☁️
Jam sudah menunjukan pukul 4 sore dan saat ini kami semua baru saja selesai sholat ashar bersama, saat sedang menikmati cemilan dn mengobrol dengan keluarga besar yang kumpul dirumah bunda Aisyah.
"oh ya Abang Fian gimana udah sampai mana hafalan Qur'an nya? "tanyaku seraya menatap Fian yang sedang bermanja dengan Mbak.
Aku tau kenapa dia manja dengan Mbak karena hanya Mbak yang mencurahkan kasih sayangnya untuk Fian, bukan kami semua tak menyayangi Fian hanya saja sayang dan cinta paling besar dari Mbak Indah bahkan jika orang lain tak tau mungkin orang lain akan mengira bahwa Fian adalah anak pertama dari Bang Arsyil dan Mbak Indah.
"Alhamdulillah 20 Juz ty, minta doanya semoga Abang bisa cepat selesaikan"jawabnya membuat semua orang kagum dengan pencapaian yang di hasilkan oleh Fian.
Karna progres dia dalam menghafal sangat lah cepat bahwa Icha pun masih dibawah Fian,
"bahkan ya dek Ning, Fian akan mengikuti ajang perlombaan memanah mewakili provinsi dari pesantren Darul Aghnia"ucap Mbak Ning Syifa membuat kami semua menatap Fian yang sedang bermain dengan Adrian."bener itu bang? "tanya Mbak Indah kepada Fian.
"insyaallah Mbak, doakan saja semoga aku bisa membanggakan nama pesantren dan juga Abah dan Ummah"jawab Fian membuat Mbak langsung memeluk nya, kami semua terharu.
"kamu sudah sangat membanggakan dek"ucap Mbak Indah dan Bang Arsyil hanya bisa mengusap kepala Fian tanpa berkata.
"Mbak, ada yang ingin Fian bicarakan sama Mbak dan Abang"ucap Fian yang tampak serius membuat kami semua menatapnya lebih serius.
"ada apa bang? "tanya Bang Arsyil kepada Fian.
"izinkan Fian ikut beasiswa ke Yaman"jawab Fian membuat semua orang diam sedangkan Abah, Gus Rizky dan Mbak Ning Syifa yang sepetinya sudah tau makanya bersikap biasa ajh.
"bang, abang serius? Yaman tuh jauh lh dan umur abang pun membuat Mbak ragu melepas Abangnya"ucap Mbak Indah dengn tatapan terkejut.
"Nak, Fian sedang mengikuti beberapa tes untuk ikut beasiswa ke Yaman setelah lulus nanti. Biarkan dia pergi dengan segala keberaniannya, dengan segala tekadnya jangan ditahan atau dilarang karna niat dan tujuan Fian kesana itu baik nak dia ingin lebih luas lagi mengenal dunia dan agamanya"ucap Abah membuat Mbak diam menatap Fian dalam.
"izin ya Mbak, Fian mohon"
"bang, ini gak ada kaitannya dengan Papah juga Mamah kan? Kamu mengambil jalan ini bukan karna akan pergi dari mereka kan"ucap Mbak membuat Fian terdiam dan menundukan kepalanya.
"kenapa diam? Bukan kan bang? Kamu pergi karna cita-cita mu kan bukan karna Keegoisan Papah dan Mamah"lanjut Mbak dengan derai air matanya membuat kami semua ikut merasakan kesedihan yang tercipta.
Saat kami sedang menunggu jawaban Fian tiba-tiba ada suara salam dari pintu utama membuat Bunda berdiri dan berjalan ke pintu melihat siapa tamu yang datang, tak selang lama masuk lah Mamah dan Papah yang masuk keruang tengah ini dengan wajah bahagianya membuat aku langsung menatap Fian yang tampak biasa ajh.
"Papah, Mamah kapan pulang? "tanya Mbak Indah yang langsung mencium tangan mereka dan diikuti oleh bang Arsyil, Baba, Bubu dan kami semua kecuali Fian.
"dua hari yang lalu Papah tiba di Jakarta, tapi Papah minta maaf ya Nak gak bisa langsung mengunjungi kamu dan keluarga karna Mamah harus banyak betres di kehamilan yang saat ini"ucap Papah membuat Mbak tersenyum tipis dan menganggukan kepalanya.
"lh Abang kok ada disini? Kenapa gak langsung pulang kerumah? Gak kangen sama Mamah"ucap Mamah kepada Fian yang masih duduk ditempatnya dan hanya memerhatikan saja.
"Abang ayo salam sama Papah dan Mamah"ucap Mbak Indah membuat Fian menatap Mbak dalam dan mbak mengode Fian dengan menganggukan kepalanya pelan.
Fian mencium tangan Mamah dan Papah bahkan saat Mamah akan mencium kening Fian, tapi dia menghindar dan setelah itu dia pun pamit ke atas untuk bermain dengan yang lain disana membawa adrian bersamanya.
"Gimana kandungan Mamah? "tanya Mbak yang mencairkan suasana.
"alhamdulillah kak baik"
Aku izin ke atas kepada semua orang niatku hanya ingin berbicara dengan Fian setidaknya ada orang yang memperhatikan dirinya disaat ada seseorang yang gak dia sukai, aku melihat Fian berdiri di balkon ruang bermain dengan pintu kaca yang tertutup agar Anak-anak tidak ikut dia berdiri disana.
"Abang"ucapku mengusap punggung Fian.
"iya ty, kenapa Tyty kesini? "tanya Fian menatapku.
"gak selamanya kesendirian itu menyenangkan bang, jadi walaupun Tyty tau abang menginginkan kesendirian tapi Tyty gak mau pergi agar abang tau bahwa masih banyak kok orang peduli sama abang"jawabku membuat dia menatapku.
"syukron ya ty, Ty boleh abang bertanya?"
"na'am"
"Ty boleh tidak si kita pergi untuk mengambil beasiswa tapi tanpa restu dan izin dari wali? "tanya Fian membuatku menatapnya.
"tidak boleh karna setau Tyty, ada beberapa persyaratan yang harus ditanda tangani oleh Wali. Kenapa? niat abang tidak akan bilang sama Mamah Papah ya? "tanyaku balik setelah mejawab jawab pertanyaan nya.
Dia diam dan aku hanya tersenyum lalu menyimpulkan bahwa diamnya Fian adalah jawabannya,
"Abang sangat penting restu dari wali atau orang tua itu, karna akan sangat percuma jika abang pergi tanpa izin dan restu kedua orang tua abang, ilmu yang akan abang dapatkan hasilnya akan Nol besar tidak ada isinya bagikan Cireng tanpa isi hambar kosong"ucapku membuat Fian menatapku."menurut Tyty bagaimana? "
"izinlah coba berbicaralah jika dilarang maka terus berusaha, bang sekeras kerasnya batu dia akan pecah, dia akan rapuh kalau terus disirami dengan air, dan taukan jika kita tanamkan kesabaran didalam diri kita, kita tanamkan kesabaran di apa yang kita inginkan percayalah bahwa kesabaran itu akan berbuah manis sangat-sangat manis karna Allah maha mengetahui bahwa abang sudah bersabar dengan ujian yang Allah berikan"jawabku menatapnya dan dia mendengarkan nya dengan sangat serius.
"kuatkan niat itu utama, tapi jika niat kita salah maka akan berakhir salah. Maksud Tyty Niat abang ingin ke Yaman itu untuk apa? Jika untuk menambah wawasan, menambah ilmu jalan itu akan benar dan jalan itu akan dipermudah sama Allah karna tujuan abang benar ingin menimba Ilmu Allah, tapi jika niat abang ke Yaman ada kaitannya dengan kehidupan abang atau niat salah lainnya maka Allah akan persulit itu walaupun menurut abang mudah kok kalau di jalani tapi nyatanya hasil akhirnya yang abang dapatkan adalah kekecewaan bukan prestasi atau kebanggan"lanjutku membuat Fian dim seraya menatap lurus kedepan.
"seperti itu ya ty? "
"iya bang, abang harus menjadi sosok lelaki yang bisa mengucapkan Astagfirullah alazim saat ada yang mencoba membuat abang marah, abang harus bisa menjadi sosok lelaki yang saat orang menghina, orang mengucilkan abang tidak membenci"ucapku mengusap kepalanya.
"syukron ya ty, Abang selalu bisa berfikir setelah Tyty memberikan Abang penjelasan. Insyaallah Tyty abang akan memperbaiki niat abang mengejar beasiswa ke Yaman itu untuk apa"
"semangat, Tyty dukung kamu. Tyty orang pertama yang akan maju jika ada yang menentang niat baikmu menimba ilmu di kota wali itu"jawabku membuat Fian tersenyum padaku dan kami pun kembali keruang tengah bersama-sama.
☁️
*catatan = Masyaallah bisa sedikit-sedikit nulis cerita ini, slow up ya karna jarang sekali mendapatkan ide untuk cerita ini..
Syukron yang sudah tertahan dicerita ini sampai saat ini, Jazakillah semoga kalian bisa mendpatkan hikmah didalam cerita yang ku buat. Aku menulis karna itu hobi jadi Vote kalian adalah bonus dari apa yang ku tulis, aku hanya menyenangkan diriku sendiri tapi jika ada ikut senang dengan apa yang ku tulis Alhamdulillah...
Salam penulis
Aprilia Shusanti ❤

KAMU SEDANG MEMBACA
MY LIFE ( ON GOING )
Romance🌜 My Life🌛 بسم اللله الرحمن الر حيم وَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ "Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu tetapi ia baik b...