Bagian Dua

3 0 0
                                    

"Baik, pertemuan minggu depan kita akan ada kuis, mohon dipersiapkan dengan baik, selamat siang."

"SIAAAANG," ucap seluruh mahasiswa berbarengan.

Lala membereskan seluruh perlengkapannya, lalu Rista menyentuk lengannya.

"Ngapain lagi lo kemarin sore, wahai sahabatku tercinta?" Lala menoleh dan tersenyum getir.

"Mengejar cinta." Jawab Lala.

"Gak capek, La? Gue denger ada banyak orang lain di sana? Udah sih La." Kata Rista.

Lala menarik napasnya panjang dan menghembuskannya kasar.

"Ta, gue tau apa yang gue kejar, dan kalopun nanti gue capek bener-bener capek, gue bakal berhenti kok, tapi sekarang belum aja." Jelas Lala.

"Lo gak mal.." ucapan Rista terpotong saat seseorang tiba-tiba berdiri di sebelah bangku Lala.

"Janji lo." Ucap Dio.

Lala mendongak, dan terkekeh.

"Iya, oke, Ta, gue duluan ya ke kantin." Lala lekas berdiri dan hendak keluar dari kelas

"Eh, ada apa nih kok jadi berdua-duaan?" tanya Rista yang terkejut.

Lala hanya meliriknya sekilas lalu melambaikan tangannya ke Rista.

Setibanya di kantin, kantin mendadak hening. Lala yang terkejut kemudian menyadari, karena keberadaan Dio. Dio acuh melihat perubahan suasana tersebut lalu langsung duduk di salah satu kursi yang kosong, diikuti dengan kondisi kantin yang kembali ramai.

"Kenapa sih kantin selalu hening tiap lo masuk?" tanya Lala.

"Pada takut gue laporin buat drop out kali ke bokap." Ucap Dio sambil terkekeh.

"Ih jangan-jangan lo laporin gue ke bokap lo?! Jangan please, banyak mimpi gue yang belum tercapai." Ujar Lala sambil melipat tangannya di depan wajah memohon pada Dio.

"Hahahaha, enggak, bercanda gue, mungkin mereka cuma segan?" kata Dio. Lalu Lala mengedikkan bahunya.

"Mau makan apa? Siomay? Bakso? Mie Ayam? Ketoprak?" tanya Lala,

Dio kembali terkekeh.

"Lo udah kaya pelayan kantin sampe hapal semua menu." Kata Dio.

"Iyalah lo gatau, gue yang punya nih kantin."

"Bokap gue." Jawab Dio yang langsung membungkam Lala.

"Lah iya, ampun." Jawab Lala terkekeh.

"Siomay aja, gue." Ucap Dio.

Lala berlalu memesankan pesanan Dio dan untuk dirinya sendiri, lalu ia kembali duduk di depan Dio.

"Lo pacarnya Arda?" tanya Dio yang langsung mengundang perhatian Lala.

"Amiiin." Jawabnya.

"Lah? Bukan? Gue pikir kalian pacaran terus kalian berantem kemarin?" tanya Dio.

"Bukan. Eh belum. Panjang lah ceritanya, rahasia juga kepo amat lo." Jawab Lala.

"Ya ya yaudah deh, diem nih gue." Jawab Dio.

"Lo kenapa pindah kampus?" tanya Lala.

Di tengah pembicaraan mereka, makanan dan minuman mereka datang. Keduanya melipat tangan, memejamkan mata dan memanjatkan doa.

"Apa tadi lo bilang?"

"Kenapa pindah?" tanya Lala lagi.

"Karena gue males pindah kota, sebelumnya gue di Surabaya, tapi gue ngerasa bukan tipikal anak rantau aja jadi gue pindah." Jelas Dio.

PleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang