Deo bangun dari tidurnya, langsung disambut dengan rasa sakit di kepala yang sangat berat. Rasa pusing itu kian hadir ketika ia mulai bergerak bangun. Deo baru ingat, ini pasti efek karena semalam dia minum terlalu banyak. Tunggu, Deo tidak ingat jika semalam ia tidur di kamarnya, sudahlah Deo akan segera membasuh muka dan berbenah untuk bersiap pergi ke sekolah.
Saat mata Deo melirik ke arah meja belajar, di sana semua buku pelajaran sudah tertata rapih dan apik. Ada sebuah gelas berisi susu di atasnya. Dengan secarik kertas bertuliskan tangan yang indah. Deo sepertinya tau siapa penulis ini.
Segelas susu di pagi hari, untuk Kak Deo. Semoga pusingnya hilang ya Kak, oh iya tugas Kak Deo udah selesai semua tuh. Jangan marah ya Kak
By Luna From Kak Deo
"Lo baik banget sama Abang Dek, tapi kenapa Abang selalu jahat sama lo sih," gumam Deo menyesal.
Deo sambil tersenyum, langsung meminum habis susu hangat buatan adiknya.
Enak.
Apapun yang Luna buat, selalu saja enak. Entah mengapa, tetapi kini mulai sadar bahwa kasih sayang Luna kepadanya benar-benar ada dan nyata. Tapi mengapa selama ini, Deo selalu menganggap rasa sayang Luna itu sebuah kepalsuan?
Bodoh.
Deo memang Kakak yang paling bodoh.
***
Kaki jenjang Deo bergerak aktif menuruni setiap anak tangga yang ada. Matanya menulusur mencari keberadaan orang tuanya. Dan akhirnya bertemu, Deo melihat Lana dan Wito kini sedang sarapan pagi.
"Deo, sini duduk, sarapan," ucap Lana lembut.
Deo mulai duduk sambil melihat banyak sekali makanan yang terhidang di meja makan.
"Ini masakan Luna Bun?" tanya Deo.
Lana hanya mengangkat bahunya acuh. Dia tidak ingin tau apapun, selagi perutnya kenyang untuk apa dia tau siapa yang memasak masakan enak ini. "Dia udah pulang emang?"
"Bun, Yah, bisa gak cabut janji Luna?"
Wito melirik putranya. "Janji apa maksud kamu?"
"Makan tiga kali seminggu. Ditambah uang jajan cuman dua puluh ribu, kasian Luna."
"Halah, sudah jangan bicarakan dia!" sembur Wito.
"Kalo gitu, Deo juga bakal makan tiga kali seminggu. Dan, uang jajan Deo juga harus dua puluh ribu."
Lana menatap Deo tak percaya. "Apa ini Deo? Kenapa kamu lakukan ini demi dia? Hah!"
"Ya karena dia adik Deo! Anak keluarga ini juga Bun," ucap Deo penuh penekanan.
"DIA CUMA ANAK SIALAN!" bentak Lana.
"APA DEO JUGA ANAK SETAN?" tanya Deo emosi.
Lana menggeleng. "Kamu anak Bunda!"
"Luna adik Deo, dia anak Bunda," ucap Deo memandang sedih Lana.
Lana menunduk. "Dia pembawa sial Deo!"
"STOP DEO MUAK DENGER ITU!"
Deo bergegas pergi dari sana. Deru motor ninja sengaja ia kencangkan untuk menambah kesan marah pada dirinya. Deo tidak tau, kenapa orang tuanya sangat keras kepala dan egois. Hati mereka bagaikan batu.
"Deo kembali, Bunda belum selesai ngomong!" teriak Lana.
Wito menghembuskan napas panjang. "Sudahlah, cabut saja janji itu, aku gak mau Deo sakit gara-gara ini. Perusahaan butuh pemimpin yang kuat jasmaninya, tidak lemah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna Areva | Selesai✔️
Teen FictionFOLLOW SEBELUM BACA!! REVISI✔️ Jadi bagaimana aku bisa pulang jika rumahku saja sudah dibuat hancur berantakan oleh orang-orang di dalamnya. Rumah yang seperti apalagi yang harus aku percaya? "Kapan aku bahagia... Kapan waktu itu datang... Kapan sem...