prolog

271 49 30
                                    

Seorang bocah berusia tujuh tahun itu menutup telinga dengan kedua tangannya. Mencoba untuk tidak peduli dengan keributan yang sedang terjadi di luar sana.

Ia memeluk lututnya, dan menangis disana. Tubuhnya bergetar hebat, ia takut, sangat takut.

Suara gemericik air hujan senantiasa menemani anak itu untuk larut dalam kesedihannya. Cuaca saat ini seperti sedang menggambarkan suasana hatinya.

Ceklek!

Anak itu mengangkat dagunya ketika mendengar seseorang membuka pintu kamarnya. Kemudian ia berlari kecil untuk menghampirinya.

"Junnie takut, hm?" Tanya seseorang yang lima tahun lebih tua darinya.

Ia mendongak, memperlihatkan pipi chubbynya yang sudah basah dengan air mata. Lalu mengangguk pelan.

"Yeonjunnie sayang kakak tidak?" Tanya orang itu dengan lembut, bisa dilihat adiknya itu mengangguk ribut.

Ia tersenyum tipis, kemudian membawa tubuh kecil itu ke dalam dekapannya. Lalu berkata,

"Begitu juga denganku, tapi sayangnya kita harus berpisah."

Di rasakan dua bongkah batu besar yang menghimpit dadanya. Ia menggigit bibirnya kuat-kuat. Menahan tangis serta rasa sesak yang menyiksanya.

"Mengapa harus begitu? Tidak bisakah kita bersama selamanya? Bahkan sampai umur kita habis." Perkataan polos yang di lontarkan oleh adiknya seketika membuatnya terdiam.

Ia tak menyangka adiknya bisa mengucapkan perkataan yang begitu menusuk hatinya. Sakit sekali mendengarnya.

"Hey, dengar. Kita akan bertemu lagi, kakak berjanji akan hal itu."

"Ikut bersama appa." Tegas seorang pria yang datang dari balik pintu, menarik paksa Yeonjun dari pelukkanya begitu saja.

Entah sejak kapan buliran air mata itu membasahi pipinya. Malam ini menjadi pelukkan terakhir mereka sebelum berpisah, entah untuk berapa lama itu.

Sedangkan di sisi lain, bocah berwajah bulat itu tengah berada di dalam mobil. Entah kemana sang ayah akan membawacnya pergi.

Maniknya menatap Air hujan yang membasahi kota Seoul. tatapan yang menyiratkan kesedihan. Jemari kecilnya menyentuh kaca mobil yang berada di sampingnya. Kemudian berkata dengan suara pelan,

"Tepati janjimu, kak."

Bekasi, 05-09-2021.


Psikolog Kim | KTH X CYJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang