Pagi hari tiba, Naruto terpaksa membatalkan jadwal liburan mereka karena menerima misi dadakan dari Kakashi. Naruto sudah menjelaskan situasinya pada Hinata namun belum memberitahu anak-anaknya.
Di ruang makan, Boruto dan Himawari sedang menikmati sarapannya.
"ibu kita berangkat jam berapa?" tanya Boruto.
Hinata tak menjawab dan menatap anak-anak mereka yang sangat antusias dengan rasa bersalah.
"ibu?" panggil Boruto.
Saat Boruto dan Himawari berbicara dengan sang ibu, Naruto tiba-tiba muncul dengan pakaian rapi dan lengkap dengan ranselnya.
"ayah?!" Himawari dan Boruto sama-sama terkejut.
"ayah mau kemana?" tanya Boruto.
Naruto memandang Hinata terlebih dahulu sebelum mendekat dan menjelaskan padan anaknya.
"maaf ya, kit-.." Naruto yang ingin menjelaskan semuanya langsung dihentikan oleh Boruto yang sudah paham akan situasinya.
"ayah ada misi ya?" Boruto terlihat sangat kecewa "kenapa sih selau saja ingkar janji? Kenapa tidak jelaskan pada paman Kakashi kalau ayah mau pergi berlibur? Kenapa ayah?, kenapa?" amarah Boruto meluap-luap.
"maafkan ayah, ini misi darurat dan paman Kakashi meminta tolong pada ayah" jelas Naruto.
"alasan, alasan, dan alasan" nada Boruto meninggi.
"Boruto dengar! ayah-.."
"kenapa selalu ayah? apa semua shinobi Konoha tidak ada yang bisa diandalkan?"
"BORUTO!" nada Naruto juga meninggi "itu sudah kelewatan!" bentak Naruto.
Hinata hanya memperhatikan situasi mereka dari jauh sedangkan Himawari hanya diam di meja makan.
"ayah.. dengar..!" nada bicara Boruto kali ini mengecil dan terdengar bergetar seperti menahan tangis "Shikadai cerita pada ku kalau dia baru saja berlibur bersama ayahnya di Sunagakure, Inojin juga cerita kalau dia dan ayahnya menghabiskan waktu di permandian air panas dan Chocho cerita tentang perjalannya ke kampung halaman ibunya untuk pertama kali bersama ayahnya, sedangkan aku?" lanjut Boruto.
"Boruto.." Hinata ikut merasakan perasaan Boruto.
"ayah belum menjadi Hokage saja sesibuk ini lalu bagaimana nanti? Ku rasa ayah akan lupa kalau punya rumah"
"BORUTO, CUKUP!" Naruto membentak Boruto "ayah tau kau kecewa tapi-.."
"AKU JUGA INGIN SEPERTI MEREKA AYAH, AKU INGIN PERGI BERLIBUR BERSAMA AYAH, IBU DAN HIMAWARI, APA SESULIT ITU UNTUK MEWUJUDKANNYA? AKU JUGA INGIN MENCERITAKAN KESERUAN KU BERLIBUR BERSAMA KELUARGA KU TAPI APA YANG KU DAPAT?" Boruto berteriak namun dia tak bisa menyembunyikan air matanya lagi, dia benar-benar kecewa pada sang ayah.
Naruto terkejut.
"ayah janji setelah pulang dari kirigakure ayah akan membawa mu pergi berlibur" Naruto mengusap kepala Boruto berharap sang anak lebih tenang.
"tidak perlu! Aku sudah tidak butuh! Pergi sana kalau mau, langsung ke misi selanjutnya tanpa pulang pun tidak apa-apa" Boruto menghempaskan tangan sang ayah yang berada di kepalanya lalu pergi begitu saja.
Naruto tidak menahan sang putra, dia menerima semuanya, dia mengakui kesalahannya.
"Himawari maafkan ayah ya" Naruto beralih ke Himawari.
"aku memaafkan ayah kok" sambil tersenyum Himawari berkata pada ayahnya "hati-hati ya ayah" lanjut Himawari.
Hinata menitihkan air mata setelah mendengar ucapan tulus dari putri kecilnya, dia tahu Himawari sangat kecewa dengan pembatalan liburan ini namun dia berusaha berbesar hati untuk mengerti kondisi ayahnya.
Tidak hanya Hinata, Naruto pun merasa ada yang menyentak di hatinya yang paling dalam. Naruto tahu diantara semuanya, Himawari lah yang paling antusias dengan liburan ini namun Himawari berusaha menutupi kekecewaannya dengan senyum.
"maafkan ayah ya, sayang" Naruto memeluk Himawari sambil menangis.
"kenapa ayah menangis? aku tidak apa-apa kok, kita bisa pergi lain kali, kakak pasti juga memaafkan ayah kok" Himawari menghibur sang ayah.
Sebenarnya baik Boruto dan Himawari, keduanya sama-sama masih anak-anak untuk memahami situasi seperti ini.
Naruto akhirnya berpamitan untuk berangkat.
"maafkan aku-.." belum selesai dia bicara, Hinata langung berbalik dan meninggalkannya.
Naruto hanya bisa pasrah dan berharap situasi ini tidak bertambah buruk nantinya.
Naruto berangkat dengan perasaan bersalah yang menghantuinya.
"maafkan ayah Boruto" pada akhirnya hanya itu yang ia ucapkan saat meninggalkan kediamannya.
Sementara itu, Hinata berusaha menenangkan sang putra, meskipin dia sendiri belum bisa berdama dengan keadaan.
"kenapa ibu tidak menahan ayah?" tanya Boruto.
"soal itu.."
"ibu juga kecewa kan? Tapi kenapa ibu tidak menahan si ayah payah itu?"
"ayah payah? Ibu rasa itu sudah keterlaluan Boruto! Jangan panggil ayah dengan sebutan itu" tegur Hinata.
"tapi dia memang payah, dia sangat payah sampai-sampai menomor duakan keluarganya"
"Boruto, ayah melakukan ini demi-.."
"demi desa, demi keamanan semua orang, kan?" sambar Boruto "aku sudah tahu, tidak perlu diingatkan lagi!" lanjutnya.
Diam. Hinata kehabisan kata-akata.
Meski usianya masih terbilang anak-anak, tapi Boruto mampu membaca keadaan dengan sangat baik dan dia peka terhadap orang-orang sekitarnya maka dari itu dia sangat sadar kalau sang ibu juga sangat kecewa dengan ayahnya.
Cukup lama mereka saling diam sampai akhir ya Boruto meminta izin untuk pergi bermain.
"sudah lah, aku mau pergi bermain bersama yang lain saja-dattebasa" Boruto langsung meninggalkan sang ibu.
Masalah yang Naruto hadapi kali ini bukan hanya tentang istrinya namun anak-anaknya juga, entah bagaimana dia menyelesaikan semua ini sebagai kepala keluarga.
NEXT PART
Maaf jika banyak kesalahan dalam penulisan karena author penulis amatiran.
Jangan lupa vote dan komen ya! Terimakasih, sampai jumpa di part selanjutnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
MALAIKAT KECIL ✔
FantasiFANFICTION (Uzumaki Naruto & Uzumaki Hinata) Disclamer: Masashi Kishimoto/Mikio Ikemoto Pair: Naruto, Hinata, All character of Boruto: Naruto Next Generation In the village of Konoha . Cerita ini menceritakan tentang kehidupan Naruto dan Hinata set...