💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮
POV Manda
Hari ini tidak seperti beberapa hari yang lalu yang mana banyak masalah yang aku hadapi dan selalu berkaitan dengan orang itu. Entah kenapa aku sangat membenci dia sejak hari pertama bertemu, apa yang dia lakukan selalu salah di mataku. Hari ini, aku tidak ke kampus jadi seharian akan ku habiskan di kedai bakso Mang Mamat dibandingkan di rumah ku sendiri.
"Mang Mamat bakso satu ya." pintaku sambil mencari tempat duduk yang kosong.
"Asyyap Neng." jawab Mang Mamat.
Melihat Mang Mamat yang sudah seperti sedia kala membuat aku bahagia. Aku memilih tempat duduk di pojokan agar terhindar dari orang yang berlalu lalang. Aku memang tidak terlalu menyukai keramaian dan lebih suka menyendiri semenjak kematian orang tua ku.
"Pak bakso nya 3 ya, yang 1 jangan pedas." ucap perempuan yang menggandeng tangan anak kecil. Aku yang melihatnya langsung bergegas menutupi mukaku dengan buku menu. Orang itu adalah Syifa, mantan sahabatku.
"Kenapa sih tuh orang makan disini, dari sekian banyak kedai bakso kenapa harus kesini." Bisikku pelan.
Aku pelan - pelan menuruni buku menu dari mukaku untuk melihat tempat duduk mana yang dipilih oleh perempuan itu.
"Huuh.... lega." ternyata tempat duduk yang dipilihnya jauh dari aku. Melihat dari kejauhan membuat ingatan masa lalu ku muncul kembali. Ternyata musuh yang paling kejam adalah sahabat sendiri, sahabat yang sangat dekat denganku berani main belakang dengan pacar 3 hari ku. Iya benar, aku memang baru berpacaran selama 3 hari dan diselingkuhi oleh sahabat sendiri lagi.
"Neng Manda, ini bakso nya sudah jadi yuhuu...." teriak Mang Mamat keras hingga membuat semua orang yang berada di kedai mendengarnya. Aku yang kaget karena teriakan Mang Mamat langsung menutupi mukaku dengan buku menu, takut Syifa melihatku.
"Mang Mamat, pelanin suaranya." ucapku.
"Ah? apa Neng?" jawab Mang Mamat.
Aku menuruni buku menu dari muka ku sambil melihat kanan kiri "Pelanin suara nya Mang." bisikku pelan.
"Ahh okeh... okehh Neng." ucap Mang Mamat.
Sehabis kepergian Mang Mamat, aku langsung melihat bakso yang sangat menggoda untuk di makan, bakso dengan kuah merah yang pastinya sangat pedas, sayuran yang segar, belum lagi ukuran biji bakso yang besar dan di dalamnya banyak daging cincang. Aku membuka mulutku untuk memakan satu biji bakso yang besar tetapi tangan kiri ku tiba - tiba di pegang oleh anak kecil, anak kecil itu adalah anak Syifa.
"Kakak... Kakak..." panggil anak kecil ini sambil menggoyangkan tangan kiri ku. Aku yang bingung harus melakukan apa hanya bisa memandangi nya.
"Sayang, jangan gangguin..." ucap Syifa yang belum mengetahui kalau itu aku.
"Maaf ya kak, Al memang suka seperti ini.. Loh Manda?" Syifa kaget melihatku dan rasa canggung pun menyelimuti kita berdua. Aku kira hari ini adalah hari yang menyenangkan ternyata malahan sama kayak beberapa hari yang lalu.
"Maaf Manda." jelas Syifa memulai pembicaraan, aku yang malas mendengarkan penjelasannya lagi mengenai masa lalu, langsung berdiri meninggalkan mereka berdua dan mencari tempat duduk baru.
"Al, sayang... bakso nya sudah dipesan?" tanya laki - laki dengan suara yang sangat familiar di telingaku. Iyah, laki - laki itu adalah pacar 3 hari ku, Mas Yizuar. Aku memandangi nya untuk melihat perubahan apa yang terjadi pada dirinya selama 4 tahun ini. Syifa yang melihat aku memandangi suaminya cuma tersenyum, aku tidak tau arti senyuman itu apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Atap Beda Pendapat
Genel Kurgu"Bagaimana kalau kita menikah?" "Menikah? sepertinya lu salah minum obat Pak Pengacara gadungan!" "Saya serius, hari ini kita ke KUA." "KUA? bangun woy siapa yang mau nikah sama lu!" "Saya punya kuasa, kamu pasti akan menikah dengan saya. Camkan it...