"menangis bukanlah sesuatu yang memalukan, lebih baik menangis daripada emosi menumpuk dan bisa meledak kapan aja."
~Tynessa Kejora Orzie
•EVANESCENT•
"selamat pagii guys!" Sapa Eva sembari tersenyum lebar menatap teman-temannya dikelas. Tiga hari ia absen dan kini dirinya merindukan sekolah.
"Pagii Evaa!" Balas Orzie sembari melambaikan tangannya.
"Kemana aja lo ngilang gaada kabar tiga hari?" Tanya Orzie saat Eva telah duduk dikursinya.
Gadis berambut sebahu itu menopang dagunya. "kemana ya?"
Orzie berdecak sebal. "ck! Lo gatau apa, kalo Alice hampir gila karena lo gaada kabar!"
Eva langsung mengernyit. "Alice? Alice kenapa?"
"Gak kenapa-napa sih, tapi dia—"
"Eva!!"
Kedua gadis itu menoleh dan mendapati Saga yang menatap dirinya dengan tatapan marah. Eva mengernyit. Ada apa?
"Kenapa?"
Saga menghampiri meja Eva dan menarik kasar lengan gadis itu. "kamu kemana aja! Kenapa kamu gaada kabar! Kenapa handphone kamu mati!"
Gadis dengan rambut sebahu itu mengerjabkan matanya beberapa kali. "ak-aku, aku, aku—"
"Aku aku apa! Kamu gatau aku gabisa tidur cuma mikirin kamu! Kamu suka ya aku gini hah! Kamu nyiksa aku Va!"
Eva melirik sekitar karena kini mereka jadi bahan tontonan.
"Maksud kamu apa? Aku gak kemana-mana"
"Oh ya? Trus ini apa?" Lelaki itu menunjukkan sebuah foto dari handphonenya.
Terlihat sosok Joshua yang tengah memeluk Eva didalam ruangan rumah sakit. Mata gadis itu terbelalak lebar. Bagaimana Saga bisa mendapatkan foto itu?
"Ka-kamu dapet darimana foto itu?"
Saga mencengkeram bahu Eva kuat. "kenapa kamu bisa sama Joshua dirumah sakit?" Tanya lelaki itu menekan setiap kata.
"Kamu punya hubungan apa sama dia? Kamu duain aku?"
Alice yang baru kembali dari toilet melihat semuanya. Ia terdiam didepan pintu kelas. Tasya dan Joshua yang baru datang juga mendengar keributan itu. Alhasil keduanya ikut melihatnya.
"Jawab aku Eva!"
Tanpa disadari bulir airmata mengalir begitu saja dari pelupuk mata gadis dengan pipi gembul itu. Ia tak pernah dibentak siapapun. Jika pernah pasti hanya candaan.
Apakah dihadapannya ini adalah kekasihnya? Ataukah monster? Sungguh pemikiran yang kanak-kanak Eva.
Saga terkekeh hambar lalu menurunkan tangannya dari bahu Eva. "jangan bilang..."
Eva beralih menatap Saga dan menggeleng. "aku gapunya hubungan apa-apa sama dia Ga, dia kan sahabat kamu. Dia juga sahabat aku!"
"Sahabat? Belakangan ini kalian deket banget kek prangko sama amplop, biasanya kan kalian selalu bertengkar."
Gadis berambut sebahu itu meraih tangan lelaki itu dan menggenggamnya. "aku gak bohong, buat apa aku duain orang yang udah perjuangin?"
Melihat hal itu, Alice ingin sekali menghajar Saga. Berani sekali ia membuat Eva berkali-kali menangis dan sekarang malah menyudutkan gadis itu!
KAMU SEDANG MEMBACA
•EVANESCENT✓•
Teen Fiction(Jangan lupa Follow sebelum baca, biar gk ketinggalan🤗) This my first story!! Pacaran dengan sosok setampan Saga memanglah tak mudah. Setiap mereka kencan selalu ada kendala. Entah itu dari sahabat masa kecil Saga, latihan basket lelaki itu, bahkan...