°SEMBILAN°

23 12 35
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejakmu, bintangmu, dan kesanmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa tinggalkan jejakmu, bintangmu, dan kesanmu.


[Play this]

Dua minggu dilalui dengan penuh latihan, pengoptimalan strategi dan lainnya. Terkhusus untuk anak-anak yang sejak awal dijadikan ujung tombak wajah sekolah dan nama almamater ekskul.

Ale menyantap makanan yang orang tua Radian hidangkan dalam kotak makan bersusun. Ada bihun sayur, ayam suwir saus pedas dan lainnya juga lengkap dengan aneka sayuran. Ale begitu lahap, bahkan pipinya menjadi gemuk. Gerahamnya tak berhenti mengunyah. Radian tersenyum senang, kedua bola matanya berkedut, area wajah dan hidungnya menjadi gatal. Radian menoleh ke sembarang arah.

“Makan yang lahap. Nanti kalau Enyak gua masak gua bawa lagi,” kata Radian senang. Pasalnya mereka sangat menikmati dan bersyukur bisa makan enak sebelum esok bertanding menghadapi sekolah-sekolah tangguh.

“Sisanya boleh gua bungkus?!” tanya Ale menunjuk pada kotak buah-buahan. Ada semangka setengah bulat, nanas potong, apel kupas, anggur dan stoberi yang dipotong jadi empat setiap buahnya.

“Bawa aja, Al.”

“Kalau ini?!” tanya Ale lagi menunjuk pada suwir ayam yang sudah hampir raup setengahnya. Radian mengangguk santun.

Marino menoyor kepala Ale sembari bergumam tak jelas sebab dirinya pun sibuk menguyah makanan. Ralle protes saat Ale hendak memindahkan suwiran ayam itu ke tempat makannya.

“Yah, gua belum kenyang!” kata Ralle tak suka.

Ale mengerutkan wajahnya, kemudian menggeser kotak tersebut kembali ke tengah.

“Gua udah minta mang Dodi kirim makanan ke sekolah. Jangan khawatir, makan aja yang banyak. Gua juga minta Enyak bungkus buat kalian bawa pulang!” kata Radian mencairkan suasana.

Seperti yang Radian tahu, jika Ale jarang sekali makan masakan rumah apalagi yang dibuat ibunya. Waktu itu, Hira pernah bilang kalau sejak ayahnya selingkuh dan ibunya punya kekasih. Ale jadi terabaikan, kalau mau makan hanya nunggu Hira makan. Atau jajan roti sebagai pereda lapar. Bahkan sampai sekarang, Ale jarang terlihat makan kecuali kalau Hira makan dan anak-anak menawarinya. Hingga beberapa orang menganggapnya pelit, padahal uang Ale selalu ditabung untuk biaya hidupnya.

Tentang Kita, Aku dan Kamu[✔] [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang