawab Aira mengangguk seperti anak kecil.

Keduanya kini baru saja selesai menghadap sang pencipta,Aira mengecup tangan Wahyu khidmat dan dibalas kecupan di dahinya.

"Kita kembali ke ruangan tadi. Sepertinya jenazah ayah sudah selesai di proses."ajak Wahyu setelah Aira melepaskan mukena.

"Ehm..mas. Biar Aira kesana duluan. Aku takut mbak Syara tahu."ucap Aira.

"Maksudnya?"

"Ehm..gini.. maksud aku.."

"Iya mas. Paham kok,mas juga belum siap jika memberitahunya sekarang."

"Jadi?"

"Kamu kesana dulu,mas masih mau mengembalikan baju kotor ini ke mobil."

"Iya mas."

"Hati-hati takut nabrak orang lagi bahaya."bisik Wahyu.

"Maaas.."rengen Aira malu.

"Cantik,untung tertutup masker kalau nggak pasti kelihatan merah banget "goda Wahyu.

"Udah ah. Aira masuk. Assalamualaikum."putus Aira menahan malu. Ia meraih tangan Wahyu sekali lagi dan segera berjalan pergi.

"Waalaikumsalam."

Wahyu tersenyum. Rasanya hangat didadanya saat bisa menggoda Aira. Bahkan ia tidak pernah merasakan ini saat dengan Syara.

Syara dan Aira itu berbeda. Syara cenderung mandiri dan akan marah saat digoda. Katanya sudah tua tidak pantas digoda. Berbeda dengan Aira yang akan malu dan bersemu.

Lagi,Syara itu dewasa dan pekerja keras. Perusahaan mebelnya sebagian di hendle oleh Syara yang lulusan akuntansi. Membuat keduanya sukar bertemu jika pesanan sedang banyak. Dan sepertinya Aira lebih suka di rumah. Memasak, beres-beres rumah dan bertemu santri wati untuk berbagi ilmu.

Istri Kedua Suamiku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang