Dinginnya angin yang bertiup karena sisa-sisa hujan masih muncul malu-malu mengintip di balik jendela tak membuat Rangga mengurungkan niatnya untuk mandi malam hari dengan air dingin. Ia ingin sekali mendinginkan pikirannya yang terus saja mengingat perempuan yang ia perkosa di gang kecil dua bulan yang lewat.
"Dia siapa? Dan dimana?" erang Rangga frustasi, sambil menenggelamkan badannya di bath up yang berisi air dingin.
Hampir lima belas menit Rangga hanya berendam dan enggan keluar dari kamar mandi, sampai ketukan di pintu kamar mandi itu menyadarkannya kalau ia sudah lama berada di dalam air tersebut. Bahkan air yang awalnya dingin sudah menjadi biasa.
"Ya, bentar," jawab Rangga dari dalam kamar mandi.
Buru-buru ia menyelesaikan acara mandinya malam hari. Dengan melilitkan handuk biru dongker di pinggangnya, dan handuk putih kecil ia gunakan untuk mengerikan rambutnya setelah itu di gantung di lehernya, ia keluar dari kamar mandi tersebut. Dan menemukan adiknya sedang tidur males-malesan di kasurnya.
Alis mata Rangga sukses menyatu melihat keberadaan adik tunggalnya itu, "tumben," gumam Rangga pelan.
Rangga yang belum menggubris adiknya itu langsung mengambil underwear, boxer dan kaos oblong hitamnya di lemari. Ditutupi pintu lemari, ia menggantikan handuk yang menutup tubuhnya menjadi pakaiannya. Setelah itu, ia baru terjun ke kasur, dan otomatis Muna yang tadinya tiduran sambil mendengarkan lagu dan memejamkan matanya langsung terusik.
"Loh? Kapan keluarnya Mas?" tanya Muna kaget.
Rannga hanya menaikan alisnya, "kamu ngapain disini?" tanyanya tanpa menjawab pertanyaan adiknya itu.
Muna melepaskan headset yang terpasang di kupingnya, lalu duduk menyamakan kakak laki-lakinya.
"Mas, tadi hoodie yang vans dipinjem sama temennya Muna," ucap Muna, "gapapa, kan?" tanya Muna meminta ijin.
Rangga menaikan alisnya lagi.
"Ah, mas Rangga naikin alis mulu," ucap Muna kesal, lalu menarik alis mata Rangga hingga Rangga menjerit kesakitan.
"De! De! Berenti!!" ucap Rangga kesal sekaligus kesakitan.
Muna tertawa puas mendengar kepasrahan dan kemenyerahan kakaknya. Dengan meniban Rangga sambil mencubiti pipi kakaknya, Muna merasa kemenangan berada di tangannya.
"Hahaha, makanya jangan rese," tawa Muna pun membahana melihat kakaknya yang tersiksa karenanya.
Dengan satu gerakan, Rangga membanting Muna kesampingnya sehingga Muna merasakan agak nyeri dibagian punggungnya.
"Sakit, Mas," ringis Muna.
"Makanya jangan bandel," ucap Rangga menyentil jidat sempit Muna lalu tersenyum puas. "Kamu abis nganterin temen kamu tadi?" tanya Rangga.
"Iya mas!" ucap Muna semangat sekaligus senang.
"Kok bukan Pak Asep yang nganter?" tanya Rangga.
"Ya ngapain? Orang rumahnya di kampung sebelah, ngga bisa naik mobil musti naik motor" ucap Muna sewot.
Padahal bisa saja Pak Asep mengantarkan 'temannya Muna' naik motor, tapi Muna ngotot ingin mengantarkan karena Muna juga ingin tau dimana 'temannya' itu tinggal.
"Emang boleh sama Papa bawa motor?" tanya Rangga menaikan alisnya.
"Sstt" Muna meletakan jari telunjuknya di bibir Rangga. "Papa ngga tau, tadi yang ngasih ijin Bunda," ucap Muna senang tapi dalam hati ketar-ketir karena dia masuk ke kamar Rangga juga ngumpet-ngumpet untuk menghindari Papanya yang ternyata menunggu Muna di kamarnya, tadi Muna sempat mengintip ternyata ada Papanya di kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRS [1] : Night Accident ✅
RomanceIni tidak seperti dongeng Cinderella yang menghadiri pesta dansa, sepatunya tertinggal dan Pangeran mencarinya. Ini bukan tentang Belle yang dikurung dalam istana Pangeran Buruk Rupa lalu mereka berdansa dan saling mencintai. Ini tak serumit itu. In...