O1.

18 0 0
                                    


Time : PAST

---

"Halo, Lo Alin anak kelas IPA 2 kan?" sebuah suara menyapa Alin yang sedang asik menonton atlet figure skater kesukaannya di aplikasi youtube.

Alin mendongak memperhatikan wajah asing yang berhadapan dengannya. Gadis itu mengerutkan kening melihat wajah yang tidak familiar dalam ingatannya.

"Gue Nathan, anak OSIS divisi keamanan dan ketertiban," lanjut daksa jangkung dihadapannya memperkenalkan diri.

Alin masih berada di tempat yang sama tanpa berkutik, gadis itu malah mencecar siswa didepannya ini dengan tatapan tidak suka.

"Mau kenalin diri atau mau pamer kalau lo anak OSIS?" akhirnya, Alin bersuara.

Lelaki itu tertawa kecil, ternyata isu Alindira yang galak dan ansos benar adanya. Lihat saja, gadis ini bahkan tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa saat ini. Tentu saja Nathaniel Gavindra, ketua OSIS yang kini sedang menyamar menjadi anggota divisi keamanan dan ketertiban demi menertibkan Alindira Natasha yang tidak taat pada peraturan.

"Dua-duanya sih, soalnya katanya lo Cuma kenal sama guru dan kepala sekolah doang, bahkan teman sebangku lo aja lo gainget namanya,"

"is that really important to talk? You ruined my mood dude. Just go away,"

Alin menatap daksa jangkung itu dengan kesal. Ia kemudian bangkit dari duduknya, beranjak pergi. Namun, langkahnya tertahan ketika Nathan mencekal tangannya.

"WHAT ARE YOU TRYING TO DO HUH?"Alin berteriak kesal hingga menarik atensi beberapa siswa yang tengah lalu lalang.

"Calm down, I just want to tell you something,"

"Bilang terus langsung! Gausah pake basa-basi!"

Nathan menghela nafas. Ia melepaskan cekalan tangannya. Lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Diteriaki oleh seorang siswa membuatnya malu, seolah ia baru saja berbuat asusila terhadap gadis ini.

"Sepatu lo-" Nathan menunjuk ke arah sepatu Alin.

"Peraturan di sekolah kita mewajibkan semua siswa memakai sepatu warna putih. Entah lo yang gabisa baca, atau emang lo gak peduli, tapi peraturan tetap peraturan. Pake sepatu warna ijo neon kaya gini dan melanggar peraturan OSIS gak bikin lo keliatan edgy sama sekali," ucap Nathan tegas.

Alin memiringkan senyumnya, gadis itu kemudian membuka sepatu itu dihadapan Nathan, menyisakan kaos kaki berwarna putih gading selutut miliknya. Ia mengambil sepatunya dan meletakkan tepat diatas tangan Nathan.

"Ambil!" ucap Alin.

Gadis itu kemudian berlalu dari hadapan Nathan tanpa menggunakan alas kaki apapun kecuali kaos kaki miliknya. Hal itu mengundang tatapan penasaran dari beberapa siswa yang berlalu lalang disana.

Nathan menghela nafas sembari melirik kearah sepatu hijau neon milik Alin. Bisa-bisanya gadis itu membuat Nathan merasa bersalah, padahal ia sedang melakukan hal yang benar. Shit.

Lelaki itu kemudian berjalan ke kantor OSIS dan melemparkan sepatu itu kedalam kardus yang berisi tumpukan barang sitaan dari semua murid. Ia mengusak rambutnya kesal.

"Kenape lu? Tuh muka kaya kaleng sarden penyok. Abis dimarahin mama ya?" sebuah suara menyambar dari pintu masuk ruang OSIS.

Nathan mengalihkan pandangan, melihat ke daksa jangkung yang baru saja menyapanya dengan umpatan kaleng sarden penyok.

"Gila. Gue baru aja merasa bersalah padahal lagi ngelakuin hal yang benar. Bisa-bisanya tu orang manipulasi keadaan,"

"Ngomong naon sih Nath? Lo ngigo? Mau gue gampar gak biar bangun?" pria berkulit coklat itu duduk disebelah Nathan sembari menyesap jasjus miliknya.

"Itu, Alindira anak IPA 2. Gue emang niat mau nyita sepatu ijo neon punya dia, tapi kelakuan dia malah bikin gue jadi merasa bersalah anjir,"

"Alindira? Alindira Natasha? Putri es itu? Sumpah jangan deket-deket sama dia Nath, banyak yang bilang dia bawa sial. Terus kan ya anaknya 100% introvert plus ansos, terus kan-"

"Woy Justin! Gue gak minta lo ngasih tau kejelekan anak orang, apalagi bilang dia bawa sial, gak baik Tin," Nathan menimpuk kepala Justin dengan gabus.

"Ya kan, gue ngasih tau berdasarkan radio bergigi yang ada di sekolah kita. Lagian infonya gak sepenuhnya salah kok,"

"Serah lu deh ah, bodoh amat. Gue mau ke kantin,"

"Udah masuk Ogeb. Bisa-bisanya lo ke kantin,"

"privilege ketua OSIS harus di gunakan dong, lagian gue telat karena bantuin kerjaan si Arkan, dia gaberani ngomong ke Alin langsung makanya mohon-mohon minta bantuan gue,"

"Dih, sok edgy lo,"

"Eh, lele terbang! diem ya lu!"

Nathan kemudian menabok kepala Justin dan berlalu dari ruang OSIS meninggalkan Justin yang misuh-misuh dibelakangnya.

"Ini kalau gue bego dikelas, alasannya gara-gara temenan sama Nathan. Pala gue digeplak mulu," racau Justin.

Baru beberapa langkah ia berjalan ke arah kantin, lelaki itu mendengar lantunan sebuah lagu dari gedung GOR mini didalam sekolah, buru-buru Nathan mengintip dari balik pintu GOR yang sedikit terbuka.

Tampak seorang siswi sedang menari-nari diatas sepatu roda mengikuti alunan lagu. Nathan terkesiap dengan tubuhnya yang lenturr dan gerakannya yang sangat indah saat menari. Gadis itu bahkan bisa menjaga keseimbangan diatas sepatu roda tanpa terjatuh. Detik berikutnya Nathan semakin terkejut karena mengetahui bahwa gadis itu adalah Alindira Natasha yang sudah menghancurkan mood nya seharian ini.

Tiba-tiba sebuah ide jail muncul dalam benaknya.

"Kerjain ah," 

NathanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang