💙 XVI

305 37 0
                                    

Tay duduk di kursi samping New yang terbaring lemah. Dokter bilang, New beruntung karena dengan cepat diselamatkan. Jika terlambat 1 menit saja, mungkin saat ini Tay juga menyusul New. Mati.

Tay masih belum menghubungi siapa siapa. Lebih tepatnya, Tay tidak terpikirkan untuk menelepon siapa siapa di tengah kepanikannya.

Memegang tangan New yang dingin dan pucat, Tay menciumnya dan tanpa sadar meneteskan air mata. Bayangan New yang berlumuran darah serta New yang pucat dan tenggelam di bathtub membuat tangannya gemetar.

Tay masih ingat ketika dia dihubungi Gun bahwa New kecelakan. Tay sama panik dan takutnya dengan saat ia menemukan New tenggelam di bathtub.

Tay keluar dari ruangan rawat inap New. Tay berniat untuk menelepon keluarga New. Seingatnya, dia punya nomor telepon ibunya New. Wanita memperlakukannya dengan baik, berbanding terbalik dengan suaminya.

<><><>

Ding dong!

Tay sedang mengerjakan tugas kuliahnya ketika bel rumahnya berbunyi. Dan karena Tay sedang sendiri di rumah, mau tak mau Tay harus membukakan pintu. Ayah ibunya sedang ada perjalanan bisnis, jadi dia ditinggal sendirian.

"Maaf, tapi bapak siapa ya? Dan lagi cari siapa?" Tay bertanya dengan sopan. Ia menduga pria paruh baya ini adalah teman ayahnya. Tapi jawaban pria itu, diluar tebakannya.

"Saya mau bertemu kamu. Boleh saya masuk?"

"Oh, iya. Tapi mau ngomong apa ya pak?" Tay membukakan pintu lebih lebar untuk pria itu masuk dan duduk di ruang tamunya.

"Saya tidak mau basa basi. Perkenalkan saya Ayahnya New. Ada yang hal yang mau ku omongkan. Omong omong, orang tuamu mana?"

"Ayah sama ibu lagi keluar kota. Tapi, om ada keperluan apa dengan saya?" Tay bertanya dengan sedikit ragu. Pertanyaannya aneh. Dia sudah mendengar dari New kalau ayahnya New sangat menentang hubungan mereka. Kedatangannya yang tiba tiba kerumahnya, tentu saja sudah sangat jelas untuk memperingatkannya.

"Oh. Singkat saja, aku mau kamu menjauhi putraku. Putuskan dia." Suaranya terdengar angkuh.

"Kenapa begitu?"

"Kamu pura pura tidak tahu? Hubungan sesama jenis itu menjijikkan. Kalau sampai hubungan kalian sampai ke media, itu bisa merusak reputasi perusahaanku dan aku."

"Tapi kami tidak melakukan hal menjijikkan. Kami cuma dua orang yang saling mencintai, kenapa itu menjijikkan?"

"Kamu keras kepala ya? Oke, saya kasih kamu dua pilihan. Satu, tinggalkan putraku dan hiduplah seperti sebelumnya atau dua, bisnis keluargamu kuhancurkan. Perusahaan kecil seperti perusahaan ayahmu, tentu sangat mudah bagiku untuk kuhancurkan. Apalagi beberapa perusahaan yang menyuntikkan dana ke bisnis ayahmu itu, aku punya andil besar dalam perusahaan perusahaan itu."

Tay terdiam begitu mendengar perkataan ayah New, Tay begitu binggung di satu sisi dia mencintai New tapi disatu sisi dia juga takut dengan ancaman yang diberikan oleh ayah New yang mengancam akan menghancurkan perusahaan keluarganya yang sudah dibangun dari 0 oleh ayah dan ibunya.

"Itu saja?" Tay berusaha keras untuk tidak terintimidasi oleh pria didepannya.

"Hahahaha. Jadi itu belum cukup? Kalau begitu... Kuliahmu? Aku bisa membuatmu di drop out tanpa alasan. Atau mungkin aku bisa membuat New yang menjauh darimu." Tawanya terdengar renyah.

Tay diam. Tay tidak bisa membuat keputusan seperti ini sendirian.

"Kapan ayah ibumu pulang?"

Remember You [TayNew] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang