3. Awal dari Segalanya (Bagian 2)

216 19 5
                                    

Menjadi terkenal atau mungkin mendapat julukan Sang Bintang Sekolah adalah hal yang paling menyenangkan atau justru membosankan bagi sebagian orang yang tidak menyukai perhatian khusus berlebih, hingga apapun yang ingin mereka lakukan pasti tidak akan mendapatkan kebebasan untuk melakukannya. Namun hal itu tidak berlaku bagi Erhardt Jaeger. Cowok berambut cokelat dan merupakan anak sulung di keluarga Jaeger itu sangat menikmati masa-masa awal sekolahnya yang bisa dibilang penuh kejutan.

Senyuman manis di wajahnya selalu terpancar indah, mampu menghipnotis siapapun yang melihatnya, sorotan mata yang tajam memiliki daya tarik sendiri, terlebih ketampanan wajahnya membuat Erhardt digilai cewek se-SMA Scouting, bahkan beberapa guru wanita pun bisa luruh juga ketika berhadapan dengan cowok itu. Apalagi bagi guru wanita yang sudah menikah maka akan dihadapkan dengan ujian keimanan tingkat tinggi, mampukah mereka menahan diri agar tidak baper dengan gombalan siswa populer yang satu itu?

Maka jawabannya adalah usaha yang keras.

Karena pernah ada suatu kejadian, di mana Erhardt mendapatkan tantangan untuk menggombali salah satu guru wanita yang mengajar di kelas mereka dari teman-teman sekelasnya. Dan mereka tidak akan pernah melupakan momen itu.

"Sensei, saya merasa sesak. Payah bernafas," ujar Erhardt sewaktu salah satu guru yang mengajar sudah memasuki kelas mereka. Tidak lupa dengan ekspresi seolah ia memang sesak nafas.

"Loh? Kamu ada riwayat penyakit sesak nafas?! Ayo! Kita ke UKS sekarang!"

Erhardt menggeleng pelan. "Enggak usah, nafas saya sesak karena separuh nafas saya ada di Sensei,"

Tidak ada jawaban, matanya membulat sempurna dan pupil matanya bergetar, guru itu bergeming, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

Erhardt spontan menganggukkan badannya. "Maaf, Sensei! Saya cuma ... cuma melakukan tantangan aja. Tolong, jangan hukum saya, saya janji gak akan mengulanginya lagi,"

"Ayo kita nikah, Erhardt!!"

Sejurus kemudian guru itu langsung pingsan di tempat, mereka satu kelas langsung menyalahkan Erhardt atas kejadian itu sedangkan pihak yang disalahkan tentu terima begitu saja.

Hari ini adalah hari ketiga sekolah bagi siswa-siswi tahun ajaran baru, Erhardt berhasil menyita seluruh perhatian hanya fokus ke dirinya saja. Tidak merasa risih atau terganggu, ia sangat menikmati kepopulerannya sejak hari pertama sekolah.

Namun tidak dengan Elissa, gadis itu lebih memilih menyumpelkan headset di telinganya dan mengabaikan para siswa yang sedari tadi terus saja menyapanya. Sangat mengganggu. Ia tidak pernah terbiasa pada situasi di mana ia diperlakukan seperti selebritis papan atas di sekolah.

Kedua Jaeger kembar itu baru saja kembali dari ruang guru dengan kedaan pipi yang memerah akibat menjadi sasaran empuk cubitan gemas habis-habisan dari para guru magang di SMA Scouting. Tentu para guru magang itu tidak melewatkan kesempatan karena bertemu dengan kedua anak dari pasangan Eren Jaeger dan Mikasa Ackerman, pasutri yang paling terkenal di Paradise.

"Sa," panggil Erhardt yang berjalan tepat di sebelahnya.

"Iya, apa?"

"Papa udah dua hari gak pulang ke rumah," ujarnya sendu.

"Terus?"

"Lo gak rindu?"

Elissa diam, ia tampak berpikir. "Gak!" jawabnya lugas.

"Kenapa?"

Elissa membuang nafas kasar. "Gini ya Erhardt-ku sayang, kalo pun Papa pulang ke rumah, pasti Papa gak akan pedulikan kita. Papa tuh lebih cinta sama kerjaannya ketimbang sama keluarganya sendiri. Jadi untuk apa gue rindukan?"

Back to The Past ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang