***
Hari ini, pimpinan cafe datang. Aluna beserta karyawan yang lain menyiapkan penyambutan kecil-kecilan. Karena memang pimpinan cafe datang ketika beliau sedang tidak sibuk. Mulai dari sedikit dekorasi ruanganya, menyiapkan makanan kesukaannya, dan para karyawan memakai aksesoris di tubuh mereka. Ide siapa lagi kalau bukan Aluna. Gadis itu sepertinya sangat antusias menyambut bosnya.
"Semangat bener lo."
Aluna menoleh pada Zaldi yang sedang merangkul pundaknya. Laki-laki itu tersenyum manis ke arah Aluna. Kemudian gadis itu mengedarkan pandangannya ke sekitar yang tampak sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
"Kira-kira, Si Bos masih inget gue ga, ya?" gumam Aluna.
Zaldi langsung menoleh ke arah Aluna dengan kening berkerut. "Lo dari kemarin ngomongin Si Bos mulu. Suka, lo?"
"Nggak. Kalau bisa jadi orang kepercayaannya Si Bos, pasti dijamin langsung kaya deh. Secara koneksinya beliau dimana-mana," ujar Aluna sambil berpikir.
"Yeu, gue kira apaan. Duit mulu pikiran lo," ujar Zaldi sambil menjitak kepala Aluna.
Zaldi tidak pernah serius menjitak Aluna. Buktinya laki-laki itu langsung mengelus kepala Aluna dengan lembut. Orang-orang yang melihat sikap mereka pasti mengira sepasang kekasih. Padahal nyatanya bukan.
Mba Rere datang menemui mereka dengan muka andalannya. Seketika, Zaldi langsung melepaskan rangkulannya pada Aluna. Mereka berdua tersenyum manis pada sang manajer.
"Kalian ngapain?" sinis Mba Rere.
"Tadi saya bantuin Aluna bersihin meja, Mba," jawab Zaldi.
"Mending bantuin anak-anak beresin ruangannya Si Bos. Kan kamu yang paling tahu tentang barang-barangnya Si Bos."
Zeldi tersenyum kemudian mengangguk. Laki-laki itu menoleh pada Aluna sekilas kemudian berlalu pergi.
Tinggallah Mba Rere dan Aluna di depan meja kasir. Aluna dengaan canggung kembali mengelap meja kasir dengan sesekali melirik Mba Rere yang sedang memperhatikannya.
"Kondisi kamu?"
Aluna menyerngit bingung kemudian tersenyum penuh arti.
"Udah, Mba Rere."
"Hm. Bagus."
Aluna tersenyum penuh makna melihat punggung Mba Rere yang perlahan menjauh.
***
Aldebaran tidak tahu mengapa kakinya membawanya ke tempat ini. Padahal niat awalnya hanya ingin jalan-jalan sambil menjernihkan pikirannya. Namun, langkah kakinya membawa dirinya ke sebuah cafe yang entah milik siapa. Dirinya merasa tertarik untuk masuk. Dia menoleh ke kana dan ke kiri memastikan tidak ada kendaraan yang lewat. Saat sudah sampai di pintu masuk, mata Aldebaran menangkap seseorang yang membuat pikirannya kalut.
Di dalam sana terlihat Aluna sedang sibuk membersihkan meja, sesekali mengarahkan karyawan lain untuk membantu dirinya. Gadis itu terlihat seksi ketika keringat mengucur di dahinya. Aldebaran merasa ada sesuatu aneh dalam dirinya ketika berdekatan dengan Aluna.
"Gadis itu adalah seorang putri yang terlahir kembali karena sebuah kesalahan."
Seketika ucapan Raja Edward terngiang-ngiang di kepalanya. Aluna memang cantik, tetapi tidak sekelas bangsawan. Tidak ada seorang putri yang mau jadi babu. Atau mungkin, Aluna tidak tahu menahu soal ini. Mungkin saja, Aluna adalah kiriman dari Raja Edward untuk menguji kesetiaannya pada Putri Darla. Opsi terakhir lebih cocok menurutnya. Tekadnya sekarang adalah menyingkirkan Aluna sejauh mungkin. Karena gadis itu berpengaruh besar terhadap hubungannya.
"Ajal akan segera menghampirimu," gumam Aldebaran sambil tersenyum smirk.
***
"Ayah, Darla mencintai Aldebaran. Hanya Aldebaran yang Darla mau," ujar Darla sambil menangis.
"Kali ini bantu Ayah."
Darla menjauhkan tangannya dari sang ayah. Gadis bermata coklat itu mengusap air matanya dengan anggun.
"Darla akan bantu Ayah. T-tapi bukan begini caranya. Darla tidak mau menghianati Aldebaran. Bukan 'kah aku dengan Aldebaran memiliki garis takdir yang sama? Keturunan Hermes dan Athena tidak bisa dipisahkan," tegas Darla.
"Garis takdir itu bisa diubah demi kepentingan banyak hal. Saat ini Kerajaan Schloss mengalami penurunan drastis. Kita butuh penyongkong untuk memajukan kerajaan ini lagi. Jadi, menikahlah dengan Pangeran Cay."
Darla menatap sang ayah datar.
"Kebahagiaan Darla nggak penting dibandingkan kerajaan ini? Dari kecil Darla udah belajar soal kepemimpinan. Bahkan usia Darla sudah hampir memenuhi syarat. Penerus Ayah siapa lagi kalau bukan Darla. Darla bisa kok bangun kerajaan ini lagi biar kayak dulu," ucap Darla.
Raja Edward menghela napas. Sifat putrinya sangat keras kepala. Harta dan kekuasaan menjadi hal yang utama. Dirinya terpaksa melakukan hal ini demi kebaikan Darla. Entah ini langkah benar atau salah. Dia hanya ingin yang terbaik untuk putri yang ia rawat sejak bayi.
"Ayah sudah mengatur untuk jamuan malam ini. Berdandanlah yang cantik, meskipun kau memang sudah cantik. Ayah ada yang ingin dibicarakan sama Paman Mahen."
Raja Edward berlalu pergi meninggalkan Darla dengan perasaan dongkolnya. Kemarin ada jamuan dengan kerajaan sebelah. Darla memang sering menemani sang ayah menghadiri jamuan. Jadi, tidak salah jika dirinya menjadi inceran para kaum adam, dari keluarga bangsawan bahkan rakyat jelata sekalipun. Namun, pertemuan keamarin adalah pertemuan yang paling dibenci Darla. Dengan seenaknya, sang ayah langsung menjodohkan dirinya tanpa sepengetahuannya.
Dia dijodohkan dengan Pangeran Cay dari kerajaan tetangga. Jika dibandingkan dengan Aldebaran, pasti jauh lebih unggul kekasihnya. Hanya bedanya, Pangeran Cay lebih kaku dibanding Aldebaran. Memikirkannya saja sudah membuat Darla pusing. Belum lagi jika Aldebaran mengetahui soal hal ini. Entah bagaimana nasib laki-laki itu.
Rabu, 01 September 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Shadow
Fantasy[FOLLOW DULU YUK, SEBELUM MEMBACA] --[ON GOING]-- Cerita bermula saat Aldebaran Hermes hadir sebagai siswa baru. Laki-laki utusan dewa yang ditugaskan untuk menjaga putri tunggal keturunan Athena yaitu Athena Aluna Minerva. Aldebaran sendiri bahkan...