Seoul, 2014
Kau hanyalah anak berseragam sekolah menengah pertama yang begitu kagum melihat interior sekolah menengah atas favorit yang sedang kau pijaki halamannya itu. Gadis berkepang dua dengan kacamata bulat yang tebal. Setidaknya seperti itulah gambaran penampilanmu saat ini.
Kau sedang mengikuti tour yang diadakan oleh pihak sekolah menengah atas tersebut. Kau tidak sendiri tentunya. Kau bersama dengan dua puluh empat orang beruntung lainnya dari sekolahmu. Karena untuk mengikuti tour ini, kau harus masuk dalam ranking dua pulih lima besar di semester ini. Dan kau berada di urutan ke duapuluh lima. Urutan terakhir. Tapi setidaknya tidak urutan terakhir di sekolah.
Saat berkeliling sekolah, tidak sedikit murid SMA yang memperhatikan gerombolan kami. Bukan karena terlihat norak, tapi karena ada seorang gadis cantik di antara kami.
Yang jelas, bukan dirimu.
Dia teman sekelasmu. Julukannya di sekolah adalah dewi. Jika kau membandingkan dirimu dengannya maka perbandingannya mungkin akan seperti matahari dan pluto. Itupun jika pluto masih dianggap planet dalam tata surya. Keberadaanku tidak jelas, abu abu, sama seperti pluto.
Sementara gerombolanmu menjadi pusat perhatian, kau pun mengedarkan pandangan ke sekitarmu. Ada hal lain yang menarik perhatianmu. Dia berada di tengah tengah gerombolan yang terlihat berbeda darinya. Bukan. Lebih tepatnya dia yang terlihat berbeda dari gerombolannya.
"Haeun, kau lihat laki-laki itu. Dia..." ucapmu tertahan.
Gadis bernama Haeun yang kau sebut sebagai dewi tadi akhirnya menoleh ke arah yang kau sebutkan. Kemudian dia melanjutkan perkataanmu.
"Ditindas." Balas Haeun
Pandanganmu pada laki-laki itu lantas menyendu. Merasa kasihan. Dia berada di kerumunan itu, tapi dia merasa sendirian. Apakah lingkungan sekolah menengah atas semenyeramkan itu? Apa yang membuat dirinya ditindas? Apakah hal itu bisa terjadi padamu juga?
Kau bertanya-tanya pada dirimu sendiri.
Selama ini, apa kau merasakan perasaan ditindas? Secara tidak langsung, iya.
Orang-orang memandang dan memperlakukanmu berbeda. Tapi kau tak tahu karena apa. Kau selalu melakukan kebaikan. Tapi kenapa orang-orang masih memperlakukanmu berbeda?
Apa karena penampilan?
"Haeun." Panggilmu
Gadis cantik itu menoleh ke belakang karena kebetulan kau berjalan lebih lambat dari teman temanmu.
"Apa aku bisa jadi sepertimu?"
Haeun mengerutkan keningnya kemudian terkekeh singkat sebelum ia menggenggam tanganmu dan berjalan bersamamu.
"Kau bisa jadi lebih baik dariku, (y/n)." Ucapnya.
Selama berjalan beriringan dengan Haeun. Kau kembali melihat reaksi orang-orang yang memperhatikan Haeun sejak tadi. Anehnya mereka tertawa begitu melihat Haeun menggendeng tanganmu.
Apa itu lucu bagi mereka? Jujur kau tersinggung.
Tapi ada satu hal yang kau mengerti.
Haeun tidak berniat baik padamu.
Dia sengaja memperlebar jarak antara matahari dan pluto. Dengan kata lain, dia ingin menegaskan pada semua orang bahwa levelnya jelas jauh berbeda denganmu. Maka dari itu ia menggandeng tanganmu dan berjalan beriringan denganmu agar mereka tahu bahwa selain lebih segala hal darimu, dia juga sangat baik mau menggandeng tanganmu yang berkekurangan ini.
Mulai hari ini kau berjanji pada dirimu sendiri. Kau tidak ingin menjadi seperti laki-laki itu, sehingga kau berjanji untuk merubah penampilanmu agar dapat diterima di masyarakat. Agar tidak diperlakukan berbeda. Agar kau bisa merasakan apa itu hidup bermasyarakat yang sebenarnya. Kau ingin membuktikan perkataan Haeun bahwa kau bisa menjadi jauh lebih baik dari pada dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Woozi Universe Factory [M] ✔
FanfictionKau tak begitu mengenalnya meskipun beberapa kali bertemu dengannya. Yang kau ingat, ia laki-laki tertindas yang menolongmu dengan caranya sendiri. Karena itulah kau semakin penasaran dengan sosoknya yang misterius. Semakin kau telusuri, semakin kau...