6. gambar cinta

4.2K 219 9
                                    

"Allahuakbar... Allahuakbar... Allahuakbar...laila hailallah huallah huakbar.. Allahuakbar..walillahilham."

Ucapan syukur bersahutan didalam rumah milik almarhum Sofyan. Setelah melaksanakan pernikahan ulang dan sudah resmi menikah,Wahyu dan Aira semakin bahagia karena di bulan yang penuh berkah ini akhirnya mereka menikah.

"Hadiya, terima kasih sayang."ucap Wahyu tulus. Ia mengecup kening Aira cukup lama.

"Sama-sama mas."

"Kita ganti baju dulu."ajak Wahyu.

Keduanya berjalan dengan bergandengan tangan menuju kamar pengantin yang tadi sudah  mereka tempati.

"Mas bersyukur di hari yang bahagia ini bisa berdua dengan kamu Hadiya."ucap Wahyu sambil memegang bahu Aira.

Ceklek..

Pintu kamar Aira ia kunci dengan satu tangan sedangkan tangan yang lain masih memegang bahu Aira. Wahyu mendekat dan membaca doa sebelum memulai ke kegiatan selanjutnya. Dan di malam satu Syawal itu keduanya sama-sama memadu kasih.

***

Sudah satu bulan Syara tinggal bersama orang tuanya di China dan hari ini ia akan kembali pulang.

"Syara,oe bisa tidak tinggal disini saja.  Oma mau sama kamu terus sama oma."tanya wanita berdarah Tionghoa yang berusia hampir sembilan puluh tahun itu.

"Syara mau oma,tapi hati Syara ada di sana di Indonesia. Tuhan Syara akan marah jika Syara tetap mengikuti ucapan oma."jawab Syara sendu.

Ya..dia tidak akan lupa akan cinta dan takdirnya bersama Wahyu.

"Wahyu pasti paham sayang."

"Syara tahu,tapi tidak pantas jika Syara menuruti ego Syara oma. Maaf yah, Syara harus pulang."

"Ya sudah pulanglah. Ingat selamanya oma tidak suka dengan dia yang merebut kamu dari oma dan keluarga ini."

"Insyaallah,Allah akan membukakan hati Oma nantinya."ucap Syara tersenyum.

"Kamu bukan lagi Syaranya oma."rajuk wanita itu.

Sebab,Syara yang oma kenal adalah yang taat pada agama mereka. Bahkan anak itu yang sering mengingatkan akan Tuhannya sebelum memutuskan pindah agama demi cinta.

"Syara tetap Syara kecilnya oma. Hanya saja Syara jauh lebih tenang sekarang oma."

"Terserah."ketus wanita itu lalu memutar kursi rodanya dan pergi meninggalkan Syara.

"Mama. Syara pamit."

"Pergilah. Jangan lupa kabari mama dan papa. Ingat keputusan awalmu adalah mutlak untuk kami."ingat sang mama.

"Iya ma, Syara pergi. Assalamualaikum."

Syara mengucap salam dan nyalim. Meskipun sang mama tak pernah ihklas atas keputusan Syara tapi setidaknya anak itu tetap patuh padanya.

"Waa---"

"Alaikumsalam. Ma"tuntun Syara.

"Iya itu."jawab Mama.

Syara pergi dengan taxi yang sudah siap menunggu di depan ruko milik keluarganya di China.

***

Aira sudah berkali-kali bolak-balik ke kamar mandi. Perutnya benar-benar mual.

Hueek...huek...hueek.

"Sayang,kamu kenapa. Kita ke rumah sakit aja yah,sudah tiga hati loh. Liat wajah kamu udah pucat banget."bujuk Wahyu sambil memijat tengkuk Aira yang tak terbungkus apapun.

"Aira masuk angin aja mas."

"Nggak sayang,ini beda. Ayo kita ke rumah sakit aja yah. Mas nggak mau tahu."putus Wahyu.

Aira mengangguk lemas. Baru saja jalan dua langkah kakinya tiba-tiba lemas dan akan jatuh. Untungnya Wahyu yang dibelakangnya sigap menerima tubuh limbung Aira. Wanita dengan piyama tidur itu memejamkan mata karena pusing yang menyerangnya.

"Astaghfirullah...Hadiya sayang bangun..hei."ucap Wahyu.

Laki-laki itu segera menggendong Aira ke ranjang dan segera memakaikan krudung dan mengganti celana Aira dengan rok.

Wahyu turun ke Lantai satu. Disana hanya ada bunda yang baru saja datang dari pasar.

"Loh Wahyu ada apa. Kenapa panik gitu?"

"Bund, disini ada bidan atau dokter yang bisa dipanggil nggak. Hadiya pingsan?"tanya Wahyu.

"Astaghfirullah...ada Mas,biar ibu panggilkan. Kamu temani Aira dulu."

"Iya bund. Terima kasih."

"Iya sama-sama."sahut Aisyah ramah.

Wahyu segera kembali ke kamarnya. Sedangkan Aisyah segera menelpon domter kenalan keluarganya.

Beberapa saat Dokter itu datang. Dokter wanita  yang merupakan istri dari dokter yang selama ink merawat Sofyan.

"Silahkan masuk bu,Aira di lantai dua."ucap Aisyah mempersilahkan dokter seusianya.

"Bu Aira sudah datang bulan belum?"tanya dokter itu setelah memeriksa beberapa bagian tubuh Aira.

"Belum bu, soalnya sering tidak teratur."jawab Aira yang sudah sadar karena usaha Wahyu sebelum dokter datang.

"Coba periksa dulu pakai ini. Dipakai semua saja yah."pinta dokter.

Aira lalu bangun dengan di bantu Wahyu.

"Pelan-pelan sayang."titah Wahyu yang membopong Aira karena masih lemas.

Setelah lima belas menit,Aira keluar dengan tiga alat kehamilan di tangannya.

"Ini bu."ucap Aira memberikan alat itu kepada domter yang menyambutnya di depan pintu.

"Alhamdulillah...lihat pak, garisnya dua. Berarti positif. Yang ini ada gambar cinta yang artinya juga positif."jelas dokter itu.

"Maksudnya?"tanya Wahyu yang masih loading. Otaknya tiba-tiba buntu tidak bisa memikirkan apapun.

"Bu Aira tengah mengandung buah hati kalian."jawab dokter itu dengan senyum merekah.

"Bu Aisyah anda akan mendapatkan cucu."ucap dokter itu lagi pada Aisyah yang baru datang sambil membawa nampan berisi teh.

"Alhamdulillah...Aira,Wahyu..kalian akan menjadi orang tua nak."ucap Aisyah sambil memeluk Aira senang.

Wahyu dan Aira saling tatap hingga kemudian mereka meneteskan air mata haru. Aisyah melepas pelukannya. Lalu membawa Wahyu agar mengelus perut Aira yang masih datar.

"Anak kita  ada disana Hadiya?"tanya Wahyu berkaca-kaca.

"Iya mas. Anak kita."jawab Aira yang nyaman saat tangan besar itu menyentuh perutnya dibalik baju piyama yang tertutup rok plisket.

"Terima kasih Ya Allah. Engkau kabulkan doa hamba."ucap Wahyu lalu memeluk erat tubuh Aira.

Aisyah dan dokter itu tersenyum ikut bahagia.

"Bu Aisyah,ini resep vitaminnya. Tolong jaga bu Aira jangan stress dan kelelahan."

"Baik bu. Terima kasih."

Setelah dikter itu keluar setelah meminum tehnya. Sedangkan Aisyah wanita itu memilih pergi. Membiarkan kedua anaknya itu berbahagia.

"Mas makin sayang sama kamu Hadiya."ucao Wahyu mengecup puncak kepala Aira.

"Aira juga sayang mas."ucap Aira malu.

"Apa,mas nggak denger sayang?"tanya Wahyu melepas pelukannya dan menatap wajah bersemu milik Aira.

"Maaas.."rengen Aira yang malah berhambur lagi kedalam pelukan hangat Wahyu.

"Hahahaha.... istri mas lagi manja ternyata."goda Wahyu mengelus bahu dan kepala Aira.

Istri Kedua Suamiku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang