Seseorang tanpa nama itu sudah pergi, meninggalkan Jeongwoo berdua dengan sosok dibalik siluet.
"Apakah kau pernah mendengar cerita si cantik dan buruk rupa?"
Jeongwoo terkejut, suaranya yang serak dan dalam menyihir Jeongwoo untuk sepenuhnya fokus pada sosok tersebut.
"Y-ya, aku pernah membaca dongengnya ketika masih kecil."
"Kalau begitu ceritakan padaku. Ceritamu akan menentukan nasibmu, apakah kau kuizinkan pergi dari sini atau tidak."
Sosok itu terkekeh pelan.
"Hati-hati, jika ceritamu membosankan aku bisa melakukan apa pun padamu. Pulang? Jangan mimpi. Aku akan membawamu pulang ke alam yang lain."
GLEK
Jeongwoo meneguk ludahnya kasar.
'Gue kalau disuruh ghibah nomor satu, tapi kalau disuruh story telling buat makhluk jadi-jadian gini gue mundur. Mana kalau ga asik, dapat gratis trip ke alam lain.'
'Tapi kalo gue ga cerita, gue ga bisa balik...'
"O-oke. Tapi kalau ceritanya asik, lu harus nganterin gue keluar dari hutan ini."
"Setuju."
Sosok itu menyeringai dalam gelap, menunggu Jeongwoo menceritakan kisah 'favoritnya'.
"Di suatu desa, hiduplah seorang pedagang dengan tiga putri cantiknya."
"Mereka bernama-
'Aduh, gue lupa namanya bangsat.'
n-namanya Surti, Murti, dan Pretty."
Sosok dalam siluet mengernyit heran.
"Sejak kapan nama mereka berubah?"
"Lu gatau kan? Masa mereka udah famous tapi namanya kampungan begitu. Lagian mereka ga mungkin ngundang lu ke acara aqiqah mereka buat ganti nama."
Hening, dalam hati Jeongwoo sudah ketar-ketir takut nyawanya dicabut saat ini juga.
.
.
.
.
"Baik, lanjutkan."
'Huft, selamat' ujar Jeongwoo dalam hati.
"Ketika si pedagang hendak melakukan perjalanan bisnis ke kota, Murti sebagai putri kedua minta dibelikan sebuah gaun yang cantik. Hal itu langsung memancing Surti untuk nyinyir-
'Heh kutil badak! Lu kaga liat baju lu udah seabrek dalam lemari? Kaga bersyukur ya lu jadi . Diazab Tuhan baru tau.'
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
