Part 59 = Liburan Ke Bali

4.1K 706 54
                                    


HAI-HAI SEMUA, AKU KEMBALI UP!!

MARI-MARI SINI BERKUMPUL PARA PEMBACA ONLINEKU YANG CANTIK DAN GANTENG

TERIMA KASIH YANG SETIA MENUNGGU CERITA INI
MUNGKIN BEBERAPA PART LAGI KITA AKAN KE PUNCAK KONFLIK
GIMANA-GIMANA NGGAK SABAR KAN KALIAN

MAKA DARI ITU IKUTI TERUS CERITANYA.


KALAU ADA YANG TYPO, MOHON MAAF YAH


















💚HAPPY READING💚

































Langit malam sangatlah indah. Bintang bertaburan menghiasi bumi ditemani oleh bulan. Suasana malam ini sangat nyaman untuk dinikmati. Namun, tidak dengan seorang wanita yang begitu gelisah. Hingga pelukan seorang laki-laki dari belakang membuatnya terkejut.

"Kenapa, hm?" tanya laki-laki tersebut.

"Harus kah kita menjalankan rencana ini, Mas?" tanya wanita itu yang membuat laki-laki itu menghela napas.

"Mas paham kegelisahanmu. Tapi, cuma rencana ini yang terbaik agar Aslan sadar," ucap laki-laki itu yang tak lain adalah Tama.

"Tapi rencana ini mungkin bisa membuat nyawa seseorang melayang," ucap Tina sendu.

"Itu tidak akan terjadi Tina. Cukup Wildan dan Hafiza yang pergi. Mas tidak akan membiarkan lagi nyawa menghilang hanya karena obsesi Aslan," ucap Tama menggebu.

"Sebaiknya kamu tidur. Besok kita penerbangan pagi," ucap Aslan seraya menggendong Tina dari kursi roda dan membaringkannya di kasur. Tanpa berkata apapun Tama langsung masuk ke dalam kamar mandi. Tina yang melihat suaminya seperti menahan marah hanya bisa menatap sendu ke arah pintu kamar mandi. Tina tahu apa yang membuat Tama seperti itu. Tina pun langsung menutup matanya untuk pergi ke alam mimpi tanpa menunggu Tama karena ia tahu Tama akan lama.

Sementara di kamar mandi Tama menatap dirinya di cermin. Matanya memerah karena memendam emosi yang selama ini ia pendam. Ingin rasanya ia berteriak, tapi ia sadar ada istrinya dan ia tak ingin istrinya itu khawatir. Tanpa ia sadari, jika ia sudah menangis. Tama menangis, ia menangis karena mengingat kejadian belasan tahun silam. Mengingat keadaan sang sahabat yang sangat mengerikan, mengingat tangisan anak-anaknya dan anak sahabatnya. Tama terus menangis, hingga ia tak sadar jika Tina sudah berada di kamar mandi bersama Rama. Awalnya Tina memang memutuskan untuk tidur, tapi perasaannya semakin gelisah dan akhirnya ia menelpon Rama untuk menghantarkannya ke kamar mandi. Begitu Tina sampai di kamar mandi, ia melihat Tama begitu rapuh langsung menjatuhkan diri dari kursi roda yang membuat Tama dan Rama terkejut.

"Sa—sayang, ka—kamu nggak papa?" tanya Tama yang langsung memeluk istrinya.

"Menangislah Mas," ucap Tina pelan yang membuat Tama menggeratkan pelukannya dan menangis dalam diam. Rama yang melihat hal itu pun perlahan mundur. Namun, langkahnya terhenti karena perkataan Tama.

"Aku yang membuat Wildan pergi, Na, aku," ucap Tama tergugu.

"Bukan salah kamu, Mas. Rudy pun sudah bilang bukan kamu," ucap Tina menenangkan. Rama yang mengerti keadaan pun langsung keluar dari kamar orang tuanya. Tapi, otaknya berfikir keras tentang ucapan sang papah.

Di Rebutin Dosen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang