Bab 20

3.4K 398 2
                                    

Dia membuka matanya, dan kepalanya menjadi pusing. Stela menatap sekelilingnya, ini dimana? Di akhirat kah? Dia sudah mati kan? Itulah kalimat yang ada di kepalanya sekarang.

Tapi, kenapa kamar ini sangat familiar dengannya? Ini seperti kamar Vel? Dia membuka matanya dengan sangat lebar dan melihat bahwa dirinya ada di dalam kamar Vel!

Itu berhasil?!

Dia duduk dengan cepat, tapi seketika perutnya menjadi sakit. Dia turun dari kasur dan berlari kecil kearah cermin besar yang ada di kamar Vel dan menatap dirinya sendiri.

"Kyaaa!!!!!" Teriak Alena senang.

Tak berapa lama, penjaga masuk dengan menenteng sebuah perisai dan sebuah pedang. Mereka mengira jika ada penyusup yang masuk kesana tapi saat mereka masuk hanya ada Alena yang sedang berdiri di depan cermin.

Lalu Vel dan Liam datang kesana karena mendengar suara teriakkan Alena yang keras. Dengan cepat mereka melesat kesana dan disinilah mereka, di kamar Vel.

"Kau sudah bangun?! Kenapa kau berteriak? Ada yang sakit atau ada yang masuk kesini?!!" Ucap Vel cemas.

Vel menggendong Alena ke atas kasur dan menidurkannya disana. Vel menyuruh Liam untuk memanggil dokter kemari dan menyuruh pada prajurit untuk pergi dari sana. Vel duduk di pinggir kasur.

"Syukurlah kau sudah bangun. Aku cemas sekali beberapa hari kemarin" ucap Vel.

"Aku kenapa?" Ucap Alena.

Vel mengehela nafasnya.
"Kau tidak sadarkan diri selama 5 hari sayang. Saat aku sadar, Liam bilang kau pingsan saat aku terpanah waktu itu" ucap Vel.

Alena diam. 5 hari? Kenapa dia merasa itu hanya 1 hari saja? Apakah disini dan di dunianya memiliki waktu yang berbeda atau bagaimana? Tapi entahlah, yang penting dia sudah kembali lagi kesini.

"Perutku sakit Vel" ucap Alena.

Vel menatap Alena dengan khawatir. Dia mengelus perut Alena dengan pelan, Alena terkekeh melihat itu. Dia hanya berbicara saja, tidak benar. Perutnya baik-baik saja kok, dia hanya ingin melihat reaksi Vel. Dan ini sungguh menggemaskan!

"Masih sakit?" Ucap Vel.

Alena duduk lalu naik keatas pangkuan Vel. Alena mengalungkan tangannya dan menatap Vel dengan senyuman di bibirnya.

"Tidak sakit lagi karena kau menenangkan bayi kita Vel" ucap Alena.

Vel terkekeh. Dia menarik Alena dan menciumnya dengan lembut. Alena menerima ciuman itu, dia membuka mulutnya dan menerima lidah Vel masuk kedalam mulutnya.

Saat mereka sedang berciuman, tiba-tiba pintu terbuka. Dokter dan Liam masuk kedalam dan membatu ketika melihat apa yang ada dihadapan mereka.

"Shit! Mataku ternodai!!" Umpat dokter itu.

Liam tidak bicara apapun, dengan cepat dia membalikkan badannya dan berdiri di hadapan dokter itu agar dokter itu tidak melihat itu lebih lama.

Vel melepaskan ciuman mereka dan menatap kedua orang itu. Dia menyeringai kearah mereka dan menurunkan Alena dari pangkuannya.

"Kau sudah tua, Albert. Jangan mengumpat seperti itu, tidak baik" ucap Vel.

Dokter Albert menatap Vel sinis.
"Tua atau muda jika ingin mengumpat tak apa kan? Apakah ada hukum yang melarang itu?" Ucapnya.

Vel tertawa. "Tidak, sudahlah. Cepat kau periksa keadaan Alena sekarang" ucap Vel.

Dokter Albert berjalan kearah Alena lalu mulai memeriksa kondisi Alena. Dia juga tidak lupa memeriksa bayi Alena dengan teliti.

"Dia baik-baik saja Queen. Bayi dan ibunya sudah stabil dan dia harus cukup istirahat saja" ucap dokter Albert.

"Baiklah, terimakasih atas kerjamu. Sekarang, pergilah dan kau juga Liam, pergi bersamanya" ucap Vel.

Mereka berdua pergi dari sana. Vel berjalan kembali kearah Alena dan duduk di samping Alena.

"Kenapa bayinya tidak bergerak? Aku ingin menyapanya sayang" ucap Vel.

"Bayinya bergerak Vel, kau saja yang tidak merasakannya" ucap Alena.

"Benarkah?" Ucap Vel lalu menempelkan telinganya pada perut buncit Alena.

Setelah beberapa saat, Vel merasakan pergerakan dari anaknya itu. Vel tersenyum lalu tertawa, Alena terkekeh melihat itu. Vel seperti anak kecil saat sedang bermain dengan janinnya.

Seseorang mengetuk pintu.

"Siapa!" Teriak Vel.

"Ini saya queen, Liam. Ada hal yang sangat penting untuk disampaikan" ucap Liam.

Vel menghela nafasnya. Dia berdiri lalu berjalan kearah pintu dan membukannya. Vel menatap wajah Liam yang terlihat sangat serius itu.

"Bicaralah dengan  pelan, ada apa?" Ucap Vel.

"Perbatasan utama diserang" ucap Liam.

"Bagaimanapun kondisi perbatasan sekarang?" Ucap Vel.

"Sekarang sudah aman. Lucas dan Peter sudah menangani itu, tapi tidak menutup kemungkinan terjadi lagi serangan susulan" ucap Liam.

Vel diam sebentar. "Baiklah, kita bicarakan ini nanti. Aku harus menemani Alena sekarang" ucap Vel.

Liam mengangguk dan pergi dari sana. Vel menatap Alena yang menatapnya penasaran. Vel terkekeh lalu duduk lagi di samping Alena.

"Ada masalah?" Ucap Alena.

"Tidak" ucap Vel.

Alena menatap datar Vel. Kenapa Vel tidak mau berbicara jujur padanya?

"Kau menganggap ku apa?" Ucap Alena.

Vel menatap Alena bingung.
"Kau adalah separuh hidupku, ibu dari anakku yang sedang kau kandung dan kau adalah cintaku. Kenapa kau menanyakan itu hm?" Ucap Vel.

"Jika kau menganggap ku sebagai bagian hidupmu seharusnya kau mau berbagi masalahmu denganku dan bercerita padaku, tapi kau tidak melakukan itu" ucap Alena lalu memalingkan wajahnya dari Vel.

Vel terkejut mendengar ucapan Alena. Tapi dia merasa itu benar juga, Alena juga berhak tahu apa yang dipikirkan olehnya. Vel memegang wajah Alena lalu menatap Alena.

"Aku tidak mau kau kepikiran dengan masalah ini, terlebih kau baru saja sadar sekarang. Bukankah dokter sudah memberitahumu untuk tidak memikirkan apapun yang membuatmu stress hm?" Ucap Vel lembut.

Alena masih diam. Vel mengehela nafasnya, lalu dia memeluk Alena dengan pelan. Vel menepuk-nepuk punggung Alena agar dia tenang.

"Baiklah jika kau ingin tahu. Tadi Liam melapor jika perbatasan utama diserang" ucap Vel.

Alena terkejut mendengar itu. Dia ingin melepaskan pelukan mereka tapi Vel tidak melepaskan Alena. Vel semakin mempererat pelukannya pada Alena.

"Tetaplah seperti ini sebentar lagi. Ini sangat nyaman" ucap Vel.

"Baiklah" ucap Alena.

Alena membalas pelukan Vel dan mengeratkan pelukannya. Perkataan Vel benar, ini sangat nyaman.

.

.

.

TBC

Me & The QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang