10.

19 1 0
                                    


Hari ini Hwara tengah memanaskan mesin motornya ia hendak berangkat ke sekolahnya.

Aktifitasnya terhenti saat ia mendengar suara motor memasuki pekarangan rumahnya. Hwara segera menghampiri orang tersebut saat mengetahui siapa orang itu

"pagi" sapanya
Lagi-lagi Hwara berdecak mendengar hal itu
" Sama pacar aja cuek banget" ucapnya memajukan sedikit bibirnya
Mendengar penuturan kekasihnya membuat Dami terkekeh geli

"Yu berangkat" ucapnya sambil mengelus-elus pipi Hwara
"Bentar" ucap Hwara
Tangannya terangkat membenarkan seragam Dami, aktifitasnya terhenti saat ia melihat sesuatu yang dipakai olehnya

"Ini apa?" Tanya Hwara menunjuk kalung dengan cincin yang dijadikan liontin yang mengalung dileher Dami
dengan sedikit gugup ia memasukan kembali kalungnya kedalam seragam

"Bukan apa-apa" jawabnya
Masih belum puas dengan jawaban Dami ia hendak melayangkan beberapa pertanyaan. Namun ia urungkan karena melihat Dami menaiki motornya dan menyuruhnya ikut menyusul

Tak beberapa lama dari kepergian Hwara. Elara keluar dari pekarangan rumahnya dengan tergesa-gesa
"Aishh... udah berangkat, padahalkan mau nebeng" omelnya
"Mana supir dipake papah lagi" ia tak henti-hentinya mengoceh hingga sebuah motor berhenti didepannya

Ia membuka helmnya dan tersenyum pada Elara
"Hai" sapanya
"Em..mm hai" sapa balik Elara
"Mau bareng?" Tawarnya
"Eh gak usah gak papa takut ngerepotin" tolak Elara
"Enggak ngerepotin ko ayo" ajaknya lagi
Dan kali ini diterima oleh Elara, dari pada nunggu ojol lama lagi pikirnya

Disepanjang perjalanan hanya ada keheningan, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Sampai tibalah mereka disekolah Elara, yang kebetulan jaraknya tidak terlalu jauh dari sekolah Refan

"Terimakasih" ucapnya sambil mengembalikan helm kepaa refan
"Sama-sama" jawabnya
"Yaudah saya duluan ya" pamit Elara
"Eh..tunggu sebentar" ucap Refan menahan tangan Elara
"Untuk surat dari Hwara" ucapnya ragu "kamu sudah terima?" Lanjutnya

Elara mengernyit heran tak mengerti apa yang dimaksud Refan
"Surat?" Tanya Elara
"Belum kamu terima ya?" Lesunya
Padahal jika sudah dibaca ia tinggal menjelaskannya sekarang

"Yasudah saya pamit ya" ucap Refan lalu menyalakan motornya dan pergi dari area sekolah TARUNA BAKTI

Elara melangkahkan kakinya memasuki area sekolah masih dengan pikiran yang memikirkan ucapan Refan ia akan menanyakannya pada Hwara.

saat ini Elara tengah menyusuri kolidor ia akan menemui Hwara kekelasnya. Saat berada didepan kelas Hwara ia melihat kerumunan dan beberapa orang polisi, ia menerka-nerka apa yang terjadi dan menghampiri kerumunan tersebut

Ia melihat seorang siswi berkacamata tengah meronta ronta meminta dilepaskan dari para polisi yang menahannya. Sekarang ia tahu apa yang terjadi ia juga melihat saudarinya berada tak jauh dari siswi tersebut

Elara pun bergegas menghampiri saudarinya namun jleb ia merasakan linu diperut kanannya ia menoleh dan melihat siswi yang ditahan oleh polisi tengah menancapkan pisau padanya

Lalu sayup sayup ia mendengar suara teriakan memanggil namanya hingga pandangannya gelap dan tak dapat mendengar apapun

"El!!!!" teriak Hwara ia begitu syok melihat keadaan saudarinya yang berlumuran darah, tangannya terangkat hendak mencabut pisau tersebut.

Saat kulit tangannya bersentuhan dengan pisau tersebut pandangan Hwara menggelap dan saat membuka matanya ia tengah berada didalam rumah yang begitu asri dan siapapun yang menempatinya akan merasa nyaman.

Dua gadis berbeda usia tengah bermain bersama dan seorang wanita paruh baya yang tengah mengamati pergerakan mereka
" dina jangan lari-lari sayang nanti jatoh!" Ucap wanita paruh baya tersebut
"Andin!! Kamu contohin adik kamu yang bener dong!" Bentaknya

Andin hanya mematuhi perintah ibunya dan berusaha membujuk adiknya. Ia mengejar adiknya untuk menyuruhnya agar berhenti, namun karena kecerobohannya ia tak sengaja mendorong Dina hingga adinya terbentur tembok

Sang ibu yang melihat hal tersebut sangat marah pada Andin
"Andin!!!" Bentaknya
Lalu ia menghampiri Dina dan menelpon ambulance
"Bi!!bi!!!" Teriak wanita tersebut memanggil asisten rumah tangganya
Dan datanglah asisten rumah tangga tersebut

"Kamu bawa Andin kekamar mandi kunciin dia" suruhnya
Asisten rumah tangga tersebut hanya menunduk patuh dan membawa andin ke kamar mandi.

Hwara terus mengamati apa yang terjadi
Dan disinilah Andin terduduk lemah, air matanya terus mengalir, hatinya begitu rapuh.
Dan sekarang Hwara tahu apa penyebab semua ini

Setelah menyaksikan kejadian tersebut Hwara mendekati Andin yang tengah diborgol oleh polisi
Ia menatap lekat gadis dihadapannya ini. Matanya memancarkan kekecewaan, dan rasa menyesal

Hwara menarik Andin kedalam pelukannya dan menangis ikut merasakan kesedihan gadis dihadapannya ini. Ia melepaskan pelukannya saat seorang wanita paruh baya datang menghampiri Andin

Plak plak plakk wanita itu menampar Andin berkali-kali seakan-akan ia begitu sangat kecewa
saat ingin memukul Andin kembali Hwara menahan tangan wanita tersebut

Dan menatap wanita itu tajam
"Atas dasar apa anda marah pada anak anda?" Ucap Hwara geram
"Kamu jangan ikut campur" ucapnya
"Apakah anda tidak sadar jika semua yang terjadi ini karena ulah anda sendiri, apakah anda tidak malu?" Tutur Hwara
"Apakah selama ini anda merasa benar dalam mendidik anak, dalam menyayangi mereka?" Lanjutnya

Mendengar penuturan Hwara wanita tersebut terhenyak air matanya jatuh begitu saja, ia menatap putrinya yang kini tinggal satu-satunya dengan perasaan bersalah. Lalu memeluk putrinya sayang
"Maafkan mamah din" lirih wanita tersebut
Andin hanya diam membisu, ia enggan berbicara dan melepas pelukan ibunya

"Terimakasih, untuk pelukan pertama mamah" tutur Andin dan berlalu dari hadapan ibunya dengan polisi yang mendampinginya

- - - - - - -

Kini Elara tengah di tangani oleh dokter diruang UGD.
teman-teman Elara dan keluarganya tengah menunggu kabar baik dari dokter

Begitupun Hwara, ia tengah mondar mandir didepan pintu UGD, ditengah kegusarannya ia teringat satu nama
Lalu ia mengambil hendhpone nya dan menghubungi orang tersebut
"Hallo" ucapnya disebrang sana
"Refan, lo dimana?" Tanya Hwara
"gue dirumah, kenapa?" Disebrang sana
"Elara, Fan....Elara masuk rumah sakit" ucap Hwara
Panggilan seketika terputus

Sementara itu, diperjalanan yang sunyi Refan tengah mengendari motornya dengan kecepatan diatas rata-rata hanya satu yang ada dipikirannya sekarang Elara ia terus melajukan motornya sampai akhirnya ia tiba dirumah sakit tempat Elara dirawat

Ia berlari menyusuri koridor rumah sakit tak memperdulikan ocehan orang-orang yang tak sengaja ia tabrak. Sampai matanya menatap sekumpulan orang didepan ruang UGD dan menghampiri Hwara

"Ra" ucap Refan
"Fan, El fan..El celaka gara-gara gue " ucapnya
Lalu Refan menarik Hwara kedalam pelukannya
"Maafin gue gak bisa jagain El, Fan" ucap Hwara disela tangisnya
Refan menggeleng " gue yakin lo udah lakuin yang terbaik" tutur Refan

Dami yang sedari tadi melihat interaksi mereka berdua geram dan menghampirinya lalu melepas pelukan mereka berdua

"Lo" kaget Refan
"Ngapain lo disini" lanjutnya dengan menatap Dami tajam
"Gue pacarnya Ara" tutur Dami
Kemudia Refan menatap Hwara menanyakan apakah benar yang ia dengar, Hwara mengangguk

Hwara yang sedari kemarin merasa ada yang aneh diantara mereka berdua menerka-nerka dalam hatinya
"Kalian, ada masalah apa sih?" Tanya Hwara
"Pacar lo musuh gue Ra" jelas Refan
Hwara terkejut mendengar penjelasan Refan lalu menjauhkan mereka berdua

"Kalian, jauh-jauh jangan berantem disini" cegah Hwara
"Lo tenang aja, gue cuma mau liat keadaan Elara" ucap Refan dan dibalas anggukan oleh Hwara

Disisi lain Marvel yang mendengar percakapan mereka menimbulkan banyak tanda tanya dibenaknya.
Kini ia merasa takut apa yang selama ini ia khawatirkan terjadi dimana ia terlambat menyatakan perasaannya dan Elara telah menemukan tambatan hatinya

Jangan lupa vote

Hwara & ElaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang