Usai menghabiskan waktu sejenak bersama teman-temannya. Athala bergegas menuju kediaman Aneska. Rencananya malam ini cowok itu akan mengungkapkan perasaannya.
Semuanya sudah Athala persiapkan dan malam ini Aneska benar-benar cantik menggunakan dress tanpa lengan berwarna hitam.
Setelah memarkirkan mobilnya Athala dan Aneska berjalan beriringan masuk ke dalam kafe.
"Suka gak?" tanya Athala.
Aneska menoleh, cewek itu mengangguk, "Bagusnya."
Semilir angin malam menerpa kulit wajahnya saat mereka tiba di atas kafe dengan latar kendaraan berlalu lalang. Rambut Aneska bertebrangan membuatnya terlihat lucu di mata Athala.
"Yi, lo cantik banget malam ini," ucap Athala tanpa sadar.
Aneska spontan menoleh, "Hah, Yi?"
Athala tersadar, sumpah ia tidak sengaja menyebut nama Aoi karena sebenarnya cewek itu sedari tadi bayangan cewek itu terus memenuhi fikirannya.
Menyadari raut wajah Aneska yang langsung berubah membuat Athala tak enak hati.
"Maaf maksud gue Neska," ralat Athala yang dibalas senyum kecut cewek itu.
Hening. Mereka sibuk dengan fikiran masing-masing. Athala yang merasa tak enak hati dan Aneska yang merasa kecewa.
Hingga saat pelayan datang membawakan menu spesial yang sudah Athala pesan Aneska tak lupa mengatakan terima kasih. Seharusnya Athala akan mulai berbicara dan menjelaskan dengan senang tapi melihat raut wajah Aneska membuat ia mengurungkan niatnya.
"Lo marah?" tanya Athala pelan.
Aneska menggeleng, "Nggak kok."
"Gue nggak percaya kalau lo belum senyum."
Aneska menurut menampilkan senyum paksanya.
"Itu terpaksa."
Lagi, Aneska tersenyum meski tulus tapi tipis.
"Yang lebaran sedikit."
"Banyak mau," cibir Aneska dan tersenyum lebih lebar.
Athala terkekeh, "Nah gitu dong baru gue bisa tenang."
"Kenapa ngajak gue ke sini?" tanya Aneska to the point.
Jujur sebenarnya Aneska sudah PDKT seperti ini karena yang dibutuhkan adalah kepastian hubungan mereka. Athala ini terlalu pengecut untuk mengungkapkan perasaannya dan Aneska sudah lelah digantung seperti ini.
"Gue pengen ngomong sesuatu." Athala menyentuh tangan putih mulus milik cewek itu.
Jantung Aneska berdegup kencang mendengar Athala terlihat mulai berbicara serius.
"A-apa?"
Sebelum berbicara lebih lanjut Athala mengambil nafas panjang terlebih dahulu.
"Gue yakin lo pasti tau tentang rumor yang bilang kalau gue suka sama lo. Hampir mau tiga tahun, Nes, gue suka sama lo dan selama itu gue terlalu takut buat ngungkapin perasaan gue. Malam ini entah gue akan dapet penolakan atau akhirnya kita jadian, intinya gue tetap pengen ngomongin soal perasaan gue sama lo." Athala meremas tangan Aneska mencoba menghilangkan bayangan Aoi dari kepala sialannya, kenapa saat ia sedang bersama Aneska malah wajah kecewa cewek itu yang terlihat?
"Yi, lo mau kan jadi pacar gue?"
Aneska langsung melepaskan tangannya, "Yi lagi?" tanya Aneska yang tahu siapa pemilik nama Yi.
Athala memejamkan matanya menggeram kesal pada dirinya sendiri. Apa susahnya sih menyebut nama Aneska? Kenapa harus Aoi?
"Lo yakin sama perasaan yang hampir tiga tahun itu? Kok gue ragu ya? Gue malah mikir perasaan lo itu sebenarnya buat Aoi bukan buat gue, coba fikirin lagi deh, Tha, gue nggak mau lo nyesel," ucap Aneska dengan nada kekecewaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALA [SGS#2]
ספרות נוערSegal series 2 Kita dilahirkan berbeda untuk bisa saling menyempurnakan.