Gadis bersurai hitam legam itu berkutat dengan pekerjaannya menggosok meja. Peluh mengalir membasahi kulit wajahnya terasa mengganggu, hingga membuatnya hanya mengelap sekadar peluh itu dengan punggung tangan.
Eunha menggosok dan membersihkan meja cafe itu dengan teliti, tidak akan dia biarkan setitik debu atau kotoran tampak disana, apalagi meja ini meja kaca, bukankah akan sangat tampak bila tidak bersih?
Dia meneruskan pekerjaannya itu satu demi satu meja yang ada disana. Baru saja ada reuni yang dilakukan di cafe sehingga ada beberapa meja yang harus disatukan bersama, jadi tentu saja meja yang harus dia bersihkan bukan hanya satu.
"Eunha-ah!" Seruan dari seorang wanita membuatnya menghentikan pekerjaannya dan menoleh, "Ne sajangnim?"
"Tolong stand by di kasir. Aku mau ke supermarket sebentar," ucap wanita yang tampak berusia 30 tahunan itu sambil membuka apronnya. Eunha menyanggupi permintaan itu dan cepat - cepat mengangkat semua peralatannya lalu membawanya ke dapur belakang.
"Ada yang kau butuhkan mungkin, Eunha? Biar sekalian aku belikan," Wanita itu bertanya dengan suara lembutnya ketika Eunha sudah berada dekat dengannya. Kini wanita yang tadi dipanggil sajangnim oleh Eunha itu sudah tampak rapi dengan kemeja putih serta celana coklat yang semula tertutupi oleh apron cafe, bersiap dengan membawa tasnya.
Merespon pertanyaan wanita - atau yang namanya adalah Sooyoung, Eunha menggeleng sopan, "Tidak perlu, sajangnim. Terima kasih banyak tawarannya."
Sooyoung tersenyum lalu menepuk pundak pegawai kesayangannya itu dua kali, "Nanti aku belikan susu melon kesukaanmu itu ya, Eunha!" tukasnya. Belum sempat Eunha membalas, Soyoung sudah berjalan cepat ke arah pintu masuk cafe dan keluar dari sana.
Eunha menghela nafasnya namun kemudian tersenyum kecil, bosnya ini terlalu baik. Mungkin karna umur mereka yang terpaut cukup jauh sekitar 10 tahunan, Sooyoung benar - benar menganggap Eunha seperti adik bungsu yang patut diperhatikan, padahal disini status Eunha hanya seorang pelayan di cafe miliknya.
Tiba - tiba saja, Eunha merasakan ponsel yang ada di dalam apronnya bergetar, membuatnya langsung merogoh kantong dan mengambil ponselnya itu. Tampak di layar kecil itu ada panggilan dari sahabatnya, Sana.
"Yeobseyo?"
"Kau sulit sekali dihubungi sih!" Suara Sana terdengar memprotes dari seberang panggilannya.
Kening Eunha berkerut bingung, sulit dihubungi? Sepertinya daritadi ponsel Eunha tetap dalam keadaan menyala dan dia dapat memastikan ponselnya tidak mati sama sekali. "Kenapa?"
"Kau tidak baca group chat ya?! Pantas saja masih santai begini!" susul Sana lagi.
Ah, jadi itu maksud Sana. "Ah iya maaf, aku lupa menyalakan notifikasi grup," kata Eunha dengan nada suara menyesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretended [ON GOING]
Romance24 tahun dia hidup hingga detik ini, Jungkook merasa semuanya sempurna. Terlalu sempurna untuk dia lewati. Coba sebutkan apa yang dia tidak punya? Keberadaannya saja sudah seperti karakter buatan yang tiada cacat cela. Karirnya di dunia hiburan itu...