Chapter 19 - Debaran

9.9K 629 3
                                    

"Ngomong-ngomong, bagaimana dengan hal yang kuminta waktu itu?"

Pertanyaan Sam membuat Bimo memfokuskan diri pada pekerjaannya. "Seperti yang bapak duga, ada dana yang melenceng dari proposal awal proyek taman hiburan yang akan dibuka tahun depan. Saat ini para direktur sedang mempersiapkan rapat direksi untuk mengambil keputusan selanjutnya."

Sam menghembuskan napas berat. "Siapa penganggung jawab dalam proyek ini?" tanyanya. Sebagai CEO, tugasnya adalah menjalankan dan mengawasi jalannya perusahaan. Dia tidak mengangka proyek yang sudah berjalan enam tahun terdapat lubang tak kasat mata di dalamnya. Proyek ini merupakan proyek peninggalan kakeknya semasa beliau masih menjabat resmi sebagai pemimpin perusahaan.

Sekarang, ketika Sam ditunjuk menjadi pemimpin dikala kakek memutuskan pensiun, dia malah menemukan kejanggalan demi kejanggalan di dalam perusahaan. Masa sih kakeknya tidak menyadari keanehan yang terjadi di beberapa proyek perusahaan? Kakek yang dia kenal adalah orang yang teliti dan pemimpin yang bijak. Dialah sang arsitek dibalik sepak terjang nama grup Handoko di kancah nasional maupun internasional. Untuk orang sekelas itu tidak menyadari kesalahan data, rasanya hal itu nyaris mustahil.

"Yang menjadi penanggung jawab adalah pak Hary Ginting." Nama yang disebutkan Bimo menambah list di lembar catatan Sam. Kini total ada empat orang yang namanya sudah dia tulis dengan tinta merah. Ironisnya, nama-nama itu tidak terdengar asing lagi di telinganya karena mereka masih ada hubungan saudara dengannya. Bahkan di hari pernikahannya, mereka masih muncul dan memberinya ucapan selamat.

"Kapan rapat direksi dilaksanakan?" tanya Sam. Dia mengusap wajahnya dengan kedua tangan, terlihat lelah.

"Dalam minggu ini, pak." Bimo menjawab sambil memperhatikan wajah atasannya itu. Setidaknya dia bisa sedikit menduga suasana hati Sam dari atmosfir ruang kantor yang tiba-tiba terasa berat saat ini. Apakah yang akan dilakukan bosnya itu dengan orang-orang yang sudah menggelapkan dana perusahaan? Bimo menggelengkan kepalanya pelan. Dia tidak mau berusaha menebak isi pikiran Sam. Dia tidak selancang itu terhadap bosnya. Hal yang bisa dia lakukan untuk Sam adalah menjalankan seluruh job desknya dengan baik.

***

Bunyi detik jam dinding menggema di ruang keluarga pada sebuah rumah mewah. Di salah satu sofa ruang keluarga, sosok Hanah terlihat duduk sambil membaca buku. Sesekali pandangannya teralih ke arah jam dinding. Dia meyakinkan dirinya bahwa pengelihatannya tidak salah. Saat ini sudah pukul sebelas malam. Belum ada tanda-tanda mobil suaminya itu masuk ke area pekarangan rumah. Sekali lagi dia membuka pesan WhatsApp di handphonenya. Sejak tiga jam lalu, pesannya belum diread. Terakhir Sam online adalah lima jam lalu. Hanah jadi terheran, kemana perginya suaminya itu? Kenapa tidak ada kabar sama sekali?

Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar dalam benak gadis berambut panjang tersebut. Karena sudah mulai mengantuk, akhirnya Hanah menutup buku di pangkuannya lalu beranjak menuju kamar. Entah mengapa saat ini ada rasa sebal di hatinya. Lucunya, dia menyadari satu alasan yang menyebabkan dia merasa sebal.

Sam.

Laki-laki yang dia nikahi demi kepentingan pribadinya. Seseorang yang peduli dan selalu memperhatikannya selama beberapa waktu terakhir. Mungkin karena hal inilah Hanah merasa kesal karena dia tidak ada kabar. Dia terbiasa Sam selalu ada untuknya. Jadi ketika laki-laki itu menghilang, dia merasa ada sesuatu yang salah.

Saat sudah di dalam kamar dan menutup pintu, Hanah membuka salah satu pintu lemari. Dia melihat sebuah kotak brankas di dalamnya. Sesudahnya, dia pun memasukkan kode sandi pada kotak brankas berisi dokumen kontrak pernikahan mereka. Saat membaca ulang isi kontrak tersebut, memang ada pasal tentang 'tidak boleh mencampuri urusan masing-masing'. Gadis itu hanya meringis saat melihat dialah yang memasukkan syarat itu ke dalam kontrak.

Secret Behind Marriage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang