---04 Bahaya---
Kamu adalah rasa paling nyata,
Kisah paling indah,
Dan tawa paling sederhana.
---
Bukan hal mudah untuk berteman dengan Daffa, setiap hari ia harus menormalkan detak jatung dan pikirannya dengan tingkah menyebalkan Daffa.
Kayaknya memang bertemu dengan Daffa adalah suatu kesialan, seperti hari ini. Selepas adegan ditendang Daffa, Sinta jalan-jalan untuk membeli es krim kesukaannya. Ia menenteng eskrim rasa coklat hanya dua untuk dirinya dan abangnya. Tapi makhluk sialan Daffa sudah melahap eskrim yang baru saja ia taruh dikulkas dan hanya ditingggal ambil hp.
"Daffa sialan kenapa kamu makan es krimku," kesal Sinta langsung meninju perut Daffa.
Daffa meringis kesakitan, sialan ilmu bela diri Sinta sudah semakin pandai. Sehabis pulang dari rumah Sinta ia harus belajar ilmu bela diri, biar bisa menyaingi Sinta.
"Hati-hati Daf, dia udah sabuk hitam Daf. Kalau kamu bertingkah," jelas Andre masih sibuk dengan game.
Daffa mendengus, "Memang adik kakak sama aja," sinisnya.
"Aku ngak mau tahu ya Daf pokoknya kamu harus gantiin eskrimnya, atau akan aku bongkar hubungan kita di sekolah," ancam Sinta terhadap Daffa.
Daffa memutarkan bola mata dengan malas, dari zaman zigot sampai sekarang ancaman Sinta tetap sama, dan sayangnya itu paling ampuh untuknya.
"Hm," singkat Daffa.
Daffa dan Sinta ini sudah berteman sejak ia masih bayi, orang tua mereka sahabat dekat dan juga tetanggaan makanya mereka tak pernah menunjukkan rasa sopan satu sama lain.
Mereka saling berbagi, saling peduli, saling bercerita, saling mengetahui segala kisah hidup tapi tidak dengan perasaan. Mereka justru berlomba-lomba untuk menyembunyikan segala gelojak di dada ketika berdekatan.
Daffa sudah kembali membawa sepuluh butir eskrim kesukaan Sinta.
"Nih, lunaskan," ucap Daffa menyerahkan eskrim pada Sinta.
"Aaaa, terima kasih Daffa ganteng, ananya om Raka yang paling sultan, baik bener," girang Sinta meraih kresek dan memeluk Daffa sebentar.
"Minggir bukan muhrim."
Daffa mendorong tubuh Sinta supaya jaraknya berjauhan, ya kalau dekat bisa mengakibatkan jantung Daffa berdetak.
"Daf, nikah yuk, biar aku bisa peluk kamu," ucapan frontal Sinta langsung mendapatkan tipukan bantal dari Andre.
"Urusin dulu tuh Akhlak, biar Daffa gak malu punya istri kayak kamu," ucap Andre.
Sinta mengerucutkan bibirnya, kesal dengan abangnya yang selalu mengagalkan rencananya untuk membuat Daffa jatuh cinta.
"Ishhh, abang ganggu aku aja," sebalnya, lalu memasukan eskrim ke kulkas.
"Ayo dong Daf nikah," ajak Sinta lagi ketika sudah duduk disamping Daffa.
"Besok aja ya, setelah nikah kita jualan pop ice dong, kan aku belum kerja," ucap Daffa pada Sinta, ia akan mengikuti drama yang dibuat sahabatnya ini.
"Jangankan jualan pop ice, kita mulung pun aku siap Daf, asalkan sama kamu," kata Sinta masih setia menatap wajah Daffa.
Mendengar ucapan Daffa dan Sinta barusan membuat Andre mengelus dada, sepertinya kedua adiknya ini sedang kerasukan setan bocil sedang bucin.
---)))---
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambivalen
RomanceSelamat membaca ✨❤ jangan lupa follow ya Tahap Revisi Mungkin akan menjadi kisah yang tak pernah berakhir. Tak ada lagi alasan untuk aku hidup selain bersamamu. Kita hanya diperbudak ragu, Lalu menepis jauh kenyataan, Menyembunyikan perasaan mas...