S R - 4

206 27 3
                                    

Jum'at, 25 September 2020
Hari Jum'at adalah hari kegembiraan para siswa SMA Bima Bakti, karna besoknya adalah weekend dimana mereka semua bisa bersantai-santai di rumah.

Tapi 2 orang bermental yupi datang lagi ke Jihan yang sedang makan mie goreng di kantin, Jihan mendengus kasar.

"Bisa ngga sih tu 2 yupi ngga gangguin gue? Demen amat nempel di gue." -batin Jihan.

"Anak mama sebentar lagi pindah ya dari sekolah ini, jadi ngga ada yang bisa ngalahin pesona kita berdua lagi. Ya ngga cy?" -tanya Songyee ke Lucy menyindir Jihan, Lucy hanya diam.

"Lo berdua ngga tau etika ya? Ada orang lagi makan kok lo ajak ngobrol." -kata Jihan dengan muka kesalnya. 

"Yaelah, gitu doang marah. Tiati cepet tua lo." -Songyee menjawab.

"Gue ini babyface ngga kaya lo berdua." -ucap Jihan. "Gue sama Lucy? Kita juga babyface kali." -kata Songyee tak terima.

"Lo berdua itu, babuface." -kata Jihan mengejek lalu meninggalkan mereka berdua dikantin.

"Kita kasih dia pelajaran lagi deh, gimana? Kayanya dia ngga kapok-kapok." -tanya Songyee memberi saran yang sedikit bodoh bukan sedikit bodoh tepatnya memang bodoh.

"Lo aja sana, gue bosen ke bk mulu." -jawab Lucy malas, ia sudah bosan bolak balik ruang bk hanya karna membully, lagian Jihan juga ingin pindah itu sudah cukup untuk Lucy. Pastinya guru bk juga sudah bosan melihat wajah Lucy.

"Lagian ya, kita tu udah mau kelas 12, lo ngga bosen apa ngebully orang mulu? Gue dah bosen. Gue mau nerusin perusahaan orangtua gue, jadi gue mau berusaha buat berubah." -jelas Lucy.

"Lucy, lo jadi pinter ngga menjamin sukses kali. Santai ajalah, nikmatin masa muda dulu." -kata Songyee yang bingung dengan sikap Lucy.

"Yang pinter ngga menjamin sukses itu buat orang yang pinter tapi ngga ngenalin diri dia sendiri. Terus, nikmatin masa muda kata lo? Lo pikir dengan cara lo bully orang tiap hari lo bakalan nyeritain itu ke anak lo? Anak lo pasti malu atau ngga anak lo bakal nerusin sikap lo itu." -kata-kata Lucy menusuk hati Songyee tapi ia tetap diam.

"Udah ya, gue rasa gue ngga mau bergaul sama anak yang kelakuannya kaya lo lagi." -kata Lucy lalu pergi meninggalkan Songyee sendirian.

"Jihan, Lucy awas lo berdua!" -batin Songyee.

Lucy sekarang tengah berjalan menuju kelas, ia membawa tasnya lalu ia pindahkan ke bangku kosong disebelah Jihan.

"Tumben sendirian, padahal tadi aja barengan marahan lo berdua?" -tanya Jihan bercanda, tapi Lucy menggeleng.

"Gue bosen han masuk ruang bk mulu, bu Wira juga kayanya bosen liat muka gue tiap hari." -kata Lucy, Jihan hanya diam mendengarkan.

Kring...

"Ud-dah bell, gue duduk disini ngga papa kan? Gue males sama Songyee." suasana mendadak canggung, padahal tadi sebelum bell masuk mereka baik-baik saja.

"Lho, Lucy sama Songyee ngga bareng lagi?"

"Lucy sekarang sama Jihan? Bukannya mereka musuhan ya?"

"Mereka tadi ribut tau di kantin, kayanya ngga bakal akur lagi deh."

"Oh yang tadi gangguin Jihan ngga si? Mampus deh tu si Songyee sendirian dia sekarang."

"Secara ngga langsung Jihan bantuin kita ngga sih dari anceman Songyee? Gue bodoamat deh sekarang sama Songyee, mending bergaul sama Jihan."

Terdengar omongan dari teman-teman sekelas mereka, Jihan tak mempersalahkan itu karna yang dibilang mereka ada benarnya juga. Songyee kemungkinan besar akan sendirian dan malah jadi yang terbully disini.

