6. cutest one

61.4K 7.6K 574
                                    

HEHE >.<

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT !!!

(~‾▿‾)~ ~(‾▿‾~)

Bagi Genza Haki Ardana, hari ini merupakan salah satu hari tersial di dalam hidupnya. Bagaimana tidak, dirinya baru saja sampai di sekolah dan sekarang langsung bertemu dengan Lio yang dari jauh tadi sudah terus meneriaki dirinya dengan panggilan yang membuatnya geram, "Pak misuaaa!!!"

"HOI PAK MISUAAA!!!"

Lio tak gentar, terus berlari terbirit-birit mengejar jejak kaki Genza. Genza tetap berjalan santai tidak mengindahkan panggilan Lio sedikitpun.

Setelah akhirnya berhasil bersisian di samping Genza, Lio langsung mengomel dan menyalahi Genza karena memiliki pergerakan yang sangat cepat, padahal laki-laki itu hanya berjalan bukan berlari. "Cepet amat sih anjir jalan lo!"

Genza hanya melirik Lio sekilas, tetap berjalan menuju kelasnya dan tidak menghiraukan Lio yang masih mengomel.

Lio melirik ke sekitar, "Nayza mana Gen?"

Genza refleks melirik Lio tak suka, "Kelas." jawabnya sewot.

Lio hanya ber-OH ria. Membuntuti Genza yang memasuki kelas mereka dengan santai. Baru beberapa langkah Genza menginjakan kakinya di kelas, suara Aron sudah menggelegar memanggil Genza bersemangat. "NAHHH, GEN! GENZA!" panggilnya dari pojok kelas dengan cengiran khas dan tak lupa dengan tangan yang berdadah-dadah.

Lagi-lagi Genza hanya menghela nafasnya berat, masih tetap dengan ekspresi datarnya, Genza menjawab panggilan Aron dengan mengangkat sebelah alisnya, seolah bertanya. Aron mendekati kedua temannya itu. "Bagi Ekonomi dong, Gen." ujarnya nyegir.

"Astaghfirullah Aron, Genza ini baru sampai loh, lo langsung minta bagi tugas aja. Ish ish ish tak patut." Lio menggelengkan kepalanya mengikuti suara karakter upin-ipin yang selalu ditonton oleh adiknya di setiap sore hari.

Aron hanya menyemenye mencibir ucapan Lio, "Gak usah kayak orang bener deh lo, dasar wibu! kesel gue liatnya," ketus Aron.

Lio membalas dengan menyipitkan matanya dan mulut yang dibuat mengerucut macam curut, "Ahh yang bener?"

Untung saja Aron sedang tidak ingin berkelahi pagi ini, kalau tidak, ingin sekali rasanya dia menimpuk muka songong bin najisun milik Lio itu. "Untung gue sabar," batin Aron.

Genza yang sedari tadi sudah duduk di kursinya itu langsung membuka tasnya dan mengeluarkan buku tugas ekonomi yang telah dikerjakannya semalam. Degan tidak berperasaan Genza langsung melemparkan bukunya itu pada Aron dan Lio yang sedang beradu mata di depan sana. Dan, tepat sasaran. Karena posisi Aron dan Lio sangatlah dekat, jadi saja buku itu tepat mengenai muka keduanya.

"Berisik."

Satu kata yang keluar dari mulut Genza itu berhasil menghentikan aksi keduanya, bahkan sekarang keduanya langsung kembali terlihat akrab karena sama-sama akan sibuk menyalin pr yang diberikan Genza tadi.

Genza hanya menggeleng tak abis pikir. Karena lelah dengan kejadian beruntun yang baru saja dia alami, Genza membuka handphone-nya, membuka room chat nya bersama Nayza dan langsung mengirim pesan pada perempuan itu

 Karena lelah dengan kejadian beruntun yang baru saja dia alami, Genza membuka handphone-nya, membuka room chat nya bersama Nayza dan langsung mengirim pesan pada perempuan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Genza tersenyum lucu, masih menatap layar handphone-nya yang tidak lagi mendapat balasan dari Nayza.

Sepertinya hari ini memang merupakan hari sial bagi Genza, saat dirinya mendongakan kepala, pandangannya langsung bertemu dengan Aron dan Lio yang sedang menatapnya dengan tatapan cengo.

"Gen? sehat lo?" tanya Lio menahan tawanya.

Genza langsung merubah ekspresinya menjadi datar, "Bacot."

Jawaban menghunus dari Genza itu tak gentar tetap membuat kedua temannya diam-diam terkikir geli, "Bulol." bisik Lio pelan dan diangguki tanda setuju oleh Aron.

***

"Nay, ikut ke kantin nggak?"

Nayza tidak menjawab pertanyaan Tania dengan bersuara melainkan hanya dengan mengangkat kotak bekal yang sudah terletak di atas mejanya sejak bel istirahat berbunyi tadi. Tania sedikit bingung, "Gak ikut nih?"

"Gak." jawab Nayza cuek.

"Buset, cuek banget mbak," gumam Tania pelan mengelus dadanya karena jawaban dari Nayza sangat amat datar.

Meisya yang melihat itu hanya tertawa, sudah hafal dengan sifat temannya yang satu itu, "Yaudah kita ke kantin dulu ya." pamit Meisya, lalu pergi menyusul Tania yang sudah menunggunya di luar kelas.

Tidak lama setelah setelah kepergian Meisya, Nayza dikagetkan dengan Genza yang tiba-tiba muncul dari balik pintu kelasnya. Dengan gaya songong tapi tetap dengan ekspresi datar seperti biasanya Genza memasuki kelas Nayza santai, teman-teman sekelas Nayza yang masih berada di kelaspun sampai kikuk, ingin keluar kelas tapi sayang untuk melewatkan wajah tampan Genza yang sangat jarang sekali bisa mereka lihat dari dekat seperti saat ini.

"Mau juga," katanya menunjuk kotak bekal Nayza.

Sebenarnya tadi pagi Nayza sudah menawarkan Genza untuk membawa bekal, tetapi Genza menolak, entah apa sebabnya. Nayza menghela pelan sembari mengangguk, "Ke rooftoop aja."

Genza mengangguk, mengambil alih kotak bekal serta botol minum milik Nayza untuk dibawanya. Keduanya bersisian keluar dari kelas Nayza, baru saja keduanya ingin menginjakan kaki di anak tangga, tiba-tiba Genza dan Nayza berhenti karena mendengar teriakan dari Lio yang meneriaki Genza dengan panggilan seperti tadi pagi.

"PAK MISUAAA!!!"

Genza menoleh ke belakang, menatap tajam Lio yang memanggilnya dengan sebutan seperti itu, ternyata di belakang Lio juga ada Aron yang mengejar langkah Lio. Nayza memerhatikan Lio dengan kening yang berkerut, saat Lio sampai dihadapan keduanya, Nayza langsung bertanya pada laki-laki wibu itu, "Pak misua apa?"

Lio menyegir sembari menunjuk Genza yang mukanya sudah terlihat masam. "Ini Nay, pak suami," katanya sedikit berbisik. Nayza dan Genza sama-sama menampilkan ekspresi datarnya, membuat Lio sedikit kikuk takut.

Lio menggaruk tengkuknya gerogi, "Hehe, maap-maap."

Genza dan Nayza hanya diam saja malas meladeni Lio lagi. Kemudian keduanya berbalik, bermaksud ingin melanjutkan langkahnya menaiki tangga Rooftop.

"Ada ya pasangan kayak begitu. Dua-dua nya es batu anjir. Apa gak beku tuh rumah mereka?" tanya Lio penasaran.

Aron ikut mengangguk, "Au dah."

"Gue kepo deh, mereka kalo lagi uwu-uwuan gimana ya?" tanya Lio dengan ekspresi berfikir, seperti sedang membayangkan moment-moment uwu Genza Nayza.

Karena Aron sudah terkena virus penasaran dari Lio, datanglah ide dari Aron untuk mereka menyusul kedua sejoli itu ke atas rooftoop sekolah, "Nyusul gak sehh?"

"Nyusuul sehh," jawab Lio alay bersemangat. Baru saja ingin melangkahkan kakinya, Lio kembali berhenti karena mendengar nada dering dari handphone-nya.

"Kenapa?" tanya Aron.

"Ntar," Lio mengambil handphone disakunya yang memperlihatkan ada panggilan masuk dari "Genza si serba bisa"

"Naik gue lempar." Genza berbicara dengan nada yang terbilang santai, tapi suara Genza itu mampu menghunus ke jantung orang yang mendengarnya. Setelah mengatakan kalimat ancaman itu, Genza langsung mematikan telponnya.
"Anjing, temen lo serem banget," ucap Lio sambil mengelus dadanya dramatis.

***

WKWK SABAR YA LIO ARON ><


T B C

Genza dan Nayza [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang