RETAKNYA PERSAHABATAN

1 1 0
                                    

Bel istirahat pun berbunyi, semua siswa berbondong-bondong turun menuju kantin. Tapi tidak untuk Aku dan Maria. Kita berdua termasuk orang yang males mengantri dan berdesak-desakan di kantin, jadi kita berdua lebih sering membawa bekal dari rumah.

Di kelas XI terasa sepi karena harus berpisah dengan para sahabatku di kelas X dulu. Biasanya kita berjalan menuju kantin bersama sama dan bercanda tertawa bareng tetapi kemana mereka sekarang, tidak ada satu pun dari mereka yang menghampiriku ke kelas dan mengajakku bermain bersama. Terlintas dalam benakku apakah harus Aku yang menghampiri mereka padahal Aku yang terpisah sendiri sedangkan mereka ada yang berbarengan. Aku rindu bermain bersama mereka.

"Lea, lu kenapa? bengong aja." Ucap Maria yang membuyarkan lamunanku.

"Engga apa-apa kok Mar, gw cuma keinget sama sahabat gw aja dan gw kangen main bareng sama mereka lagi. Terus gatau kenapa gw sedih aja, karna dari mereka gak ada satupun yang datang buat ngajak istirahat bareng padahal dari mereka cuma gw sendiri yang terpisah." Aku menjelaskan ke Maria.

"Ya positif thinking aja ya Lea, mungkin mereka lagi sibuk atau ada sesuatu jadi belum sempet ngajak lu main bareng lagi." Jawab Maria yang berusaha menghiburku.

"Bisa jadi sih Mar, yasudahlah ya. Tapi gw beruntung masih disatuin sama lu Mar jadi gw engga ngerasa sendirian di kelas ini." Ucapku.

"Yooii, nah itu lu tau Le." Jawabnya lagi dengan santai.

Lagi dan lagi Maria selalu membuatku tertawa walaupun sebenarnya dari dalam hati masih menahan rindu dengan para sahabatku itu. Tetapi biarlah semua ini berjalan dengan sendirinya. Aku sebagai seorang sahabat harus mengerti kesibukan mereka masing-masing.

***

Hari demi hari dan minggu berganti minggu Aku dan Maria semakin akrab. Dari sejak di kelas X Aku dan Maria memang sudah dekat, berhubung di kelas X aku lebih banyak bermain dengan para sahabatku jadi Aku dan Maria tidak begitu akrab seperti saat ini. Sekarang kita berdua selalu bersama dan justru hubungan Aku dengan para sahabatku sedikit renggang. Sesekali Aku bermain bersama mereka, suasananya sudah berbeda tidak seperti dahulu kala. Dengan raut wajah juteknya mereka, tidak saling terbuka bahkan tertawa pun seperti terpaksa. Dan alasan itu yang membuatku jarang sekali kumpul lagi dengan mereka. Hal ini terjadi berulang-ulang sampai Aku pun sudah tidak merasakan kenyamanan bersama mereka.

Dan pada akhirnya, Aku menjaga jarak dengan mereka karena Aku berfikir mungkin ini yang terbaik. Aku merasa kehadiranku membuat mereka tidak leluasa bercerita. Aku tidak menyangka kalau akhirnya harus seperti ini dan sejujurnya Aku tidak ingin mengambil keputusan ini, jauh di dalam lubuk hatiku yang terdalam, merekalah yang terbaik buatku walau ternyata mereka belum bisa dikatakan sebagai sahabat namun mereka adalah teman seperjuangan dan teman terbaikku. Mungkin semua ini terjadi karena terbawa suasana yang harus beradaptasi dengan kelas baru dan teman baru. Aku hanya ingin mereka datang menghiburku dan memberikan Aku support karena hanya Aku yang terpisah sendiri dari mereka. Dan Aku berharap ini semua terjadi hanya untuk sementara dan hubungan persahabatan yang pernah dibuat akan kembali membaik.

***

Hari ini adalah hari Rabu, tidak terasa Aku sudah hampir 2 bulan sekolah dengan suasana kelas baru dan hubungan Aku dengan teman lainnya juga sudah tidak canggung lagi. Aku typical orang yang sangat berperasaan, jadi Aku selalu memikirkan masalah dengan para sahabatku yang tak kunjung membaik ini. Saat pelajaran Mam Rani berlangsung, konsentrasi belajarku tidak fokus, di otakku bercampur pikiran entah itu memikirkan pelajaran bahasa Inggris yang sedang diajarkan Mam Rani atau memikirkan masalahku dengan dengan para sahabatku. Aku ingin sekali menjadi orang yang cuek dan tidak terlalu berperasaan, namun apa daya Aku yang seperti ini.

