Hera 2

318 28 6
                                    

Bae Rona mengeluh panjang setelah mendapat sebuah pesan. Ia baru saja pulang les tambahan di sekolah dan sekarang malah harus pergi ke kafe untuk menggantikan shift kerja kakaknya. Benar, hidup sebagai warga dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah, membuat Rona dan Seola banting tulang untuk mencari tambahan uang. Rona yang pintar menyanyi, terkadang dipanggil untuk menghadiri beberapa acara sekolah dan mendapat upah setelah menyumbang suara. Sedangkan Min Seola, gadis itu lebih beruntung karena bisa mendapat pekerjaan paruh waktu di sebuah kafe ternama.

Seola bukanlah kakak biologis Bae Rona. Kedua gadis itu mengetahuinya dengan jelas. Mama Yoonhee memberitahu Seola tentang kebenaran itu ketika Seola menginjak bangku SMP. Anehnya, tidak ada keterkejutan sama sekali.

“Pantesan aja marga kita beda-beda,” canda Seola kala itu. “Kirain Mama sengaja bikin nama kita bervariasi biar lebih gaul.”

“Pantesan aja lo gak mirip sama Mama,” cetus Rona saat itu.

“Berisik. Lo aja gak ada mirip-miripnya sama Mama,” balas Seola tak terima.

“Eish, udah-udah. Mirip gak mirip, kalian tetep anaknya Mama, oke?” Yeonhee menengahi.

Rona dan Seola hanya melempar dengusan kala itu. Mereka sudah tinggal satu atap selama belasan tahun, dan tak satu pun hari di mana pertengkaran tidak terjadi. Menurut Min Seola, Rona itu gadis yang sangat menyebalkan. Suka ingin menang sendiri, selalu iri dengan apa yang Seola dapat, bahkan Seola selalu ditimpuk oleh sepatu ketika dia bersenandung di rumah. Maklum, suara Seola juga bagus. Tapi Rona tak pernah mau mengakui kemampuan kakaknya itu.

Sedangkan menurut Bae Rona, Min Seola adalah kakak yang jahil, lembek, dan bermuka dua. Seola terkadang bisa sangat imut di depan mata. Namun ketika di belakang, dia bisa berubah menjadi licik. Dan Rona sangat membenci hal itu. Belum lagi, selama ini Seola selalu mendapat ranking pertama setiap kenaikan kelas. Yang mana, perhatian ibu mereka hanya jadi terfokus padanya. Bukannya Bae Rona merasa tidak mampu secara akademis, tapi dia hanya tidak suka jika ada orang lain yang lebih pintar darinya. Makanya, sedari SD, Mama Yeonhee menempatkan mereka di sekolah yang berbeda.

Selalu ada kebaikan dari setiap keburukan yang tersirat. Begitupun dengan hubungan kekeluargaan mereka. Terlepas dari konflik kekanak-kanakan yang mereka miliki, ikatan kerja sama bisa terbangun begitu kuat jika itu menyangkut dengan uang.

Mereka butuh bertahan hidup. Dan Bae Rona serta Min Seola tidak akan membuat pertengkaran kecil mereka menjadi bencana bagi hidup mereka sendiri.

Rona langsung menggerutu ketika sambungan telepon akhirnya diangkat.

“Lo serius nyuruh gue gantiin shift? Gue baru pulang les loh, Kak,” ucap Rona ketus. Meskipun begitu, kakinya tetap melangkah menuju ke kafe tempat kakaknya bekerja.

Ya maaf, Na. Ini mendesak banget. Gue tiba-tiba disuruh buat ngajar anak Paud sama guru di sekolah gue. Katanya buat pengalaman, plus nanti gue bakal dapet bayaran. Lumayan kan? Lagian lo lagi kosong juga hari ini.” Suara Seola terdengar di seberang sana.

“Ngapain lo ngajar anak Paud astaga! Lo bohong kan? Mana ada anak Paud sekolah jam segini,” tuntut Rona tak senang.

Yeu, kurang gaul ya lo? Di sini anak Paud ada yang sekolahnya ampe isya. Udah ah, gue tutup. Kerja yang bener.

“Idih, siapa lo nyuruh-nyuruh gue?”

Nanti gue beliin ramen.

“Nah gitu dong, cantik. Lopyu Kakak sayang.”

Huwek. Sepertinya gue ingin muntah.”

“Bicit. Dah sana, selamat menjadi ibu guru!”

Telepon dimatikan. Rona mendorong pintu kaca lalu melangkah masuk sambil menyapa beberapa orang di meja pantri.

“Widih, ada Bae Rona. Ke mana lagi kakak lo sekarang?” tanya salah satu pegawai kafe setelah dia mengantar minuman kepada pengunjung. Pemuda yang mengenakan seragam berwarna gelap itu seperti biasa menyambut Bae Rona dengan cengiran usil.

“Sibuk dia,” jawab Rona, “nyari duit di tempat lain.”

Setelah bercakap ringan dengan mereka, Rona bersiap dengan seragam kafe milik kakaknya. Ia bahkan menyematkan nametag Min Seol-A karena peraturan di kafe mengharuskan semua karyawan memakai atribut lengkap.

Kertas pesanan sudah menumpuk ketika Rona muncul ke depan. Dengan sigap, gadis itu membungkus beberapa kue, meracik kopi, mengantarkan pesanan ke meja pelanggan. Hal-hal melayani seperti ini sudah biasa Rona lakukan sejak ia kecil. Jadi ia tidak kesulitan sama sekali.

Teman shift Rona yang bertugas sebagai kasir izin ke toilet beberapa saat lalu, ketika semua pelanggan sudah memesan. Itu membuat Rona menghabiskan beberapa menit melamun sambil menatap keluar jendela kafe. Namun tak lama, pandangannya membeku. Sebuah mobil mewah berwarna biru berhenti tepat di depan kafe mereka. Sejujurnya, itu melanggar peraturan. Padahal di samping kafe sudah disediakan lahan parkir bagi pelanggan yang membawa kendaraan.

Kesal, Rona berniat untuk menceramahi pemilik mobil tersebut. Dan di sinilah orang itu berdiri. Pemuda tampan dengan wajah angkuh memandang Rona. Jarak mereka hanya terhalang meja bar dan etalase beragam jenis kue. Di belakangnya, muncul seorang gadis dengan wajah angkuh yang memiliki potongan rambut pendek.

Melihat betapa berkelasnya pakaian dan gaya bicara mereka, Rona jadi lupa untuk menceramahi pemuda di hadapannya agar tidak parkir sembarangan. Malahan, dengan patuh Rona mengambil alih pesanan yang seharusnya ditangani oleh kasir. Untung saja dulu Seol-A pernah menceritakan kepadanya bagaimana cara mengoperasikan mesin itu. Meski lambat dan sedikit kikuk, Rona berhasil menjual sebuah kue cokelat ukuran sedang dengan ukiran bunga lily dan beberapa topping seperti taburan berlian di atasnya. Harga kue itu sangat mahal, namun pemuda tersebut membelinya dengan mudah. Rasa iri langsung mengerubungi Rona saat itu. Ia langsung berpikir betapa tidak adilnya dunia karena memberinya nasib buruk sendirian.

Setelah mengemas kue dengan cantik dan memberikan bill, pemuda itu melirik Rona dan tersenyum sekilas sebelum pergi. Rona mengerutkan dahi, lalu dikejutkan dengan kedatangan temannya dari belakang.

“Maaf, Na. Ada yang beli ya tadi? Gue mules banget, makanya jadi lama. Hehe.”

“Gapapa,” jawab Rona, “lagian udah kelar juga, kok. Gampang.”

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CHOCOLATE LOVE ( Joo Seok Hoon x Bae Ro Na )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang