Satu

2 1 0
                                    

             Bibir pucat itu perlahan melengkungkan senyum yang begitu manis namun berbeda dengan kedua matanya yang  tidak bisa menyembunyikan kesenduan yang tiba-tiba datang menyapa.  Layar ponsel itu tetap menyala menampilkan beberapa barisan doa dengan ucapan kasih sayang diakhir kalimatnya.

             Sebuah catatan yang dia simpan sejak lama. Doa perlindungan dari 7000 malaikat  untuk Mawlaya.

..........

.........

.......

...

              Tepukan pelan dipipi membuatku sedikit terkejut. Mengangkat kepalaku yang sedikit terasa pening, ternyata aku baru saja tertidur. Perlahan kesadaranku mulai kembali. Betapa terkejutnya aku, ketika dia memandangku dengan kedua alis tebalnya yang terangkat keheranan.

              "Ka..Kalias?" Aku tidak begitu yakin untuk mengucapkan nama itu, namun usapan pelan pada kepalaku seolah menjadi jawaban.

              "Apa? Baru saja aku tinggal untuk mengambil pesanan kamunya malah tidur. Pantes sih, emang kebo kan?"

              Lupa dengan keadaan, aku menjawab ledekan yang baru saja Kalias lontarkan. Nadaku mungkin terlalu bersemangat hingga membuat Kalias tertawa ketika mendengarnya.  Disini, semesta membuatku tertegun untuk pertama kalinya. 

            "Laya, Aku tidak akan melanjutkan keperguruan tinggi." Kalias menatap tepat di kedua mataku. tatapannya sirat akan keseriusan sebelum kembali menatap gelas berisi ice cream vanilanya yang mulai mencair.

             "Aku akan bekerja saja. Ada tempat yang ingin aku kunjungi." 

             "Jepang." Jawaban yang aku lontarkan membuat Kalias sedikit melebarkan matanya, terkejut. "Darimana kamu tahu?" Aku merasa enggan untuk menjawab, namun menatap raut wajah kalias yang penasaran membuatku tidak tega.

             "Hanya tebakan saja Kal." Pukulan ringan aku berikan pada pundak yang terlihat kuat itu.

             "Bagaimana dengan kekasihmu? dimana dia sekarang?" Lihatlah senyum mengejeknya. Bayangangku akan Kalias tidak pernah meleset. Apa tadi Kekasih? kekasih yang mana?

             "Kamu yakin dia tidur dengan sepupunya sendiri? memang keterlaluan sekali." Ahh.. baru saja aku mengingatnya. Aku hanya bisa tersenyum getir menanggapi ucapan yang dilontarkan oleh Kalias.

              Tempat ini begitu ramai. Sebuah kafe bernuansa Vintage memang sangat digemari oleh para remaja dengan beragam gaya busana yang cukup berhasil menyita perhatian. Beberapa dari mereka menggunakan warna lilac yang sedikit mencolok menurutku. beberapa spot foto yang ada di kafe ini menambah nilai plus untuk dikunjungi. 

             "Berhentilah menatap sekelilingmu Laya." Aku kembali menatapnya. Apa yang salah dengan ini Kalias?

             "Lihatlah ice cream coklatmu itu, sudah meleleh karena kau abaikan sejak tadi. Berikan padaku, aku akan memesankan yang baru untukmu." Kalias beranjak dari duduknya meninggalkan aku yang termenung menatap kepergiannya.

              12 januari, pertemuan pertamaku dengan Kalias. Aku mengingatnya dengan jelas bagaimana wajahnya waktu itu. Kalias tersenyum begitu konyol dengan deretan giginya yang putih. Beberapa kali tangannya merapikan helaian rambut yang dengan sengaja menutupi dahi. Kalias menyapaku terlebih dahulu. Untuk seseorang yang baru saja bertemu dengan orang baru, Kalias termasuk pribadi yang mudah akrab dan tidak begitu membosankan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 16, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ATAVISTICWhere stories live. Discover now