Bel pulang berbunyi, Aku yang memang sudah tidak fokus dengan pelajaran dari awal langsung memasukan buku ke dalam tas dan bersiap untuk pulang.

"Siap! Sebelum kita pulang ada baiknya kita berdoa terlebih dahulu menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Berdoa dipersilahkan." Ucap Rizal selaku ketua kelas. Semua siswa dan juga Mam Rani serentak menundukkan kepalanya dan mulai berdoa dalam hati.

"Berdoa selesai, memberi salam." Ucapnya lagi.

"Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh." Serentak semua siswa mengucapkan salam.

"Waalaikumsalam Warohmatullahi Wabarokatuh" Jawab Mam Rani sambil berjalan keluar kelas. Dan disusul oleh siswa termasuk Aku dan juga Maria yang bergegas untuk meninggalkan kelas.

"Ayo Mar, kita pulang." Ajakku sambil berdiri.

"Iya tunggu sebentar Le" Kata Maria sambil berdiri dan membenarkan tali ranselnya sebelum dipakai.

Belum lama Aku berjalan dari kursi dimana Aku duduk, ada suara seorang cowok yang memanggilku dari arah belakang.

"Azalea.." Panggilnya.

"Iya kenapa?" Jawabku sambil menoleh ke arah belakang.

"Gw boleh minjem buku bahasa Inggris lu gak?" Pintanya sambil tersenyum.

"Oh iya boleh Fik, tapi besok ya sekalian sama tugasnya gw kerjain dulu di rumah." Jawabku setelah tahu yang memanggilku adalah Fikri.

"Okeh sip, besok jangan lupa bawa ya" Kata Fikri seraya mengingatkan.

"Oke sip." Kataku sambil melangkah keluar kelas.

Aku dan teman yang lain termasuk juga Maria berjalan di lorong sekolah. Seperti biasanya Aku meminta mereka untuk menungguku karena Aku harus ke ruang guru terlebih dulu untuk menaruh jurnal dan absen di atas meja Mam Rani selaku wali kelas.

"Mar, gw ke ruang guru dulu ya mau naro jurnal sama absen. Tungguin gw di depan perpus aja ya." Pintaku pada Maria sebelum berpisah.

"Yauda jangan lama-lama ya, gw nunggu lu di depan perpus sama yang lain."

Aku segera ke ruang guru menaruh jurnal dan absen, setelah semua selesai Aku langsung menuju ke depan perpustakaan agar tidak ditinggal Maria dan juga yang lainnya. Sebelum sampai di depan perpus dari kejauhan Aku melihat para sahabatku dulu kumpul bersama di depan perpus. Dalam hati ingin sekali aku bergabung dengan mereka, tapi raut wajah mereka yang jutek itulah yang membuatku jadi merasa asing lagi dengan mereka.

"Ayo kita pulang Mar." Ajakku setelah sampai di hadapannya.

"Yuk." Jawabnya singkat.

Belum sempat kita beranjak pergi, dari arah samping ada yang memanggil namaku.

"Azalea.." Panggilnya.

"Iya kenapa?" Jawabku sambil menoleh ke arah yang memanggilku.

"Lu mau pulang ya, bareng dong." Ucap Talia salah satu dari sahabatku yang masih menjaga perasaanku.

"Iya mau pulang, yauda kalo mau bareng."

"iya bentar gw pamitan dulu."

Sambil menunggu Talia pamitan, Aku, Maria dan yang lainnya berjalan pelan menuju gerbang sekolah. Belum jauh Aku berjalan tiba-tiba Aku mendengar suara teriakan dari suara yang Aku kenal.

"Bunuh aja orang kaya gitu, cekek sampe mati." Ucapnya dengan teriak dan Aku yang mengenali suara ini menjadi penasaran. Awalnya Aku tidak menyadari bahwa ucapan itu untuk siapa, tapi salah satu dari teman yang sedang bersamaku memberitahukan kepadaku kalau ternyata itu adalah suara Dewi dan dia teriak dengan arah mata yang tajam ke arahku.

TAK LAGI SAMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang