27 Desember 2013
Page 4 : Last Page
"The Day I Lost You"
🍁🍁🍁
Rafka tersenyum lebar ketika pertama kali merasakan pergerakan calon adiknya di dalam perut Sang Bunda.
Jena berbinar bahagia melihat ekspresi Rafka sekarang. "Gimana? Kerasa kan?"
Rafka mengangguk cepat. "Iya, Bun. Menggeliat gitu. Telapak tangan Rafka tadi sempet ditendang sama dedek."
Jena tertawa kecil, lalu mengelus pelan puncak kepala Rafka.
Rafka tiba-tiba menempelkan telinganya di perut Jena. "Kok gaada suaranya ya, Bun?"
"Rafka mau dengerin?" tanya Jena.
Rafka mengangguk antusias.
Jena mulai menunduk, mendekatkan mulutnya di telinga Rafka.
"Halo Kakak Rafka... ini aku Luna. Nanti kakak jagain Luna terus ya," bisik Jena.
Senyuman di bibir Rafka langsung merekah. Kedua tangannya spontan memeluk calon adiknya itu. Tinggal satu bulan lagi Rafka bisa bertemu dengan adik perempuannya ini, karena usia kandungan Jena yang sudah menyentuh angka 8 bulan.
Sayangnya, sampai sekarang, Jena belum berani mengabari Alaska soal kehamilannya ini. Sebenarnya Jena ingin memberikan surprise langsung pada Alaska. Jena juga sudah menunggu kepulangan Alaska dari 3 bulan yang lalu, namun sampai sekarang suaminya itu masih belum pulang juga.
Terpaksa, lagi-lagi, Jena harus sabar menunggu Alaska yang 'katanya' berjanji akan pulang akhir pekan ini.
Jena sejenak melirik ke arah jam di dekat dinding ruang tamu. Sudah pukul setengah tujuh, waktunya Rafka berangkat sekolah.
"Rafka sayang, sudah jam setengah tujuh, nanti kamu ketinggalan bis jemputan lho," ujar Jena.
"Iya, Bun..."
Dengan berat hati Rafka melepas pelukannya itu, lalu meraih tas ransel di ujung sofa.
Sebelum pergi, Rafka selalu menempelkan sebuah stiker kupu-kupu ke perut Jena sebagai tanda sayang seorang kakak.
"Bun, jagain adek ya..." Rafka tersenyum begitu tulus.
Jena langsung menyembunyikan wajahnya, pengen nangis.
Sedetik kemudian, Rafka berlari keluar rumah, meninggalkan Jena yang akhirnya meneteskan air mata karena gak kuat menahan hormon sensitif dari seorang ibu hamil yang sulit untuk ditahan.
***
Sekarang, Jena sudah berada di kamarnya. Sendirian.
Seperti biasa, Jena selalu melamun memandangi luar kaca jendela, berharap mobil sport biru milik Alaska muncul masuk ke halaman rumah.
Namun lagi-lagi, harapan Jena harus pupus.
Rintik gerimis perlahan turun menemani kesepian hati Jena saat ini. Bahkan saat mengandung anak keduanya ini, Jena tidak bisa leluasa ngidam seperti saat mengandung Rafka dulu.
Rasanya sangat berbeda ketika ngidam tanpa kehadiran Alaska disini.
"Padahal kalo Ayah kamu tau anak keduanya perempuan, pasti dia jingkrak-jingkrak kesenengan. Sujud syukur di zebra cross lampu merah dan janji bakal beliin 1000 kambing buat syukuran nanti," lirih Jena. Jemarinya tanpa sadar mengelus perutnya sedari tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's Girl
Teen Fiction"Rafkaaa!! Ini bayi siapa digeletakin di teras!?" Rafka terbelalak kaget, kemudian berlari menghampiri ayahnya di teras. "Bayi??" "Katanya bayi ini bayi kamu. Kamu habis ena-ena sama siapa!!" "Lho Rafka gatau apa-apa Yah" ujar Rafka lalu menatap bin...