prologue

5 2 1
                                    

31 Desember 2016

Angin laut sore hari menusuk pada indera peraba. Seperti biasa, setiap sore Aya menyempatkan diri duduk ditepi pantai hanya untuk menyaksikan matahari terbenam. Malam ini adalah malam pergantian tahun. Akan ada petasan-petasan cantik bermunculan diatas sana yang mampu menghipnotis setiap mata. Warna-warni yang di hasilkan oleh petasan adalah alasan utama yang ditunggu oleh banyak orang.

"Aya, udah sore. Jangan kebiasaan lama-lama dideket pantai. Nanti masuk angin loh" peringat Gina, dari balik pintu caffe. Gadis itu menghembuskan nafas kasar setiap kali melihat temannya hanya melamun dipinggir pantai, belum lagi baju yang dikenakan Aya sore itu sangat tipis.

Sayangnya, Aya tidak pernah peduli dengan ucapan Gina. Telinganya mendadak tuli. Ia masih terus menatap sang surya yang hendak menenggelamkan diri. Setelah dirasa langit akan gelap, barulah gadis itu akan ingat untuk pulang. Gina, juga sudah bosan menasehati temannya. Pasalnya, ini bukan sekali atau dua kali Aya seperti ini. 

Aya tinggal berdua dengan Gina di perumahan minimalis yang letaknya tidak jauh dari pantai. Ia juga bekerja di sebuah caffe di dekat pantai yang hampir setiap hari ramai pengunjung. Menjadi barista adalah satu hal yang tidak pernah terfikirkan olehnya semasa hidup. Sedari dulu, Aya selalu berangan-angan menjadi seorang desainer, namun mimpinya harus ia kubur karena suatu alasan.

"Spesial malam ini, caffe dibuka sampe jam 12. Biasanya malem tahun baru banyak pengunjung yang datang" Ujar Gina kepada Aya yang sedang sibuk mengelap beberapa meja.  

Pada malam hari, pengunjung caffe terlihat lebih ramai dibandingkan siang hari. Lampu kelap-kelip di tempat itu menjadi salah satu alasan para pengunjung berdatangan. 

Tidak seperti malam biasanya, malam ini cuaca terasa hangat. Aya tak henti-henti melayani para pengunjung. Ia begitu lihai dalam meracik kopi. Gadis itu sangat senang ketika semua pengunjung menikmati kopi yang ia buat. 

Banyak petasan yang sudah mulai diledakan, warna-warni yang dihasilkan oleh petasan membuat kawasan disekitar pantai terlihat lebih indah. Aya ingin sekali melihat petasan itu lebih dekat, sayangnya ia tidak bisa meninggalkan caffe begitu saja. Terlebih lagi, Gina sudah lebih dulu meninggalkannya untuk melihat petasan diluar. Aya mengerucutkan bibir, sepertinya gadis itu harus meminta Gina untuk membuka lowongan pekerjaan agar bisa bertukar shift dengan pegawai baru.

Pandangan Aya teralihkan pada seorang pria yang yang duduk dipojok sembari menelungkupi dirinya. Dengan hati-hati, Aya menghampiri pria tersebut dengan maksud menawarkan menu yang tersedia di caffe-nya.

"Misi Mas, mau pesan apa?" Tanya Aya. 

Aya mengerutkan kening ketika mendapati pria itu pergi meninggalkannya, tidak lupa pria itu membuang nafas kasar padanya. Aya pun dibuat bertanya-tanya atas sikap pria tadi. Ini kali pertama Aya membuat pengunjungnya merasa risih. Padahal, niat gadis itu hanya ingin menawarkan menu.

"Kenapa, Ya?" Tanya Gina ketika memasuki caffe. Aya hanya mengangkat bahu untuk menjawab pertanyaan temannya. Karena sejujurnya, ia juga tidak mengerti apa yang baru saja terjadi. Gadis itu merasa bersalah karena membuat pelanggannya tidak nyaman. 

 Aya kembali menuju tempatnya karena pelanggan mulai berdatangan lagi. Kali ini Gina menemaninya. 

Saat jam menunjukan pukul.  11.55. Ia memutuskan menutup caffe dan ikut menyaksikan malam pergantian tahun. Banyak sekali orang-orang berkumpul ditepi pantai. Ada yang sampai membuat tenda dan membakar api unggun. Sejujurnya, Aya tidak memiliki banyak teman. Bisa dikatakan hanya Gina saja. Ia juga bukan orang yang pandai bergaul. Tak heran karena gadis itu hanya menghabiskan waktu di rumah dan di caffe saja.

"Aya, sini!" Teriak Gina yang berada tak jauh darinya. Terlihat Gina sedang asyik mengobrol dengan teman-temannya.

Mendengar teriakan itu, Aya lantas menghampiri Gina dan berkenalan dengan teman-teman lainnya. Teman-teman Gina sangat ramah. Aya juga tidak merasa rasa canggung sedikitpun. Pandangan Aya kembali teralihkan pada petasan-petasan diatas sana yang sudah diluncurkan. Terakhir kali Aya melihat petasan, saat duduk di bangku SMA. Saat itu sedang diadakan festival perayaan ulang tahun sekolahnya, kira-kira sekitar lima tahun yang lalu. Aya tersenyum kala mengingat kenangan indah saat ia bersekolah dulu.

Malam pergantian tahun hanya tinggal beberapa detik saja. Ditahun ini ada banyak hal sulit yang tidak bisa Aya hadapi. Setidaknya, ia berharap ditahun mendatang kebahagiaan selalu mendekat kepadanya.

"3,2,1. Happy New Year!" Teriak orang-orang bersamaan. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ada Cerita di Bulan JanuariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang