Ini tugas Bahasa Sunda tapi ayo kita simpen disini, itung-itung pembukaan Neth masuk ke dunia penulis lagi hehehe
.
.
.
.
(🥀)"orang-orang bilang, gadis yang memiliki penyakit mental tidak layak untuk dicintai."
Gadis yang putus asa, lelah untuk menjalani hidupnya. Tak ada yang bisa menjadi sandarannya. Seakan semesta tidak mengizinkannya untuk merasakan kebahagiaan. Dengan semeliwir angin di atap gedung sekolah, si Gadis menunduk, tidak berani melihat kemalangannya.
Gadis yang putus asa, tak mengetahui arah dan tak ada yang mengarahkan. Ia ketakutan untuk bertanya. Bahkan ketika ia mengeluarkan suara sebesar langkah semut, orang-orang akan memandang bak akan memaki si Gadis.
"Kenapa sih, gadis itu tidak pernah bergaul dengan yang lain?" "Ah, mungkin dia lebih nyaman tidak banyak bicara seperti itu." "Tapi dia aneh, apakah dia mengidap penyakit atau sesuatu? Autis mungkin?" "Hey! Bicaramu." Bisikan-bisikan terus menyaut tertuju padanya.
Si Gadis tentu tetap manusia biasa. Ia tetap membutuhkan validasi dari sesamanya. Tetapi siapa yang akan berbicara? Bahkan jangkrik pun enggan menggesekan tungkainya untuk si Gadis.
"Ga baik memikirkan orang-orang yang seratus persen hanya peduli dengan masalah hidup kamu." Seorang lelaki menepuk pundak si Gadis, mengusapnya pelan bermaksud memberi kekuatan. "Mereka hanya ingin terus menjatuhkanmu, sampai akhirnya mereka kelelahan dan mencari kesalahan lain."
Si Gadis akhirnya mengangkat kepala, masih enggan melihat kekejian semesta.
"Capek ya?" Lelaki itu bergeming, siap mendengarkan gadisnya meracau seperti biasanya. "Mendengarkan aku yang meracau tentang perspektif orang-orang terhadapku, keluargaku yang begitu-begitu saja tidak ada kemajuan, aku juga tidak tahu kapan aku akan sembuh." Si Gadis menjeda."Kamu pantas mendapatkan wanita yang lebih baik."
Kalimatnya membuat lelaki itu mengerut. "Untuk apa? Kalau kamu bertanya apa aku lelah? Tentu aku lelah. Tapi aku tidak sampai berpikiran untuk menukarmu dengan wanita lain. Untukku kamu lebih dari cukup."
"Suatu hari nanti orang-orang akan menghargaimu selayaknya manusia biasa, keluargamu akan kembali dan merangkulmu menyuruhmu pulang." Lelaki itu memeluknya dari samping. "Kamu akan sembuh, kita akan tetap bersama. Semua akan baik."
Si Gadis menghela nafas. Dengan cekatan dia mengambil sesuatu dari saku jaketnya, lalu memberikannya ke lelaki itu.
"Terima ini."
"Langsung buka ya."
Diterimanya kotak kecil itu dan sesuai intruksi, lelaki itu langsung membukanya. Isinya adalah sebuah kamera genggam dan kartu memo. Lelaki itu memasang kartu memo ke dalam kamera genggamnya. Ia tanpa ragu memutar rekaman tersebut.
Rekamannya membuat lelaki itu terkejut, tatkala isi rekamannya adalah video racauan lelaki itu yang menghina si Gadis dan berniat buruk kepadanya, dengan keberadaannya di kamar hotel, bersama wanita lain pula.
Lelaki itu melihat gadis malangnya, ingin menjelaskan namun sudah terlambat. Si Gadis dengan mukanya yang sudah banjir air mata terlihat sangat kecewa. "Bahkan tempat pulangku merasa jijik dijadikan rumah oleh gadis sakit jiwa sepertiku." Ledaknya.
"Mereka benar soal aku yang aneh. Aku yang tidak berguna untuk keluarga. Aku yang tidak layak untuk hidup di semesta ini. Mereka benar!" Si Gadis tertawa miris "Anak jalang, tidak tahu diuntung, gadis gila, autis- sekarang aku juga gadis kotor!"
Gadis yang putus asa, menginginkan rasa kasih sayang yang tulus dari siapa saja. Belaian dari kucing jalanan yang meminta makanan pun sudah ia anggap sebagai rasa tulus dari si kucing. Si Gadis ingin merasakan kehangatan itu dari manusia.
Tapi sekali lagi, dia hanya menemukan fakta bahwa itu hanyalah khayalan. Tidak akan pernah terjadi untuknya.
Lelaki itu memandang si Gadis miris, "Kamu sudah tahu, kan, bagaimana cara semesta bekerja? Ini adalah karma dari perbuatan masa lalumu. Salahmu sendiri mendapat takdir sekeji ini."
Salahku?
Lelaki itu melanjutkan kalimatnya, "Apa maumu sekarang?"
Si Gadis menatap lelaki itu. Tatapannya terlihat kosong. Lelaki itu juga menyadari sesuatu yang mengganjal, "sudah tidak ada tempat untukku, kan?" Suaranya parau. Si Gadis menoleh ke tembok tinggi pembatas atap tanpa penghalang.
Semeliwir angin seperti membisikkan hal buruk untuk si Gadis. Kakinya dengan ringan menuruti bisikkan tersebut. Lelaki itu terkejut dengan tindakan si Gadis. Membeku melihat kejadian itu di depan matanya langsung.
Kalau saja aku tidak lahir, mungkin rasa sakit ini tidak akan hadir.
(🥀)