"Tadi pagi dia habis anter gue ke kampus. Baru berpisah aja udah bikin gue pingin telepon dia. Meminta dia buat balik ke kampus," kata gadis itu sambil cekikikan. "Oh ya, menurut lo, gue cocok nggak sama Pram?" tanya Fenny tiba-tiba.
Hanah menganggukkan kepala. "Cocok kok. Orang tua sepertinya juga ngga keberatan Pram sama lo, Fen." Hanah melontarkan jawaban sesuai fakta. Mama dan papanya tidak ada komplain mengenai pasangan yang Pram tiba-tiba bawa di acara pernikahannya kemarin.
"Ngomong-ngomong, gue kaget juga lo tiba-tiba nikah!" Fenny melirik ke arah perut Hanah. "Jangan-jangan..."
"Nggak!" seru Hanah. "Apapun yang lagi lo pikirin, bukan kayak gitu, oke?" Hanah sedikit tersinggung mendapat pertanyaan frontal seperti itu. Namun, memang dia tidak bisa menyalahkan siapapun karena pernikahannya memang dadakan.
Fenny terkekeh pelan melihat reaksi Hanah. "Tenang, kita juga udah bukan anak kecil. Udah tahu dunia yang selama ini selalu abu-abu," ucap gadis itu. Entah maksudnya menyindir atau hanya sekadar bercanda, Hanah masih belum bisa membedakannya. Dia berharap percakapan ini segera berakhir dan dia bisa segera pulang ke rumah.
Fenny menghabiskan pesanan sandwichnya secepat kilat ketika pesanan sudah datang. Dia melihat arloji di tangan kirinya lalu pamit karena dia harus segera membuka kelas yang menjadi tanggung jawabnya sebagai asisten dosen pagi ini. "See you again ya, Han!" sahutnya sebelum pergi meninggalkan Hanah.
Hanah tersenyum sambil melihat kepergian Fenny. Lalu dia menghabiskan jusnya sekalian mengambil handphone dari tasnya. Ketika gadis itu sedang mencari nomor Bimo dari daftar kontak, tiba-tiba dia mendengar suara familiar memanggil namanya. Hanah mendongakkan kepala lalu membelalakkan matanya sambil menatap sosok itu. Seketika dia langsung merasakan keringat dingin di punggungnya.
"Hanah, sedang apa kok sendirian?" tanya Pram Setiabudi dengan senyum lebar di wajahnya.
Tangan Hanah seketika terkepal erat. Dia berusaha menyembunyikan tangannya yang tiba-tiba bergetar. Kenapa kakak tirinya ada di kampus? Hanah mengingat celotehan Fenny ketika mereka masih menunggu pesanan makanan tadi. Apakah dia mencari Fenny? Tapi, kok dia ada di kampus bukannya di tempat kerja? Kalau mencari Fenny, harusnya sebagai pacar, dia tahu jadwal Fenny sedang ada kelas, kan?
Pertanyaan demi pertanyaan muncul di dalam kepala gadis itu. Reaksinya masih terlihat syok menemukan sosok itu di kampus. Biasanya jam-jam seperti ini, pegawai kantoran banyak yang sudah berada di gedung tempat kerjanya. Seperti Sam contohnya. Jadi, sosok Pram yang muncul di cafetaria kampus adalah hal yang aneh. Seolah-olah, laki-laki itu sedang menunggu sesuatu.
Tunggu... 'menunggu sesuatu'?!
Hanah merasa dadanya serasa terlilit sesuatu yang memuakkan. Seperti ada sesuatu yang memblokir akses udara ke dalam rongga dadanya saat ini, juga ada rasa mual yang perlahan timbul dari perutnya. Gadis itu langsung berdiri dari kursi lalu membuka bibirnya. "Kak Pram, a-aku udah mau pulang. Aku duluan, ya," pamit Hanah, sedikit terbata. Walau wajahnya terlihat tenang, namun tidak dengan jantung di dalam rongga dadanya. Belum lagi, saat ini pikiran Hanah meronta-ronta, ingin segera menghilang dari hadapan sosok itu.
Namun, saat Hanah mau melangkah pergi, tangan kanannya dicekal oleh Pram. Hanah hampir saja menjerit saking merasa terancam karena laki-laki itu mendekat bahkan mengadakan kontak fisik dengannya. Tetapi, dia masih berusaha mengontrol dirinya. Gadis itu menggigit bibir bawah sambil menatap ke arah telapak tangan Pram yang menggenggam lengannya itu.
Melihat kening berkerut dalam, menampilkan wajah ketakutan di hadapannya, Pram menyunggingkan senyum miring. Dia selalu suka sensasi seperti ini ketika orang lain menatapnya dengan tatapan ketakutan. Dia merasa dirinya menjadi superior. Apalagi jika itu adalah sosok gadis di hadapannya. Euphoria yang dia rasakan semakin memuncak. "Hanah, kamu sudah mau pergi? Mau kemana? Kuantar ya," ujar laki-laki itu dengan nada santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Behind Marriage (Completed)
RomanceBagi Sam, Hanah adalah alat yang ia perlukan untuk membuat kakek memilihnya menjadi penerus bisnis keluarga. "Buktikan pada kakek bahwa kamu bisa membentuk sebuah keluarga. Dengan begitu, kakek akan membuat kamu menjadi penerus satu-satunya bisnis k...