"Huahhh..." rasanya ngantuk sekali. Setelah bangun, aku duduk di atas tempat tidur dan dalam keadaan setengah sadar, aku bisa melihat banyak boneka berjejer di atas meja di depanku. Lalu ada angin yang berhembus masuk dan mengenai kulitku yang membuatku sontak menoleh ke jendela. Tirainya tertutup, tapi sepertinya jendelanya terbuka, karena itu, tirai tipis berwarna putih itu bergoyang-goyang.
"Huahhh..." aku menguap sekali lagi dan mengucek mataku. "Eh? EHH!? Di mana aku?" kataku setelah sadar aku tidak berada di kamarku dan reflek menutup mulutku setelah selesai berbicara. Dengan cepat tanganku menggeser selimut ke samping kiri dan mengambil kacamata yang ada di samping tempat tidur, lalu kakiku turun ke lantai. Aku berjalan berjingkat ke arah pintu putih yang tertutup.
"Ah, kamu sudah bangun Sami," sapa seorang wanita yang membuka pintu ketika aku baru sampai di depan pintu. Aku menatapnya dengan wajah bingung, siapa orang ini, tapi wajahnya seperti—
"Kaa-san," kataku yang meluncur begitu saja dari mulutku.
"Hm, doushite?" balas wanita itu dengan wajah tersenyum seperti biasanya.
"Iie, tidak ada apa-apa," jawabku dengan senyum juga. "Eh, aku mandi dulu, Kaa-san."
"Jangan lama-lama ya, Sami," kata wanita itu mengingatkan lalu turun ke bawah.
"Otou-san!" seruku begitu sampai di ruang makan yang ada di lantai satu. Aku langsung memeluk pria yang duduk di depan meja makan itu dari belakang dengan sangat senang.
"Oi, oi, ada apa ini?" tanya pria itu dengan bingung.
"Nggak apa kok, aku hanya sangat senang," balasku setelah melepas pelukan dan duduk di kursi di samping kirinya, sementara pria itu menoleh ke arah wanita tadi dengan tatapan bingung.
Kami makan bertiga di meja makan yang berukuran sedang dengan gaya tradisional. Semua lauk disiapkan di satu piring atau mangkok kecil dengan nasi di mangkok yang berukuran lebih besar. Setelah selesai makan, aku kembali ke kamar lagi untuk bersiap-siap ke kantor.
"Ittekimasu[2]," pamitku pada kaa-san dan otou-san, lalu berjalan keluar dan menutup pintu.
"Itterashai," sahut kaa-san yang masih mencuci piring di dapur.
Drrrt drrrt drrrt drrrt
Eh, ada pesan masuk ya? Aku mengambil ponsel yang ada di dalam tasku dan mengeceknya, tapi tidak ada satupun pesan yang masuk. Suara getar apa itu? Suaranya masih terdengar dan tidak berhenti, sampai aku sadar dan berpindah ke dunia lain.
"Ah, ternyata mimpi, tapi... senangnya bisa melihat kaa-san dan otou-san lagi," kataku ketika mataku terbuka dengan air mata yang ikut menetes, air mata kebahagiaan. Aku benar-benar senang bisa melihat dan memeluk mereka lagi, meski hanya di dalam mimpi. Rasanya seperti semua kerinduan dan beban hidupku hilang begitu saja saat itu. Apa aku bisa bertemu dengan mereka lagi?
Zutto hikari no naka~
"YUMI!" seruku yang bercampur tangis ketika mengangkat panggilan telepon darinya.
"Eh!? Kenapa kamu menangis? Apa yang terjadi, Sami?" tanya Yumi dengan nada khawatir, lalu aku menceritakan mimpiku barusan padanya.
"Sudah dong, mau sampai kapan kamu menangis? Mirip anak kecil aja," katanya berusaha membuatku berhenti menangis setelah aku selesai bercerita.
"Apanya yang anak kecil. Aku rindu dengan mereka, Yumi," kataku setelah menghapus sisa air mata dengan suara parau.
"Eh, gimana kalau nanti kita pergi ke mall? Sekalian nonton juga, mau kan?" ajak Yumi. Mungkin itu memang tujuannya untuk meneleponku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Touch in My Life
Mystery / ThrillerAku menemukan amplop itu lagi, amplop yang mampu membuat senyum dan semangatku yang mengembang menjadi padam. Siapa orang yang mengirimkan ini? Rasa takut dan was was selalu mengantuiku setiap kali menemukan amplop polos itu. Kapan semua ini akan be...