"Jihan! Makasih ya, lo udah jauhin Lucy dari Songyee dan bikin kelas kita ngga ada pembully lagi!" -ucap si Jungwon, ketua kelas mereka.

Jihan hanya mengangguk sebagai jawaban.

Jam pelajaran pun berlalu, sekarang sudah jam pulang sekolah Songyee tidak ada di kelas mungkin ia sedang merenung. Pikir Lucy dan Jihan.

"Cy, makasih ya lo udah mau berubah. Tapi maaf, gue bakal tetep pindah karna gue udah ngurus surat perpindahan gue." -kata Jihan, Lucy merasa bersalah.

"Han, maaffin gue ya. Gue janji han ngga bakal ngulangin hal yang sama ke lo dan lainnya." -Lucy, Jihan mengangguk dan tersenyum.

"Iya ngga papa cy, udah ya gue mau balik. Udah ditungguin." -pamit Jihan, lalu ia melambaikan tangannya ke Lucy.

"Daah Jihan!" -kata Lucy.

☜☆☞

"Jovan! Lo dipanggil pak Reynald!" -teriak Jaehee di depan kelas.

Sedangkan Jovan hanya menunjukan muka bingungnya. Wilo yang sedang duduk di sebelah Jovan pun melotot tak percaya.

"Gue dipanggil pemilik sekolah? Dih, sampe segitunya maksa gue buat ikut lomba debat." -kata Jovan sambil berjalan ke ruangan khusus pemilik sekolah.

"Van, lo tau ngga si tadi ada Aurel di ruangan pak Rey." -kata si Yoon yang datang dari perpus.

"Saran gue ya, ati-ati aja. Jangan kepancing emosi sama dia, gue tau lo bijak walau kadang sengklek." -kata Yoon, Jovan mengangguk.

Jovan pun berjalan kearah ruangan pemilik sekolah, ia benar-benar tak percaya ini ada masalah atau anugrah?

"Bye Jovan, selamat nikmatin lomba debatnya." -sapa Aurel ketika melihat Jeongwoo menuju keruangan kakeknya.

Tok.. Tok.. Tok..
"Permisi pak, saya Jovan." -kata Jovan dari luar ruangan.

"Masuk!" -kata laki-laki bersuara tegas dari dalam, Jovan tau itu suara pak Reynald pemilik sekolah ini.

Jovan masuk dan berperilaku sopan tentunya, ia pun dipersilahkan duduk oleh pak Reynald.

"Maaf pak, ada urusan apa ya sampai bapa memanggil saya kesini?" -tanya Jovan.

"Saya mau minta tolong Jovan, tolong kamu ikut lomba debat bulan depan, kita semua sudah berharap besar sama kamu." -kata pak Reynald, Jovan benar-benar tak percaya apakah alasannya kemarin tidak cukup?

"Banyak orang lain yang mau ikut lomba pak, percayakan saja sama mereka, saya merasa ngga enak kalau harus selalu saya yang ikut lomba. Lagian, saya juga mau naik kelas 12 saya sibuk belajar dan saya harus mengurus pemilihan ketua Osis baru." -jelas Jovan.

"Tapi kamu itu ibaratnya senior Van disini, jadi saya harap kamu bisa ikut lomba ini. Saya juga bisa bayar kamu Van!" -kata pak Reynald mencari cara agar Jovan ikut.

Namun ia salah besar, uang tidak membuat Jovan tertarik tapi malah membuat Jovan muak.

"Ayah saya juga bisa pak bayar sekolah ini dan gaji semua guru-guru disini, Ayah saya udah punya banyak uang jadi saya rasa saya ngga perlu uang dari bapak. Terimakasih pak, tapi saya tidak bisa ikut lomba ini!" -jelas Jovan lalu meninggalkan ruangan Reynald.

Sesampainya dikelas, Jovan hanya diam di kursinya. Teman-temannya tak ada yang berani menegur Jovan, karna kalau Jovan marah kelas akan berubah jadi rumah hantu.

Wilo yang tadinya menumpang di kursi sebelah Jovan pun langsung pindah ke kursinya sendiri, yaitu di depan Jovan ia duduk dengan Harris. Sedangkan Jovan? Ia dari hari awal masuk sekolah ini pun selalu duduk sendiri.

"Ris, kayanya Jovan marah banget ya sama pak Reynald." -kata Wilo berbisik, tapi Harris mengisyaratkan untuk diam. Takutnya Jovan tak nyaman. 

Summer Rain, 4 September 2021.

2 | SUMMER RAIN [WOOHAN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang