BAGIAN 66 Searchless
Di balik gerbang berdesain kuno itu terdapat rumah-rumah kuno juga, khas desa di masa lalu. Beberapa rumah berjejer di sepanjang jalan, ada pula yang berbentuk seperti toko-toko penjual makanan jalanan. Persis seperti yang terlihat dalam drama-drama kolosal hanya saja tidak semeriah itu.
Bagaimanapun, dalam drama terlihat lebih hidup setelah ditambah efek-efek tertentu dalam proses pembuatannya.
Bagi Xiao Zhan, yang pertama kali mengunjungi tempat seperti ini, terlihat sangat unik dan memancing rasa penasaran. Keinginan untuk menjelajah jelas terlihat dari cahaya matanya yang berkilauan, mengedar ke sana-kemari, memperhatikan satu per satu area.
Area perumahan kuno itu berada di bawah kaki gunung sehingga pemandangan gunung berada di belakang setiap bangunan, tampak memperindah tampilan. Suasana tradisional tercipta dengan baik dan mampu membuat orang-orang yang datang merasa bahwa mereka sedang menjelajah waktu, terdampar di kehidupan masa lampau.
Ye Tianchen berjalan di samping Xiao Zhan, dapat melihat antuasame di mata laki-laki yang lebih muda darinya itu, jiwa ‘pemburu bintang’ di dalam dirinya tiba-tiba hidup. Tidak kalah antusias seperti Xiao Zhan, ia mulai memberi penjelasan singkat seperti seorang pemandu wisata.
“Tempat ini sering dijadikan tempat syuting film kolosal dan tidak jarang juga dijadikan tempat wisata, hanya untuk orang-orang tertentu, seperti kamu dan Tuan Wang. Ketika syuting di malam hari cuaca di sini sangat dingin, tapi jika adegan festival lampion, bayangkan betapa indahnya itu.”
Manik mata Ye Tianchen juga memperlihatkan kesenangan, jelas bahwa ia juga menyukai tempat ini.
Di malam hari, tanpa bising kendaraan di jalanan dan kesibukan pusat kota, suara-suara alam dapat didengar dengan jelas. Angin bertiup pun memiliki daya tarik, daun bergesekan, dan suara air mengalir. Semua suara-suara itu terdengar jernih dan murni, memiliki semacam efek menenangkan.
Bahkan kicau burung di pagi hari dan hangatnya sinar matahari menjadi sesuatu yang membuat jatuh hati. Belum lagi tidak ada polusi udara di tempat ini.
Xiao Zhan mendengarkan dengan saksama setiap penjelasan Ye Tianchen seperti ia sedang mengikuti pelajaran di dalam kelas. Rasa takjubnya semakin dala di setiap kalimat yang didengar.
“Tuan Ye, apa kamu sering ke sini?” tanyanya cukup penasaran. Karena Ye tianchen tampak sangat familier dengan tempat ini dan tahu banyak hal.
Ye Tianchen mengangguk semangat. “Tentu saja aku sering ke sini. Omong-omong, berhenti memanggilku begitu formal ketika berada di luar urusan bisnis. Panggil saja Tianchen.”
“Eh, aku tidak berani, itu sepertinya ... kurang tepat dan tidak sopan.” Xiao Zhan memberi penolakan, ia menyilangkan tangan di dada dan menunjukkan ketidaksetujuannya.
“Kenapa, ah? Apa karena aku terlihat tua?” Ye Tianchen memegang pipinya, sedikit meremas. Bibir mengerut ke depan tampak kurang suka, lalu melanjutkan, “Kalau begitu panggil aku Chen Ge. Jangan terlalu formal, lagi pula usia kita tidak jauh berbeda.”
Xiao Zhan tidak bisa menolak lagi. Akan menyinggung jika dia melakukannya. Pada akhirnya ia menggangguk setuju. “Ya, Chen Ge ....”
Pundaknya dipukul cukup berat, tetapi tidak menimbulkan masalah serius.
“Bagus, anak muda!” seru Ye Tianchen diiringi tawa ceria. “Jika kamu menjadi salah satu aktor, kamu juga akan sering mengunjungi tempat-tempat menyenangkan seperti ini. Bagaimana, apa kamu tertarik?”
Ha, seharusnya Xiao Zhan tahu impikasi dari sikap baik Ye Tianchen. Alasan mengapa ia sangat berantusias dalam memberitahu banyak hal padanya, menjelaskan tentang ini dan itu dengan sangat teliti serta sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Season ✓
FanfictionUntuk sebagian besar hidupnya, Xiao Zhan merasakan ketidakberuntungan yang teramat besar. Setiap luka baru akan muncul di sisa-sisa malamnya. Luka yang membuatnya mengerang sakit akibat rasa ngilu yang menyentuh hatinya. Dia selalu menggigil di set...