Zutto hikari no naka~
"Astaga, siapa yang menelepon sih!?" omelku saat sedang mengangkat koperku menaiki tangga. Aku menggunakan kedua tanganku untuk melakukan itu dan ponselku ada di dalam tas. Selain itu, di tangga ini, aku tidak bisa meletakkan koperku begitu saja, bisa-bisa jatuh dan aku akan kerepotan. Jadi kubiarkan deringnya terus berlanjut hingga terhenti.
Saat ini aku baru saja kembali ke apartemenku setelah lima hari menginap di rumah oji-san. Alasannya karena besok Senin aku sudah masuk kerja kembali dan hari ini aku ingin membereskan barangku, lalu bersantai.
Zutto hikari no naka~
Ponselku kembali berdering lagi. Aku segera mengambilnya sebelum emosiku meledak saat sampai di lantai dua. "Nomor siapa ini?" ujarku pelan ketika melihat nomor tidak dikenal.
"Moshi-moshi," sahutku setelah menjawab panggilan telepon itu sambil berjalan.
"Ah, Asami, kamu di mana?" mataku membulat ketika mendengar suaranya.
"Dari mana kamu dapat nomorku!?" kataku dengan suara yang lumayan keras karena terkejut.
"Jangan marah begitu dong, aku barusan minta dengan oba-san, kamu di mana sekarang?" tanyanya lagi. Aku menarik napas sejenak sebelum menjawab pertanyaannya untuk menenangkan diriku.
"Aku baru keluar dari stasiun," jawabku singkat yang berharap dia tidak akan muncul di depanku saat ini.
"Ah, kamu bohong lagi," sahutnya yang membuatku menghembuskan napas dengan kasar.
"Gomennasai, Hiroshi-san, aku tutup teleponmu sekarang," kataku lalu menjauhkan ponsel dari telinga dan menekan tombol power, salah satu shortcut yang kuatur supaya panggilan telepon bisa terputus tanpa menggeser layar ponsel. Aku memasukkan ponselku ke dalam tas, dan saat itu juga seseorang menepuk bahuku. Aku menoleh untuk melihat siapa itu.
Kurasa kalian tahu siapa orangnya. Dan hal itu sekali lagi membuatku terkejut.
"Kamu cepat sekali sampai Asami," katanya sambil tersenyum sampai matanya tertutup.
"Sejak kapan kamu ada di sini," balasku setelah berdeham untuk mengurangi rasa gugupku.
"Sebelum kamu sampai, ada rencana hari ini?" tanyanya lagi.
"Kalau kamu tahu aku ada di tangga, kenapa menelepon? Hari ini aku mau santai sendiri di apartemen, itu rencanaku," tanyaku sebelum menjawab, yang sepertinya pertanyaan retoris karena dia tidak menjawabnya dan hanya ber-oh pelan.
"Okelah, aku pulang kalau begitu," katanya lalu berbalik menuju tangga. Eh, dia benar-benar pergi? Tumben sekali.
Aku kembali berjalan ke apartemenku begitu dia tidak terlihat lagi. Dari tempatku berdiri, aku tidak bisa melihatnya menuruni tangga, tapi, kalau sudah menuruni satu anak tangga, dia pasti tidak terlihat lagi.
Begitu kupikir masalahku sudah selesai dan aku bisa bersantai dengan tenang, aku kembali menemukan masalahku di depan pintu apartemen. Oh, tidak lagi.
Aku memungut sebuah amplop berukuran besar itu dan membawanya masuk ke apartemen. Setelah selesai meletakkan koper di dalam kamar dan mengganti pakaianku menjadi kaos dan celana balon selutut, aku duduk di lantai ruang tamu. Tanganku meraih amplop yang kuletakkan di atas meja lalu merobeknya. Di dalamnya, terdapat selembar kertas dengan gambar lingkarang yang dibagi empat dengan panah aneh di dalamnya. Kertas itu dibungkus dengan plastik tipis dan ada tulisan yang tidak kumengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Touch in My Life
Mystery / ThrillerAku menemukan amplop itu lagi, amplop yang mampu membuat senyum dan semangatku yang mengembang menjadi padam. Siapa orang yang mengirimkan ini? Rasa takut dan was was selalu mengantuiku setiap kali menemukan amplop polos itu. Kapan semua ini akan be...