Kesombongan Induk Kucing

7 2 0
                                    

Pada suatu hari disebuah desa tepi hutan. Tampak seekor ayam jago yang sangat besar bersama sang istri sedang mengais-ngais makanan di tanah. Lalu, datanglah si induk kucing dengan langkah tergopoh-gopoh menghampiri si ayam jago.
“hei si ayam jago, kau sedang apa disana?” tanya si induk kucing
Si ayam jago lalu menjawab, “ eh ada induk kucing, mari sini mencari makanan dengan kami. Mana tau ada sisa ikan yang bisa kau makan”.
“aku tidak biasa makan sisa ikan seperti itu, perutku hanya mau menerima ikan yang masih segar saja.” Sahutnya dengan sombong
“carilah dahulu, setidaknya kau tidak perlu capek ke tepi sungai menangkap ikan untuk makan hari ini, kau sedang mengandung.” Jawab sang ayam jago
“aku tidak akan memberi calon anakku makanan yang seperti ini. Bisa-bisa ia nanti akan sakit-sakitan. Oh ya, ayam jago. Istrimu masih belum bisa memberikanmu anak?” tanya si induk kucing penasaran
“belum kucing, telur yang dihasilkan istriku selalu saja gagal dan tidak mau menetas. Padahal ia sudah berusaha berkali-kali.” Jawabnya sedikit sedih
“Kenapa kau masih saja setia kepada istrimu? Kulihat kau juga sangat perhatian dan cinta padanya”. Ledek si induk kucing
Mendengar perkataan itu, istri sang ayam jago tampak sedih, ia hanya menunduk tabpa mengucapkan apa-apa
“aku sangat menyayanginya, walaupun ia tidak bisa memberikanku keturunan.” Jawab si ayam agak sedih.
Waktupun berlalu, si induk kucing telah melahirkan anak yang dikandungnya.
Pada suatu siang, ketika induk kucing terbangun dari tidurnya, ia kaget melihat tidak ada lagi ketiga anak kembarnya berada di sisinya. Mika, miki, dan miko merupakan anak kesayangan si induk kucing. Si induk kucing hanya hidup berempat di suatu desa pinggir hutan. Bapak dari ketiga anaknya telah mati ketika berkelahi dengan sang raja hutan yang hendak memangsa anaknya.
“oh anakku, kemana mereka?” ujarnya menangis mencari kesana kemari
Induk kucing pun terus mencari ke seluruh tempat yang ada disekitar rumahnya. Namun anak-anak itu tak kunjung ditemukan. Induk kucing itu tertunduk di depan rumahnya, ia terus menangisi anak-anaknya.
Tiba-tiba muncul pasangan ayam yang tampak bahagia. “eh induk kucing, sedang apa kau disini? Kulihat anak-anakmu sangat bahagia bersama pak musang di tepi hutan sana”.
“anakku? Benarkah di sana ada anakku?” induk kucing itu berlari menyusuri jalan hutan.
Selang beberapa lama induk kucing itu akhirnya mendapati musang dan ketiga anak-anaknya. Namun, saat ia hendak mendekat muncul seekor ular yang sangat besar, ia melilit tubuh ketiga kucing itu dan membawanya keatas pohon yang besar.
“anakku, anakku”. Teriak induk kucing
“siang ini sangat panas, aku merasa lapar, untung saja ada tiga makanan lezat di sini”. Ujar ular itu.
“hei ular, lepaskan anak-anak itu.” Teriak musang
“jika aku melepaskannya maka aku harus menelanmu sebagai gantinya musang.” Ancam ular itu.
Musang itu menatap induk kucing yang menangis dan tak sanggup bicara.
“aku?” tanya musang itu kepada ular.
“ya, kau!”
“tidak ular, tidak. Daripada kau memakan aku, lebih baik kau telan saja anak-anak kucing itu. Induk kucing itu saja tidak pernah menghargai orang lain, lalu untuk apa aku berkorban demi anak-anaknya.” Ujar si musang
“baiklah, kau memiliki keputusan yan sangat hebat musang” sahut ular
“hai induk kucing, untuk apa kau bersedih, bukankah kamu masih bisa melahirkan anak lagi, tidak seperti induk ayam yang tak bisa memberikan keturunan. Lalu, bukankah kau selalu menjadikan kemampuanmu melahirkan anak itu untuk menyombongkan diri kepada induk ayam?” lanjut si ular
“jangan ular, jangan. Aku sangat menyayangi anak-anakku. Aku sangat menyayangi mereka” jawab si induk kucing.
“sudahlah kucing, kau hanya akan merasakan sedikit kesedihan, nanti kau pun akan terbiasa. Bukankah kau tak pernah menghargai sebuah hubungan?
Ular itu membuka mulutnya dengan lebar hendak menerkan seekor anak kucing. Tiba-tiba kepala ular itu mendapat lemparan ranting yang cukup besar. Ular pun sangat marah saat mengetahui suami ayam yang melakukannya.
“hei kau, apa yang kau lakukan?” tanya ular
“lepaskan anak-anak kucin itu!” jawab ayam jago dengan tegas
“kau ingin ku makan juga?”
“lepaskan atau kau akan mati” teriak ayam itu sambil menendang sebuah ranting ke arah si ular.
Ranting itu tepat jatuh dan menancap di ujung mata kiri si ular. Ular itu terkejut dan kehilangan keseimbangan. Istri ayam yang telah berhasil mengendap di ranting pohon yang sama dengan si ular berhasil merebut ketiga anak kucing itu.
Ular semakin marah saat mengetahui mangsanya berhasil lari. Dengan beringas ia mengejar tiga anak kucing dan istri ayam itu. Sang ayam jago bergerak cepat dari arah yang berbeda dan mencakar tubuh si ular. Melihat usaha sepasang ayam itu, induk kucing juga berlari menuju ular itu. Si Ular mengalami banya luka setelah berkelahi dengan sepasang ayam dan induk kucing. Ia berlari menyelamatkan diri ke dalam hutan.
“anakku” tangis induk kucing itu memeluk anaknya
“kau harus menjaga mereka dengan baik” bisik istri si ayam jago
“maafkan aku, aku seringkali menyakiti hati kalian. Sekarang justru kalian yang menyelamatkan anak-anakku.” Ujarnya dengan penuh penyesalan
“ini kewajiban kita sebagai sesama penghuni hutan, induk kucing. Semoga kau dapat belajar dari kejadian ini.”
Sepasang ayam itu akhirnya pergi menyusuri jalan hutan kembali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 31, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kesombongan Induk KucingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang