Nihil. Di area penjara, Jaebum gagal menemukan kitabnya. Beberapa perabotan mencurigakan juga sudah pecah akibat ulahnya. Tapi tetap saja, hasil belum tampak di mata. Mau tak mau, Jaebum harus pergi ke bangunan utama, alias kastil si bejat Daejoong meskipun kelewat malas. Benar-benar malas menjejakkan kaki di sana karena hawanya memualkan.
Baik di area utama sampai ke penjara, semua penjaga masih sukses terbius dari minuman mix obat tidur yang dibagikan oleh Mark kepada mereka. Sehingga, kini Jaebum masih mempunyai waktu untuk mencari benda pusaka bangsanya. Hebat juga Mark membeli obatnya, dosisnya pasti tergolong tinggi sampai-sampai mereka tak terbangun, padahal bunyi berisik yang dihasilkan oleh pergerakan Jaebum saling bersahut-sahutan.
Posisi Jaebum kini berada di seberang pintu laboratorium. Ia sedang berpikir. Ada ruangan yang ada dalam pikirannya, dan ia berani bertaruh kalau kitab itu ada di salah satu ruangan tersebut. Pertama, kamar Daejoong. Dan kedua, ruang laboratorium. Mengapa laboratorium? Karena itu adalah kitab yang hanya dapat dibuka dengan setetes darah Seo Jina, ibu Jaebum. Karena sekarang ibunya tengah diamankan, jadilah para Morris berusaha membuat berbagai macam ramuan dan kunci untuk membuka kitab itu di laboratorium. Namun tetap saja mereka gagal. Sudah selayaknya mereka terjebak, terjebak hasrat dalam kebodohan.
Tangan Jaebum gesit menyita kunci kayu yang terselip di saku belakang bokong penjaga teler di depan ruang laboratorium. Setelah memutar kunci dan masuk, binar tersorot dari mata Jaebum begitu melihat kitab wasiat sang ayah tampak paling bersinar dan mencolok di antara benda-benda yang lain, seolah memberi kode bahwa pemilik asli telah berada di sekitarnya.
Jaebum berucap syukur. Akhirnya, Kitab Lorzt telah kembali pada genggamannya. Sedikit tidak menyangka kalau caranya akan semudah ini. Semua berjalan dengan lancar sesuai kehendaknya. Mark sungguh berperan besar untuk dapat menuntaskan misi ini.
Tanpa berlama-lama lagi, Jaebum pergi dari sana.
"Wah ... sungguh tidak adil. Ke mana luka-lukamu pergi? Tidak mungkin kulitmu dapat mulus kembali secepat itu. Applause applause."
Prok prok prok.
Pergerakan tapak kaki Jaebum langsung terhenti ketika mendengar suara Daejoong. Tiba-tiba ada Daejoong. Kaget? Pastilah. Namun berusaha tetap tenang, Jaebum tolehkan tubuhnya ke belakang.
"Kabarnya, kau sekarat setelah mendapat seranganku. Applause juga karena kau sudah bangun, Anjing," balas Jaebum.
Toh Daejoong memang seekor anjing. Terlepas dari Jaebum berkata toxic atau tidak, ia tidak salah bicara.
Tertawa, Daejoong bertepuk tangan lagi. "Aku pulih dengan cepat karena range ku tinggi. Tapi kau? Bahkan bekas lukamu tak ada. Ckck, koyakan kukuku tidak mungkin dapat disembuhkan dalam satu malam. Obat apa yang kau minum, Lim Jaebum? Aku juga ingin membelinya. Ayo katakan, berbagi informasi itu indah."
"Kalau tidak ada yang ingin dibicarakan, aku pergi sekarang."
"Ah, menemui kekasihmu, ya?"
"Bukan urusanmu," ketus Jaebum.
Daejoong sungguh penasaran bagaimana cara Jaebum keluar dari penjara. Tapi bertanya pun sia-sia. Dan ia juga ingin sekali tahu, apakah yang membuat para pengawalnya tertidur pulas secara kompak seperti itu adalah Jaebum? Tapi bagaimana caranya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Werewolf [The Lorzt's Regulation]
Про оборотнейBermula dari ketidaksengajaan yang menimpa. Tombak yang menusuk jantung sang kepala sekolah tepat di depan mata Choi Yuna membuatnya harus terseret dalam sebuah aturan bangsa werewolf. Sedangkan Lim Jaebum, tentu berusaha untuk mencegah bahaya dari...