Membawa anak-anak ke taman adalah pilihan yang tepat mengingat hari ini mereka akan belajar melukis aliran impresionisme.
Kegiatan ini memang biasa dilakukan para impresionis agar mereka bisa mendapatkan warna yang akurat meski pun nanti bentuknya yang tidak akurat.
Aku membawa mereka ke taman terdekat yaitu, Jefferson Market Garden. Dari sekolah, cukup berjalan lurus menuju Greenwich Ave melewati Ruth E. Wittenberg Triangle, sebuah taman yang membuat jantungku terasa hampir meledak ketika melewatinya.
Ini sudah yang kesekian kalinya aku melewati taman segitiga itu, tapi tetap saja aku terkejut ketika iris legamku dihadapkan dengan beberapa patung manusia berkepala anjing dengan pose memegang kamera seperti hendak memotret.
Padahal, sebagai seniman yang terlatih menganalisa lukisan-lukisan surealisme, seharusnya aku tidak perlu terkejut dengan bentuk-bentuk seperti itu.
"Impresionisme adalah aliran yang berfokus pada kesan sekilas terhadap warna, jadi pastikan kalian memakai jenis kuas yang tebal supaya tidak menciptakan bentuk yang terlalu detail," jelasku kepada para murid yang tengah berkumpul di tengah taman untuk mendengarkan instruksi dariku.
"Sekarang, silahkan cari objek yang menarik perhatian kalian lalu lukis sesuai dengan impresi yang kalian dapat. Kalian boleh melukis objek di luar taman, tapi tidak boleh keluar dari taman ini, mengerti?"
"Mengerti, Miss Park," ucap beberapa murid.
Usai mendengar pengarahan, mereka langsung bubar dan mencari objek yang akan mereka lukis. Setelah itu, mereka memulai kegiatan yang sudah dibatasi oleh waktu.
Sambil mengedarkan pandangan—mengawasi para murid, aku kembali memikirkan siapa pengirim paket mengerikan semalam hingga membuatku mengalami insomia.
Syukurlah aku bisa mengendalikan diri untuk tidak melakukan hal berbahaya seperti saat itu.
Lantas siapa pengirim berotak miring tersebut? Apakah seseorang yang memiliki dendam kepadaku di masa lalu-mengingat kehidupanku cukup problematik pada masa itu.
Aku mengitari taman sembari memperhatikan kegiatan mereka. Apa mungkin anak-anak yang mengirimnya—ah, tidak. Tidak mungkin mereka mengerjaiku sejauh itu terlebih aku sudah memberikan siraman rohani.
Kalian harus tahu, kalau beberapa murid di kelas sempat bersetongkol untuk mengerjaiku dengan mengirim barang-barang aneh seperti, cokelat batang kadularsa, topeng badut dari film horror, surat yang bertuliskan kami tidak membutuhkanmu, dan lainnya.
Dibalut sisa kesabaran setipis sehelai tisu, aku memberikan siraman rohani kepada mereka pada hari jumat minggu lalu. Aku mengingat jelas wajah-wajah bersalah anak-anak karena perbuatan yang mereka lakukan.
Saat sedang mengitari taman, aku mendapati Evana Stravinsky—murid perempuan yang menjadi salah satu pelopor aksi menerorku, memegang gagang kuas cat condong mendekati rambut kuas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cornelia Street || Jung Jaehyun
Fiksi Penggemar𝐅𝐭. 𝐉𝐀𝐄𝐇𝐘𝐔𝐍 𝐟𝐫𝐨𝐦 𝐍𝐂𝐓 We bless the rains on Cornelia Street; memorize the creaks in the floor. "Menggunakan darah sebagai cat?" *** [𝐖𝐀𝐑𝐍𝐈𝐍𝐆] Some parts might dealing with abuse and self harm. Dilarang membawa cerita FIKSI ini...