"Agatha, kau orang bodoh yang mudah dimanfaatkan."
━━━━━🎈━━━━━
"Avan? Apa hubunganmu dengan dia?!"
Atha mengepalkan tinjunya, ia merasa terancam berhadapan dengan Ketua Komunitas Persatuan Relawan ini. Dystan seolah telah mengetahui dirinya jauh sebelum kakinya menginjak di area ini.
Dia, Dystan menunjukkan seringai aneh. "Jauh sebelum ada kamu, aku sangat mengenal Avan," katanya berhasil membuat Atha meremang.
"Jangan khawatir. Aku belum mengetahui apa-apa tentangmu," tambahnya.
Bohong. Suara hati Atha lebih dulu berseru tidak percaya. Dystan tahu Atha dekat dengan Avan—Abang Amanda yang dirawat di Rumah Sakit, kecil kemungkinan bila Dystan hanya tahu Atha sekedar teman Avan. Pasti lebih.
"Aku hanya tahu nama lainmu melalui perawat rumah sakit, Agatha, bukan?"
Atha meneguk salivanya susah payah, Dystan tahu nama awalnya, rasanya percuma Atha memberitahu nama tengahnya.
"Kamu takut samaku?" tanyanya.
Pertama kali bertemu, memberi bantuan menyusup ke dalam komunitas, mengetahui orang yang sering ia jenguk, dan terakhir, mengetahui namanya. Bagaimana Atha tidak takut? Dia sedang berdiri di depan seorang stalker.
"Tidak masalah. Kita bisa buat perjanjian untuk tidak melewati batas privasi masing-masing. Cukup kenal sebatas nama. Kamu hanya perlu memberikan afeksi yang sama seperti kamu berikan pada Avan dan aku akan membantumu menyusup dalam komunitas ini. Bagaimana?" tawar Dystan.
Afeksi yang sama seperti Avan. Apa pria ini kurang kasih sayang? Kenapa dia meminta afeksi dari Atha?
"Bagaimana saya bisa percaya dengan janji kamu? Dan juga, penawaran ini terlalu aneh. Kamu hanya mau perhatian saya? Kamu yakin tidak punya maksud lebih?" tuding Atha tidak puas.
Dystan tersenyum kecil. "Aku meminta sesuatu yang tidak pernah nyata kurasa. Bukankah itu termasuk sesuatu yang lebih?"
Tidak butuh waktu lama Atha paham perkataan Dystan. Dystan ingin merasakan secuil hangat perhatian. Entah mengapa, Atha semakin melihat sosok Pangeran dalam Dystan. Keduanya nampak mirip.
"Aku tidak punya bukti konkret untuk membuatmu percaya dengan perjanjian kita. Tapi, aku tipe orang yang menepati janjinya," lanjutnya tanpa ragu.
Mata Atha menyisir ke segala arah, kepalanya penuh dengan berbagai macam pertanyaan, sulit rasanya ia menerima tawaran yang aneh ini. "Tapi, kenapa? Kenapa harus saya? Kamu bisa minta sama—"
"Teman? Keluarga?" potong Dystan lebih dulu. "Tidak ada. Aku tidak punya."
Dalam sekejap benak Atha dipenuhi rasa bersalah. Ia jadi merasa kasihan pada Dystan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Kegelapan [Hiatus]
Jugendliteratur[Penulisnya kena culture shock perkuliahan, jadi terpaksa hiatus😭] Pangeran Agares Rahayu. Sesuai dengan namanya, dia memang price charming-nya SMA Bimasakti. Wajah yang ganteng menyilaukan mata, tatapan tajam menghunus jiwa, suara berat memabukkan...