15

676 10 0
                                    


Selamat membaca❤️

Jangan lupa coment dan vote😍

***

"Tuan, non Al jatuh dari motor.” kata bi Sumi terburu-buru memanggilnya.

Ariq langsung meletakkan buku tebal Biologi yang tengah ia baca. Setelah melangkah keluar dan melihat orang yang membuat onar hari ini lagi. Ariq menatap tanpa ekspresi ke arah Aleta yang tengah berjalan tertatih di bantu oleh salah satu pembantu.

Selain karena bodoh, keras kepala, memalukan, Aleta juga tipe orang merepotkan. Lihat saja sekarang, tadi pagi dengan gaya sok ingin membawa motor sendiri supaya tidak menambah beban Ariq yang ada dia malah bikin bertambah dua kali lipat beban untuk Ariq.

Ariq melangkah pelan untuk menghampiri Aleta yang sekarang lagi menundukkan kepala untuk menghindari bertatapan dengan Ariq.

“kamu punya mata?”

“Sebodoh itukah kamu? Apa mata kamu masih digunakan sesuai dengan fungsinya?”

“Saya tidak habis pikir, apa ini yang kamu maksud mengurangi beban saya?” semprot berapi-api. Ariq menyalurkan kemarahannya, kekesalannya kepada istrinya itu.

"Wanita menyusahkan. Jangan pernah memperlihatkan muka memuakkanmu didepan saya lagi mulai sekarang."

Kepala Ariq pusing menyaksikan masalah dan kekacauan yang Aleta berikan untuknya. Aleta manusia paling merepotkan harusnya Ariq memberikannya pelajaran supaya tidak dia ulanginya kembali.

Ariq merasa percuma saja membuang energinya untuk memarahi Aleta. Ariq hanya bisa menghela napas kasar lalu melangkah pergi meninggalkan Aleta yang masih berdiri di teras rumahnya.

Aleta menyeka kasar air mata yang menggenang di pipinya. Aleta tahu dia salah karena tidak hati-hati ketika membawa motor saat jalan tadi. Tapi apa harus dia di bentak dan di marahi seperti itu? Aleta yakin motor milik Ariq tidak lecet sama sekali. Disini hanya kaki Aleta yang memar dan tangannya sedikit tergores aspal.

Aleta berjanji tidak akan membuat masalah lagi. Sudah cukup penghinaan yang didapatkan.

"Non..." Panggil bi Sumi pelan.

"Aku baik-baik saja bi" jawab Aleta mencoba menyembunyikan perasaannya.

"Bibi obati ya lukanya" tanya ni Sumi kembali dan Aleta menganggukkan kepalanya untuk menerima bantuan bi Sumi.

**

Langkah Ariq menuju ruang Dosen terhenti saat melihat Aleta tertawa bersama teman-temannya. Sedangkan di rumah wanita itu menangis merintih kesakitan saat luka di kaki dan tangannya di obati. Bahkan dia mengganggu kenyamanan Ariq saat tidur dengan mengigau semalaman. Cukup pintar juga wanita itu mencari perhatian dari orang lain terlebih lagi dari laki-laki. Dasar wanita genit maki Ariq dalam hati.

Tidak sengaja pandangan mereka bertemu. Akan tetapi Aleta langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain. Apakah dia sedang menghindarinya? Apakah...? Alah untuk apa Ariq memikirkan itu, dia tidak ingin memusingkan diri lagi.

"Siang pak" sapa salah satunya mahasiswa nya Sri.

"Siang Sri. Bagaimana kamu jadi ikut projects penelitian saya?"

"Ya, jadi pak. Saya juga sudah pelajari tentang khasiat madu untuk kesehatan"

"Bagus, bila perlu pelajari di jurnal ilmiah nasional atau internasional ya."

"Baik pak"

"Selebihnya nanti saya kasih tahu informasi."

"Baik pak. Senang bisa dipercaya bapak untuk mengikuti projects penelitian karya ilmiah pak Ariq."

"Semangat terus ya." Kata Ariq dan pergi ke ruangannya.

Sedangkan masih di posisinya Aleta diam-diam memperhatikan Ariq dan Sri yang berbicara entah tentang apa dari kejauhan.

"Beda ya perhatian pak Ariq ke Sri?" Tanya Manda yang ikut memperhatikan kedekatan Ariq dengan Sri.

"Maksud Lo?" Tanya Vinno

"Ya beda saja gua lihat. Kalau berbicara dengan Sri pak Ariq suka bumbui dengan senyuman. Lah kok bicara dengan Aleta suka sepet itu mukanya."

"Melon kok Lo bawa-bawa ayang Al sih?" Jawab Vinno

"Mang kayak gitu kan pak Ariq ke Lo Al?"

"Kagaklah. Kenal saja gak."

"Lo lupa al sayang. Lo dikeluarkan dari kelas gara-gara tali kutang lo kelihatan nongol. Lo lupa lagi Lo di hukum buat makalah hanya karena Lo menguap di kelas." Jelas panjang lebar Manda dan tentunya membuat Aleta menjadi bahan ketawa teman-temannya.

" Jelas panjang lebar Manda dan tentunya membuat Aleta menjadi bahan ketawa teman-temannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kurang cantik Lo mungkin Al" ejek Vinno setelah berhasil menghentikan tawanya.

"Kesel gua" teriak Aleta pergi berlalu masih terdengar suara nyaring ketawa ngakak teman-temannya dibelakang.

Aleta pergi untuk menyembunyikan rasa malunya. Karena semua yang di katakan oleh Manda memang benar adanya. Bahkan hanya karena Aleta jalan berdua dengan Raga menuju ke parkiran Aleta harus terima ceramah pengajian di rumah. Aleta dibilang tidak tahu adab, tidak tahu sopan santun, tidak bisa menjaga nama baik suaminya dan bikin malu suaminya.

Dan beberapa hari ini juga Aleta menghindari Ariq. Tentu itu keinginan Ariq untuk tidak melihat Aleta di rumah bahkan di kampus.

Aleta rela tidak sarapan dan berangkat ke sekolah tempat PPL nya pagi buta. Makan siang di kos Gita atau di kantin. Sedangkan makan malam Aleta akan makan setelah semua orang tidur.

Sekarang Aleta menunggu jemputan sendiri dan dia menunggu jauh dari keramaian yaitu di belakang gedung perpustakaan biasanya selalu sepi.
Aleta masih merahasiakan pernikahannya makanya Aleta menunggu teman-temannya pulang duluan.

Aleta memperhatikan sekelilingnya yang sepi dan tersenyum miris. Sampai kapan dia akan seperti ini. Sampai kapan harus menyembunyikan semuanya. Apakah segitunya Aleta tidak di harapkan dan tidak di inginkan? Tuhan kapan Aleta akan bahagia. Aleta boleh tidak menyerah saja dengan takdir hidup ini.

"Lo Aleta kan? Jauhi Ariq atau hidup Lo dalam bahaya!!"

**

Bagaimana dengan part ini?

Semoga kalian menyukainya

Love JK ❤️

Mas DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang