8 | penilapan upeti, rencana gila

14 6 0
                                    

꒷꒦ ︶꒷꒦꒷︶❛❜𝕊𝕚𝕟𝕥𝕙𝕚𝕟𝕜❛❜︶꒷꒦︶ ꒦꒷

Keinginan manusia tak ada habisnya, sampai menjerumuskan mereka pada keserakahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keinginan manusia tak ada habisnya, sampai menjerumuskan mereka pada keserakahan. Bisikan busuk hati menjalar membutakan pikiran.

Vinia yang barusan mendengar cerita Hyera usai berkunjung ke istana menyebabkan decakan keras tak percaya datang dari mulut si perempuan. Vinia tidak menyangka, pantas saja lusa kemarin pajak yang tertera pada daftar tagihan nominalnya berjumlah besar. Jadi itu tidak resmi, ada yang bermain curang dibalik naiknya upeti.

"Gue pusing banget sumpah, takut pas pulang. Mana abis denger berita itu, gue nabrak pangeran S..."

"Pangeran Jay?!" Sergah Vinia langsung semangat.


"Ih bukan! Ini mah pangeran Sunoo, ganteng juga. Nih gue dapet kenang-kenangan dari bros perak yang dia pake di dadanya, perih banget akhh!" Keluh Hyera diakhir cerita. Kawannya langsung menampilkan raut muka datar, ah syukur deh bukan pangeran Jay yang tak sengaja ditabrak Hyera.

Di perbatasan desa, di dekat barisan pohon jati yang menjulang keduanya masih bertahan sejak satu jam lalu. Saling bertukar cerita tentunya, tapi berita yang Hyera sampaikan benar-benar meraup kemarahan luar biasa dalam diri Vinia. Ini tidak adil, di saat rakyat sengsara, kenapa menteri-menteri itu memperkaya diri. Egois sekali.


"T ... Terus lu ada rencana ngga buat ngebongkar upeti yang naik dua kali lipat itu? Ini ngga bisa dibiarin gitu aja. Uang upeti itu sama aja tiga bulan uang saku gue, coi. Bayangin gue bisa beli keripik sukun, keripik singkong, keripik ubi ungu yang manis." Vinia geregetan.


Hyera menggelengkan kepala ragu, ia punya apa memang untuk menentang junta kerajaan Borealis? Ia rakyat biasa, toh belum ada bukti konkret, bisa-bisa Hyera yang di eksekusi oleh aparat militer kerajaan.

"Kalian ngomongin apa?"


"Hwaa!" Kedua perempuan itu berteriak kaget, mendengar suara yang muncul dari semak-semak di depan mereka. Vinia mengedipkan kedua kelopak mata, Sunghoon lagi? Kenapa sih pemuda itu suka sekali muncul dibalik semak-semak. Ah sebentar, apa Sunghoon sudah lama berada di sana? Kalau iya, itu artinya...


"Lu denger semua yang kita omongin?" Tanya Vinia, ia bangkit dari bangku kayu. Tatapannya waspada, lumayan takut. Jika Sunghoon mata-mata, nyawa Vinia dan Hyera ada di ujung jurang.


"Denger," Jawab Sunghoon enteng. Ia sudah dua jam di sana, mencari jangkrik seperti biasa. Selagi mendengarkan Vinia dan Hyera berbicara, Sunghoon memakan jangkrik tanpa suara. Sekarang pemuda itu terlihat bahagia walau terukir jelas nidera menyerangnya. Vinia bercerita layaknya seorang pendongeng ulung.

"Ah gila. Lu mata-mata kerajaan ya?!" Tuduh Hyera.

"Enak aja. Ogah banget jadi antek-antek kerajaan. Ck, gak usah tegang gitu mukanya. Gue beneran bukan mata-mata kerajaan apalagi mata-mata paguyuban siswa sekolah." Sunghoon mengantungi sesuatu secepat kilat di saku mantel hitamnya.

"Lu bawa apa? Keluarin cepet, perekam suara ya?!" Vinia terus menuduh, masih curiga dan masih berdebar di penuhi rasa takut.

"Keripik singkong balado, lu mau?"

Kedua manik mata Vinia yang bening itu memicing curiga, bukan itu yang ia lihat, tidak mungkin. Namun, Sunghoon mengeluarkan keripik singkong yang ia maksud, isinya tersisa setengah.

Hyera merotasikan bola mata, menyaksikan dua insan itu berbicara dengan dunia mereka sendiri. Hyera makin menaruh prasangka pada Sunghoon dan Vinia.

"Oh iya gue punya rencana supaya uang rakyat itu bisa balik," Ujar Sunghoon mengundang rasa penasaran pun tak percaya. Kedua teman perempuan di depannya menunggu jawaban.

"Kita ambil aja uangnya lagi, gue tau jalan rahasia pergi ke istana," Bisik Sunghoon membagi gagasan dikepala. Terdengar sederhana, tapi bila dilakukan punya risiko amat besar. Mencuri di kerajaan itu dosa besar untuk rakyat.

"Hah, lu sinting sejak kapan sih, Zeta?" Vinia frustasi mendengar rancangan yang Sunghoon katakan. Tidak! Vinia tidak akan melakukan hal tersebut. Hyera juga sama, ia menolaknya.

"Ck ... Mereka tuh yang sinting, mereka nyuri duit rakyat namanya. Kalau rakyat mencuri dianggap dosa, terus mereka semua apa?" Alis Sunghoon nyaris bertarung di dahi mulusnya.

"Gue setuju sama rencana Sunghoon, tapi gimana ya... Sekarang jabatan gue jadi duta remaja, gue ga mungkin ngelepas jabatan itu. Pasti nanti jabatan gue akan dicopot misal ketahuan nyuri." Hyera mengedarkan pandangan, sesekali menatap Vinia dan Sunghoon bergantian. Hyera susah payah menjadi duta remaja, mana mungkin merelakan bahkan di masa jabatan yang baru beberapa bulan ini.

"Yaudah lu ga usah ikutan. Lu gimana? Kalau ga mau yaudah, gue bisa sendiri. Gue mau ambil uang gue yang ada di sana, kasian mereka nangis-nangis histeris dipegang tangan manusia sarang dosa."


Vinia ragu. Ini terlalu lancang, mencuri merupakan tindakan yang salah besar.

"K ... Kita teror aja dulu istana. Kalau ga ada tanggapan baru lakuin rencana lu," Ujar Vinia. Mendadak Sunghoon mengangguk setuju, idenya bagus juga.


"Rencana ini cuma kita bertiga yang tahu. Di sini ga akan ada orang lewat, misal bocor ... Gue curigain kalian berdua. Selama berususan sama gue, kalian ga akan lolos." Vinia dan Hyera bisa melihat sorot mata Sunghoon yang tajam. Siapa juga yang akan menceritakan rencana ini ke orang lain, seperti tidak ada bahan obrolan lain saja.



︶꒷꒦꒷︶❛❜𝕊𝕚𝕟𝕥𝕙𝕚𝕟𝕜❛❜︶꒷꒦︶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

︶꒷꒦꒷︶❛❜𝕊𝕚𝕟𝕥𝕙𝕚𝕟𝕜❛❜︶꒷꒦︶





mau peluk Sunghoon 🥺🥺

ᵒⁿ ʰᵒˡᵈ Sinthink ; SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang