1. Siapa

56 5 0
                                    

Di hari itu.

Aku terbangun di sebuah tempat yang aku tidak kenal.

Melihat seisi ruangan dan kepalaku di balut perban.

Aku tidak ingat apapun, tempat tinggalku, apa yang terjadi padaku, bahkan namaku. Tidak ada yang aku ingat sama sekali.

Yang aku ingat hanyalah seseorang yang sekilas, saat aku berusaha mengingat apa yang terjadi, kepalaku sangat sakit sekali.

Rambutnya panjang berwarna hitam.

Satu hal yang aku tau adalah aku harus mencari seseorang.

"Syukurlah kamu sudah bangun." (Menggunakan bahasa Jepang)

Ucap seorang wanita yang terlihat sudah sedikit berumur itu.

Aku tidak mengerti, kenapa aku mengerti yang wanita ini ucapkan, kenapa aku mengerti bahasa ini.

"A- anu siapa namamu." Tanya wanita di samping nya lagi.

Terlihat dari pandanganku dia lebih muda dari wanita sebelumnya.

Aku hanya bisa diam saja menatap mereka saat mereka menanyakan namaku.

Namun namaku sendiri aku tidak mengingatnya.

"Dimana aku?" tanyaku pada mereka.

Mereka lalu saling memandang.

Terlihat wajah mereka juga penuh kebingungan, pertanyaan yang dilontarkan mereka kepadaku, aku jawab dengan pertanyaan kembali.

Berubah wajah mereka kali ini terlihat seperti khawatir.

"Ini desa Itagawa, prefektur Fukushima, negara Jepang." Jawab wanita yang lebih muda.

"Itagawa, Fukushima??"

"Aku tidak mengerti, apa yang sebenarnya terjadi padaku!" Aku memegang kepalaku yang terasa sangat pusing saat aku berusaha mengingat sesuatu.

Mereka hanya diam saja, dengan wajah lesu, dan juga kebingungan.

"Sebenarnya kami menemukanmu di pinggir pantai, saat kami sedang membuat garam." Jawab wanita yang lebih tua.

"Aku di- ditemukan di pantai!?" Ucapku sangat terkejut.

"Sebenarnya siapa diriku! nona tolong beritahu aku, siapa... siapa diriku!?" Mataku sedikit berkaca dengan memohon tanpa rasional.

Aku semakin kebingungan, apa yang terjadi padaku, dan juga kenapa aku bisa bahasa ini.

Aku merasa seperti ini bukan bahasa utamaku, bukan yang biasanya ku ucapkan.

Semakin ku berusaha mengingat semakin rasanya kepalaku ingin pecah.

Rasanya seperti aku pernah menjalani kehidupan yang sangat lama, namun otak ku hanya merasakan seperti aku baru hidup saat ini.

Rasanya aku ingin menangis.

"Untuk sekarang kamu istirahat terlebih dahulu, tenangkan dirimu, untuk mengingat identitas mu ya." Ucap wanita yang lebih muda itu dengan ramah dan tersenyum

Mereka lalu keluar ruangan ini.

"Sepertinya dia lupa ingatan." Ucap wanita yang lebih tua.

"Apa kita harus panggil polisi??" Tanya wanita yang lebih muda.

"Jangan, sepertinya kondisinya tidak baik kalau polisi mengintrogasinya, sebaiknya kita tunggu sampai dia baikan terlebih dahulu."

-

Itulah apa yang terjadi hari itu.

Sudah hampir 2 tahun sejak waktu itu, aku sudah tinggal di desa ini dan berbaur dengan masyarakat setempat.

Siapa dia?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang